Antisipasi Perluasan Perang Gaza, Indonesia Siapkan Evakuasi Lanjutan
Indonesia terus memantau perkembangan di Lebanon selatan. Pemantauan dilakukan karena warga Indonesia di Lebanon lebih banyak dibandingkan di Palestina dan Israel.
Oleh
KRIS MADA, IWAN SANTOSA
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Indonesia mempersiapkan rencana evakuasi lanjutan dari sekitar Palestina-Israel. Persiapan itu merupakan bagian dari antisipasi potensi perluasan perang.
Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi mengatakan, Indonesia terus memantau perkembangan di Lebanon selatan. Pemantauan dilakukan karena warga Indonesia di Lebanon lebih banyak dibandingkan di Palestina dan Israel. ”Rencana keluar (dari Lebanon) sudah disusun dan siap pakai sewaktu-waktu,” ujarnya, Rabu (27/12/2023) di Jakarta.
Evakuasi dari wilayah konflik selalu menjadi tugas menantang. Karena itu, Direktorat Perlindungan WNI pada Kemenlu RI menyusun rencana jauh-jauh hari. Di Lebanon ada lebih dari 200 warga Indonesia yang tinggal karena beragam alasan.
Selain warga sipil, Indonesia juga menempatkan pasukan penjaga perdamaian di Lebanon. Mereka bagian dari pasukan penjaga perdamaian Perserikatan Bangsa-bangsa.
Retno menegaskan, penempatan pasukan penjaga perdamaian hanya atas persetujuan Dewan Keamanan PBB. Indonesia tidak pernah mengirimkan pasukan ke luar negeri tanpa persetujuan PBB.
Perluasan perang
Retno tidak menampik Indonesia terus memantau potensi perluasan perang Gaza. Apalagi, Indonesia bersama sejumlah negara terus berusaha mendorong penghentian perang Gaza. ”Banyak sekali tantangannya,” ujarnya.
Selama tiga bulan terakhir, ia mendatangi banyak negara untuk menggalang dukungan atas upaya itu. Sasaran antaranya termasuk resolusi DK PBB soal kondisi di Gaza. ”Kita lihat bagaimana resolusi itu diterapkan,” ujarnya.
Banyak negara kecewa dengan resolusi DK PBB yang disahkan pada pekan lalu itu. Sebab, resolusi itu tidak menyinggung upaya penghentian perang di Gaza.
Padahal, naskah awal resolusi berisi seruan penghentian perang atau setidaknya gencatan senjata. Di tengah proses perundingan untuk mencari persetujuan atas naskah itu, seruan gencatan senjata hilang.
Dalam naskah resolusi hanya ada seruan untuk kelancaran pasokan bantuan. Walakin, tidak dijelaskan bagaimana langkah nyata untuk mencapai itu. Sejumlah diplomat menyebut resolusi itu rujukan pertama dari DK PBB untuk penghentian pertempuran.
Sejumlah diplomat senior Indonesia menyebut, kondisi itu membuat Indonesia mengubah posisi. Dari ikut menjadi pengusul, Indonesia tidak lagi mendukung naskah itu. Meski demikian, Indonesia tetap terlibat dalam upaya-upaya penghentian perang dan pengakhiran penderitaan warga sipil.
Apalagi, kondisi di kawasan malah semakin memanas dan meningkatkan potensi perluasan perang. Selain dengan Hamas, Israel juga terlibat pertempuran, baik langsung maupun tidak langsung, dengan Suriah, Lebanon, Yaman, dan Iran.
Panglima Angkatan Bersenjata Israel (IDF) Jenderal Herzl Halevi mengatakan, perang berpeluang berlangsung beberapa bulan. ”Tidak ada solusi ajaib, tidak ada jalan pintas,” ujarnya.
IDF tidak hanya menyerbu Gaza. IDF bersama aparat Israel dari beragam instansi juga menyerbu Tepi Barat. ”Kami akan memakai beberapa metode sehingga bisa mempertahankan capaian selama ini,” ujarnya. (AFP/REUTERS)