Baku Tembak Sengit AS-Houthi di Laut Merah, Houthi Kehilangan 10 Anggotanya
Kelompok Houthi mengonfirmasi, sebanyak 10 anggotanya tewas atau hilang dalam pertempuran dengan militer AS di Laut Tengah menjelang pergantian tahun.
Oleh
MUHAMMAD SAMSUL HADI
·3 menit baca
KAIRO, SENIN — Tiga kapal dilaporkan tenggelam dan 10 anggota kelompok Houthi tewas dalam pertempuran sengit di Laut Merah antara militer Amerikan Serikat dan Houthi, Minggu (31/12/2023). Pertempuran tersebut menandai lanjutan eskalasi konflik Hamas-Israel di Jalur Gaza hingga Laut Merah yang akan terus mewarnai konflik tahun 2024.
Pertempuran ini dilaporkan bermula dengan serangan Houthi terhadap sebuah kapal kontainer Maersk Hangzhou berbendera Singapura di Laut Merah dalam pelayaran dari Singapura menuju Terusan Suez. Komando Tengah AS (CENTCOM) dan Maersk mengatakan, pertempuran laut itu berlangsung sekitar pukul 03.30 GMT atau 09.30 WIB saat para penyerang Houthi berupaya naik ke kapal kargo Maersk Hangzhou.
Melalui serangkaian pernyataan, CENTCOM menyebutkan, pada Sabtu (30/12/2023) malam kapal Maersk melaporkan diserang dengan misil saat berlayar di wilayah selatan Laut Merah. Kru kapal USS Gravely menembak jatuh dua misil antikapal yang diarahkan ke kapal kontainer tersebut.
Kemudian pada Minggu (31/12/2023) dini hari, lanjut pernyataan CENTCOM, empat kapal Houthi menyerang kapal Maersk dengan tembakan-tembakan kecil. Para anggota Houthi berupaya naik ke kapal Maersk.
Dalam waktu bersamaan, setelah menerima panggilan pertolongan darurat, helikopter-helikopter dikirim dari kapal induk Dwight D Eisenhower dan USS Gravely untuk menghalau para penyerang. Amerika Serikat membentuk satuan tugas angkatan laut multinasional, awal Desember 2023, guna melindungi jalur pelayaran vital di Laut Merah. Sebagian jalur ini berada di bawah kontrol Houthi.
Houthi sejak November 2023 berulang kali menembakkan pesawat-pesawat nirawak dan rudal-rudal ke arah kapal-kapal yang melintas di Laut Merah. Mereka mengatakan, tindakan mereka sebagai bentuk solidaritas kepada kelompok Hamas dalam perang melawan Israel di Jalur Gaza.
Perang di Gaza bermula pada 7 Oktober 2023 saat Hamas menyerang Israel selatan, menyebabkan sekitar 1.200 orang di Israel tewas dan 240 orang lainnya disandera. Israel kemudian membombardir Gaza dengan serangan darat dan udara, menyebabkan—menurut Kementerian Kesehatan di Gaza—lebih dari 21.800 orang tewas.
Pernyataan Houthi
Juru bicara Houthi, Yahya Saree, mengatakan, kelompoknya menyerang kapal Maersk karena kapal itu mengabaikan seruan peringatan. Sebanyak 10 anggota angkatan laut Houthi, lanjut Saree, tewas atau hilang setelah perahu-perahu mereka diserang oleh pasukan AS di Laut Merah.
Melalui media sosial X, ia mengatakan, serangan terhadap Maersk merupakan bagian dari upaya Houthi untuk menghentikan kapal-kapal Israel atau kapal-kapal yang menuju Israel agar tidak melewati Laut Merah. ”Angkatan Laut Yaman sekali lagi mengingatkan seluruh negara tentang saran kami agar tidak terseret dalam rencana Amerika memercikkan konflik di Laut Merah,” ujarnya.
Terkait insiden itu, Maersk mengatakan, pihaknya menghentikan seluruh pelayaran di Laut Merah selama 48 jam setelah pertempuran tersebut.
Akibat serangan Houthi, perusahaan-perusahaan utama pelayaran dunia memilih jalur lebih panjang dan lebih memakan biaya dengan mengelilingi Pantai Tanjung Harapan, Afrika Selatan, dan menghindari Terusan Suez.
Laut Merah adalah jalur pintu masuk bagi kapal-kapal yang akan menggunakan Terusan Suez. Terusan ini melayani sekitar 12 persen perdagangan global melalui laut. Terusan itu juga jalur vital bagi pergerakan barang antara Asia dan Eropa.
Amerika Serikat meluncurkan Operasi Penjaga Kemakmuran mulai 19 Desember 2023. Washington mengatakan, lebih dari 20 negara sepakat untuk berpartisipasi dalam upaya menjaga perairan Laut Merah di dekat Yaman.
Jubir Dewan Keamanan Nasional AS John Kirby menolak mengungkapkan langkah-langkah yang dipertimbangkan Washington, apakah akan melancarkan serangan preemptive (menyerang lebih dulu sebelum diserang) terhadap Houthi. ”Kami tidak akan mengatakan, pilihan-pilihan langkah yang tersedia saat ini,” kata Kirby dalam program Good Morning America di televisi ABC.
”Kami akan melakukan apa yang harus kami lakukan untuk melindungi pelayaran,” ujar Kirby melanjutkan.
Ia mengatakan, AS memiliki kepentingan keamanan nasional yang signifikan di kawasan. ”Kami akan menempatkan pasukan yang kami butuhkan di kawasan untuk melindungi kepentingan itu dan kami akan bertindak sebagai upaya perlindungan diri,” ujar Kirby.