Paus Fransiskus terkesan pada Indonesia. Sebagai negara berpenduduk mayoritas Muslim, Indonesia termasuk negara terbesar pengirim misionaris.
Oleh
ANITA YOSSIHARA DARI VATIKAN
·3 menit baca
Di tengah gairah mendorong hubungan ekonomi dengan berbagai negara, Indonesia tetap merawat hubungan dengan Vatikan. Padahal, tidak mungkin ada hubungan ekonomi Indonesia-Vatikan.
Duta Besar RI di Vatikan Trias Kuncahyono mengatakan, diplomasi ekonomi memang menjadi prioritas RI beberapa tahun terakhir. Perwakilan diplomatik di berbagai negara didorong mencari peluang seluas-luasnya. ”Vatikan negara khas dibandingkan negara lain,” ujarnya, Senin (18/12/2023), di Vatikan.
Hubungan Indonesia-Vatikan terjalin 76 tahun. Mendiang Mgr Soegijapranata SJ merintis hubungan Indonesia-Vatikan sekaligus pengakuan kedaulatan Indonesia pada 1947. ”Vatikan salah satu negara Eropa pertama yang mengakui kedaulatan Indonesia,” ujar Trias.
Memang, butuh delapan tahun sampai akhirnya Vatikan menempatkan duta besar pertama di Jakarta. Meski demikian, pengakuan Vatikan amat penting bagi Indonesia yang kala itu berusaha menggalang dukungan internasional. Vatikan mengakui kedaulatan Indonesia sebelum Belanda melakukannya.
Peran penting
Trias mengatakan, Vatikan sejak dulu berperan penting dalam percaturan global. Dulu, berbagai raja dan ratu Eropa hanya sah bertakhta jika dinobatkan oleh Paus sebagai kepala Negara Kepausan.
Negara Vatikan modern, yang dibentuk lewat Traktat Lateran 1926, tetap punya peran sentral. ”Vatikan mempunyai dampak pengaruh sangat kuat dalam masalah moral dunia,” ujar Trias.
Ia mengingatkan, Paus Fransiskus tokoh pertama yang menyerukan gencatan senjata dan pengiriman bantuan kemanusiaan di Gaza. Sampai sekarang, Paus terus mengulangi seruan itu.
Vatikan berperan penting dalam upaya-upaya perdamaian dunia. Sebagai negara yang amanat konstitusinya mewujudkan perdamaian dunia, Indonesia perlu berhubungan dengan Vatikan.
Paus terkesan
Paus Fransiskus, menurut Trias, juga terkesan pada Indonesia. Sebagai negara majemuk, Indonesia bisa menjaga hubungan lintas agama dengan baik. Walau ada insiden-insiden yang melibatkan kelompok kecil, secara umum kerukunan antarumat beragama terjaga di Indonesia.
Paus amat perhatian pada upaya-upaya meningkatkan pengertian antarpemeluk agama. Karena itu, Paus terus mendorong dialog lintas iman.
Paus juga terkesan pada Indonesia karena jumlah rohaniwan Indonesia yang berkarya untuk Vatikan. Sebagai negara berpenduduk mayoritas Muslim, Indonesia termasuk negara terbesar pengirim misionaris. Lebih dari 2.500 rohaniwan Indonesia diutus ke sejumlah negara.
Di Asia, Indonesia, antara lain, hanya kalah dari India dan Filipina. India berpenduduk lebih banyak, sementara Filipina merupakan negara mayoritas Katolik.
Karena itu, Paus sebenarnya sudah menyatakan kesediaan menyambangi Indonesia pada 2020. Sayangnya, waktu itu pandemi sehingga kunjungan terpaksa dibatalkan. Paus juga tidak jadi bertemu Presiden Joko Widodo bulan lalu karena Paus mendadak sakit.
Dalam usia 87 tahun, menurut Trias, memang tidak mudah bagi Paus Fransiskus untuk berkunjung ke berbagai tempat jauh. Meski demikian, Indonesia tetap berharap disambangi pemimpin tertinggi umat Katolik itu. Dalam berbagai kesempatan, Indonesia terus berusaha mengundang Paus.
Pelayanan warga
Trias mengatakan, warga Indonesia tidak hanya berkarya di luar Vatikan dan Italia. Di kedua negara itu, ada 1.610 WNI tersebar di sejumlah biara ataupun fasilitas lain milik Vatikan, baik di Italia maupun di Vatikan.
Sebagian WNI sedang belajar aneka hal di Vatikan. ”Saya sesekali mengunjungi mereka di biara-biara,” kata Trias.
Kunjungan itu bagian dari pelayanan Kedutaan Besar RI di Vatikan. Pelayanan warga memang menjadi prioritas KBRI Vatikan.
Selain menyambangi WNI di wilayah kerjanya, Trias juga mengupayakan tambahan beasiswa. Kerja sama pendidikan dan kebudayaan memang pokok hubungan Indonesia-Vatikan.
Banyak WNI belajar berbagai hal di Vatikan. KBRI Vatikan berharap ke depan ada alokasi dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) untuk WNI yang mau belajar di Vatikan.