Generasi Z Menolak Tua
Seiring bertambahnya usia, gen Z takut terlihat tua. Beragam produk perawatan kulit dicoba dan digunakan demi mencegah penuaan. Belanja kecantikan pun meningkat dan pembeli terbanyak adalah para gadis belia.
Emma Brooks McAllister, pemengaruh dan bintang TikTok asal Amerika Serikat, tidak pernah merasa khawatir akan menua. Sampai kemudian dia berusia 20 tahun. “Saya mulai panik karena kok terlihat berbeda dibandingkan dua tahun lalu. Lima tahun lagi, jadi seperti apa wajah saya?” kata Brooks kepada CNN, 11 Desember 2023.
Baca juga: Tak Cukup dengan ”Skincare” untuk Lebih Percaya Diri
Berbeda dengan generasi-generasi sebelumnya, Generasi Z atau Gen-Z sudah merasa cemas terlihat lebih tua. Padahal usia tertua diantara mereka paling-paling maksimal baru 26 tahun. Karena sudah merasa tua, Gen-Z cenderung ingin memperlambat proses penuaan ketimbang harus memperbaiki masalah di kemudian hari.
Diala Haykal, dokter kulit di Paris, Perancis, mengatakan selama 20 tahun terakhir, prosedur yang berfokus pada pencegahan (prejuvenasi) mengalami perubahan paling signifikan dalam dermatologi kosmetik.
Salah satu bentuk pencegahan penuaan, menurut konsultan perilaku konsumen Circana, adalah dengan memakai produk riasan dengan manfaat anti-penuaan seperti pengurangan garis halus dan perlindungan SPF, serta pemakaian serum anti-penuaan setiap hari. Dan penggunanya paling banyak Gen-Z.
Pada awal tahun ini, ada tren di platform media sosial TikTok “Hal-hal yang saya lakukan untuk memperlambat proses penuaan pada usia 14 tahun” yang menjadi viral. “Gen-Z rutin merawat kulit seperti orang berusia lebih tua,” kata penasihat industri kecantikan Circana, Larissa Jensen.
Kehadiran media sosial seperti TikTok dan Instagram membuat orang menghabiskan lebih banyak waktu untuk melihat wajah sendiri. Banyak yang berbagi rutinitas mencegah penuaan secara daring, mulai dari mengoleskan retinoid, vitamin C, dan tabir surya serta melakukan “baby botox” untuk mencegah terbentuknya garis-garis halus.
Baca juga: Kecantikan yang Tak Sekadar Tampilan Luar
Ketertarikan Gen-Z pada perawatan anti-penuaan ini menciptakan peluang bagi jenama-jenama kecantikan untuk merangkul konsumen yang selama ini kurang diperhatikan.
Cinta kulit
Gen-Z, kata Jensen, sangat sadar dan tahu lebih banyak tentang perawatan kulit, proses penuaan, dan penyebab stres dibandingkan generasi sebelumnya. Karena menyadari pentingnya kesehatan, mereka jadi merawat kulit dan diri sendiri dengan lebih baik. Seperti Dylan Heberle (26) yang sadar perawatan kulitnya berkaitan dengan kesehatan. Dia tahu pentingnya memakai tabir surya untuk mencegah kanker kulit dan mencegah keriput.
Menyadari kebutuhan Gen-Z yang berbeda-beda, berbagai jenama membuat lebih banyak produk. Menurut data dari Trendalytics, volume produk perawatan kulit atau kecantikan, khususnya anti-penuaan naik 10 persen selama dua tahun terakhir. Jumlah produk tabir surya di pasaran saat ini juga hampir tiga kali lebih banyak dibandingkan tiga tahun lalu.
Baca juga: Perawatan Tepat untuk Kulit Sehat
Jenama-jenama yang dirancang khusus untuk kulit muda juga mulai bermunculan karena kulit remaja berbeda dengan kulit orang dewasa. Ada juga anak-anak muda yang memilih untuk suntik botox dengan hasil yang lebih cepat terlihat.
“Tambah banyak anak muda yang mencari cara pengelupasan kulit, merawat wajah, dan kadang-kadang pakai sedikit laser. Alih-alih bawa foto selebriti saat datang untuk konsultasi, Gen-Z bawa fotonya sendiri yang sudah pakai filter,” kata ahli bedah plastik wajah, Paul Nassif.
Testimoni
Tren anti-penuaan ini meluas karena didorong tagar-tagar seperti #antiageing yang mencapai 7,4 miliar penayangan di TikTok. Kejujuran Gen-Z saat mengaplikasikan segala macam perawatan wajah ini ikut mendongkrak permintaan akan produk-produk perawatan. Bahkan ketika disuntik serum tertentu atau botox, mereka merekam seluruh prosesnya dan membuat testimoni.
