Dulu untuk Pengeboman Hiroshima, Kini Pangkalan Pasifik untuk Lawan China
Amerika Serikat memproyeksikan penyebaran pesawat tempur di sejumlah lokasi di Pasifik Barat. Hal itu untuk mencegah kekuatan udara mendadak lumpuh karena pesawat ditumpuk di satu lokasi lalu jadi sasaran pengeboman.
Oleh
IWAN SANTOSA
·3 menit baca
HONOLULU, MINGGU — Angkatan Udara Amerika Serikat tengah menghidupkan lagi pangkalan udara Tinian. Lanud di Kepulauan Mariana Utara itu pernah dipakai menjadi markas pengeboman Jepang pada Perang Dunia II.
Dilaporkan AFP, Sabtu (30/12/2023), proses pembersihan lahan di sekitar landasan sudah berlangsung beberapa waktu terakhir. ”Rehabilitasi pangkalan udara peninggalan Perang Dunia II dapat menjadi pangkalan yang segera dapat digunakan Komando Angkatan Udara Pasifik (PACAF) demi kesediaan infrastruktur di kawasan Pasifik,” kata juru bicara PACAF.
Selama puluhan tahun, lanud itu telantar dan praktis menjadi hutan. Pada Februari 2022, proyek pembangunan Bandara Internasional Tinian dimulai. Hampir dua tahun kemudian, AS mulai merehabilitasi pula area yang dulu jadi lanud.
Dalam wawancara yang diterbitkan Nikkei Asia pada 17 Desember 2023, Panglima PACAF Jenderal Kenneth Wilsbach menyebut, reaktifasi lanud Tinian untuk menunjang strategi AU AS. Strategi itu dikenal sebagai Pengerahan Tempur Gesit (ACE). Ia tidak menyebut, kapan lanud Tinian bisa dipakai lagi.
ACE memproyeksikan penyebaran pesawat tempur di berbagai lokasi di Pasifik Barat. Hal itu untuk mencegah kekuatan udara mendadak lumpuh karena pesawat ditumpuk di satu lokasi lalu jadi sasaran pengeboman.
Tinian, menurut Wilsbach, punya landas pacu bagus yang kini terkubur. ”Kami akan menebangi hutan itu,” ujarnya.
Lanud Tinian tidak akan dijadikan pangkalan besar. Lanud itu akan hanya akan menjadi pangkalan pendukung. ”Fasilitas untuk mengisi logistik, beristirahat sejenak, dan melanjutkan operasi,” ujarnya.
Anggaran pembangunan
Kongres AS mengungkap, Pentagon meminta 3,6 miliar dollar AS untuk rehabilitasi berbagai pangkalan di Pasifik. Dana itu dipakai untuk pangkalan AS di sejumlah negara Pasifik.
Departemen Pertahanan AS menyebut, ada kebutuhan mendesak meningkatkan kemampuan operasi tempur AU di Pasifik. Diperlukan pula peningkatan daya tangkal AS bersama sekutu dan mitra di Pasifik. Hal itu disesuaikan dengan perkembangan di kawasan beberapa waktu terakhir.
Sementara dalam Strategi Pertahanan Nasional AS 2022 ditegaskan, China merupakan tantangan serius dan komprehensif bagi keamanan AS. Peningkatan sikap agresif China di Indo-Pasifik wujud tantangan itu.
Lanud Tinian akan menambah pangkalan AS di Pasifik. Selama puluhan tahun, AS mengoperasikan pangkalan di Guam yang terletak di selatan Mariana. Beberapa tahun ini, AS diizinkan mengakses pangkalan di Australia dan Filipina. Selain itu, AS juga sudah puluhan tahun punya pangkalan di Korea Selatan dan Jepang. AS juga punya pangkalan logistik di Singapura.
AS pun disebut mendorong Filipina membangun pos di sekitar Karang Thomas Kedua. Karang itu diperebutkan Manila dan Beijing. Perairan di sekitar karang itu berulang kali jadi lokasi ketegangan kapal-kapal China dan Filipina.
Reaksi
Dalam pernyataan pada Kamis (28/12/2023), juru bicara Kementerian Pertahahan China, Wu Qian, mengatakan, bangsa-bangsa Asia Pasifik harus waspada penuh. Sebab, AS terus meningkatkan pasukannya di kawasan.
Beijing, menurut Wu, mengamati manuver Washington di kawasan. China memastikan akan sigap mempertahankan hak keamanan dan kedaulatannya.
China juga terus membangun pangkalan di sekitar Laut China Selatan. Di sejumlah pulau buatan di sekitar Spratly dan Paracel, China membuat lanud dan pangkalan laut. Pangkalan-pangkalan itu dilengkapi pula artileri pertahanan udara.
Strategi Beijing di kawasan bukan hanya meningkatkan kesiapan tempur. China mengucurkan proyek miliaran dollar AS di berbagai negara Pasifik. China antara lain membangun berbagai fasilitas membantu Papua Niugini menjadi Ketua Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC). Beijing juga membangun jalan raya di Vanuatu. Berbagai proyek lain juga sedang dijalankan China di Pasifik.
Kedekatan bangsa-bangsa Pasifik dengan China juga diwujudkan lewat lagu ”Walk About Along China Town”. Lagu dari Kepulauan Solomon itu tetap populer setelah lebih setengah abad disiarkan pertama kali.
Lagu itu bercerita soal Pecinan di Honiara, Kepulauan Solomon. Sampai sekarang, berbagai radio di Pasifik masih sering memutar lagu itu. (AFP/REUTERS)