Sebagian WNI Korban Gempa Jepang Boleh Pulang dari Pengungsian
Di sebagian prefektur, peringatan potensi tsunami telah dicabut. Karena itu, warga boleh meninggalkan tempat pengungsian.
Oleh
LUKI AULIA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sebagian warga Indonesia di daerah terdampak gempa Jepang sudah boleh meninggalkan tempat pengungsian. Meski demikian, pemerintah setempat tetap meminta warga berhati-hati.
Gempa bermagnitudo 7,6 mengguncang Jepang tengah dan barat. Tokyo mengumumkan peringatan tsunami, terutama di sekitar Semenanjung Noto. Semenanjung itu berada di Prefektur Ishikawa. Prefektur itu sekaligus menjadi episentrum gempa.
Ketua Umum Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) di Jepang Fadlyansyah Farid Husain mengatakan, ada perintah evakuasi saat gempa. Anggota PPI ataupun warga Indonesia di berbagai prefektur yang terdampak gempa segera menuju tempat perlindungan.
Pada Senin malam, WNI di Niigata, Fukui, dan Toyama telah diizinkan kembali ke rumah. ”Kami masih menunggu kabar terbaru dari teman-teman yang berada di Ishikawa,” ujarnya ketika dihubungi dari Jakarta.
Bantuan pemerintah
Kedutaan Besar RI di Tokyo mencatat, 1.315 warga Indonesia tinggal di Ishikawa. Untuk pendataan dan perbantuan, Kementerian Luar Negeri RI berkoordinasi dengan KBRI Tokyo dan Konsulat Jenderal RI di Osaka.
Pemerintah menyiapkan pengiriman bantuan bagi warga terdampak. ”KBRI Tokyo masih memeriksa kondisi mereka (WNI di lokasi terdampak gempa),” kata Direktur Pelindungan WNI pada Kemenlu RI Judha Nugraha.
Selain di Ishikawa, gempa juga dirasakan di Niigata, Toyama, dan Fukui, Nagano, Gifu, Tokyo, Yamagata, Fukushima, Ibaraki, Tochigi, Gunma, Saitama, Shizuoka, Aichi, Mie, Shiga, Kyoto, Osaka, Hyogo, Nara, Tottori, Iwate, Miyagi, dan Akita. Pemerintah Jepang mengumumkan perintah evakuasi.
Perintah dikeluarkan karena bukan hanya gempa yang melanda. Peringatan tsunami di sepanjang pesisir barat Jepang masih belum dicabut hingga malam hari ini waktu Jepang.
Badan Meteorologi Jepang sempat mengeluarkan peringatan tsunami untuk Prefektur Ishikawa, Niigata, dan Toyama karena dikhawatirkan akan ada gelombang setinggi 5 meter. Ini peringatan Siaga 1 pertama sejak gempa dan tsunami yang menerjang Jepang pada Maret 2011.
Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida memperingatkan warga agar bersiap menghadapi gempa susulan. Dia juga mendesak warga di daerah gempa dan daerah berisiko terkena gelombang tsunami mengungsi sesegera mungkin.
Media-media Jepang juga terus menyiarkan peringatan bahaya. ”Lari! Semua warga harus segera mengungsi ke tempat yang lebih tinggi”. Begitu tertulis peringatan berwarna kuning terang yang muncul di televisi yang menyiarkan NHK.
Kami masih menunggu kabar terbaru dari teman-teman yang berada di Ishikawa.
Stasiun televisi Jepang itu mengimbau warga pesisir segera naik ke perbukitan atau dataran tinggi. ”Kami tahu harta benda Anda berharga. Meskipun demikian, nyawa Anda lebih berharga dari apa pun. Larilah ke tempat setinggi mungkin,” kata penyiar NHK dalam siaran laporan soal gempa tersebut.
Akibat gempa dahsyat tersebut, rumah-rumah warga hancur dan militer dikerahkan untuk membantu operasi penyelamatan. Juru bicara Pemerintah Jepang, Yoshimasa Hayashi, mengatakan, lebih dari 36.000 rumah di Ishikawa dan Toyama putus aliran listriknya.
Layanan kereta api berkecepatan tinggi ke Ishikawa sudah ditangguhkan sementara. Begitu pula dengan transportasi udara. Untuk jaringan seluler, ada gangguan layanan telepon dan internet di Ishikawa dan Niigata.
Hayashi mengatakan, sejauh ini Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Shika di Ishikawa belum terdampak gempa. Otoritas Regulasi Nuklir Jepang menambahkan tidak ada kejanggalan yang terkonfirmasi di PLTN di sepanjang Laut Jepang, termasuk lima reaktor aktif di pembangkit listrik Ohi dan Takahoma milik Kansai Electric Power di Prefektur Fukui.
Jepang memiliki peraturan konstruksi yang ketat yang memastikan bangunan dapat tahan terhadap gempa bumi kuat. Warga juga secara rutin mengadakan latihan darurat untuk bersiap menghadapi guncangan besar.
Gempa kuat dan gelombang tsunami seperti yang terjadi di Ishikawa ini mengingatkan kembali akan gempa yang memicu tsunami di Fukushima. Gempa pada 2011 itu menewaskan 18.500 orang. (AFP/REUTERS/AP)