Gen-Z sangat suka berbagi pengalaman mereka dan ini juga yang berperan memicu minat terhadap pencegahan penuaan. “Apalagi jika ditambah saran-saran perawatan kulit dari para ahli dermatologi,” kata Jensen.
Harian Financial Times, 19 Desember 2023, menyebutkan tutorial pemengaruh dan rekomendasi “sesama teman” yang dibagikan di media sosial membekali remaja dengan lebih banyak keahlian kecantikan dibandingkan generasi sebelumnya. “Mereka tumbuh dengan menonton tutorial tentang segala hal. Ini yang membuat mereka berpengetahuan luas di bidang tertentu,” kata Marta Indeka, analis senior di The Future Laboratory.
Baca juga: Produk Perawatan Kulit Laris Manis Selama Pandemi
Unggahan-unggahan video seputar rutinitas perawatan kulit atau penggunaan produk kecantikan hingga saling kirim video bertebaran di berbagai platform media sosial. Belanja kecantikan juga meningkat. Menurut laporan Piper Sandler yang dirilis bulan ini, pembeli remaja membelanjakan 33 persen lebih banyak untuk kosmetik dan 19 persen lebih banyak untuk perawatan kulit pada tahun ini dibandingkan tahun lalu. Wewangian dan perawatan rambut juga meningkat.
“Saya menemukan sebagian besar produk yang saya inginkan di TikTok. Banyak pemengaruh yang membicarakan dan mengulas produk ini,” kata Jocelyn Stuart (15), warga Long Island, AS.
Hanya saja, banyaknya informasi yang tersebar di media sosial tidak lantas berarti selalu akurat. Banyak anak muda yang mengeluhkan masalah pada wajahnya yang dikira terkait dengan penuaan tetapi sebenarnya disebabkan oleh penggunaan bahan kimia keras secara dini. Atau bisa juga salah produk atau produknya tidak sesuai dengan sifat kulitnya. Saat ini juga belum banyak penelitian jangka panjang tentang efek perawatan pra-peremajaan pada anak-anak muda.
"Dupe"
Media sosial kemudian bisa menjadi ladang ranjau bagi informasi yang salah, berlebihan, dan bias. Dengan banyaknya jenama kecantikan yang meluncurkan produk baru setiap 6-8 minggu, Gen-Z mungkin merasa kewalahan. Masalahnya, banyak Gen-Z yang tidak memiliki penghasilan sendiri sehingga faktor harga menjadi pertimbangan penting.
Baca juga: Hati-hati, Kulit Bisa Rusak Permanen karena Salah Pilih ”Skin Care”
Bagi Gen-Z, produk riasan dari jenama dengan harga terjangkau sama baiknya dengan produk dari jenama premium. Karena itu, mereka menyukai “dupe” atau duplikat yang artinya memakai produk alternatif yang lebih murah untuk produk yang lebih premium. “Bagi Gen-Z, mereka malah bangga jika menemukan produk yang sama tetapi dengan harga yang lebih baik,” kata Indeka.
Tetapi ada juga sebagian Gen-Z yang menganut prinsip sabar menunggu uang terkumpul untuk membeli produk premium. Mereka tidak akan sembarangan memilih produk perawatan karena sudah tahu kualitas produk yang diinginkan jauh lebih baik. Tetapi ini hanya bagi mereka yang memiliki latar belakang berdaya beli kuat. Bagi mereka yang tidak, ada kekhawatiran hal ini justru akan memengaruhi kesehatan mental anak-anak muda.
Baca juga: Generasi Milenial Lebih Cepat Menua
Psikiater anak dan Guru Besar Klinis di Brown University, Stephanie Hartselle, mengingatkan orang tua untuk mewaspadai perubahan sikap pada anak-anaknya yang seakan tiada henti berburu produk-produk perawatan kulit. Kebiasaan ini dikhawatirkan menumbuhkan perasaan keraguan diri yang merusak.
Ada juga yang mengalami kecemasan dan depresi berat. Tetapi, dari pengakuan beberapa kliennya, video-video tutorial soal perawatan diri malah memberikan semangat dan inspirasi serta memotivasi mereka untuk merawat dirinya lebih baik.
“Tidak tahu kenapa. Tetapi rasanya puas aja. Menyenangkan aja sih,” kata Ana Simón (11), warga Savannah, yang rutin memakai pelembab, tabir surya, pembersih wajah, krim wajah, dan lain-lain itu kepada NPR, 21 Desember lalu.