Baterai Mobil Listrik China, Produk yang Menggelisahkan Biden
Majalah ”Forbes” pada 17 Agustus 2023 menulis, jika ada stigma selama ini bahwa mobil-mobil China adalah tiruan dari model-model Barat, dalam hal kendaraan listrik stigma itu sudah hilang.
Media Barat sudah lama menuduh China sebagai kapitalis negara. Akan tetapi, tuduhan itu diarahkan agar China meniru model ekonomi mirip model AS. Setiap perusahaan berinovasi sendiri-sendiri dan mengandalkan kekuatan pasar tanpa campur tangan pemerintah. China tidak pernah mau diintimidasi.
Presiden China Xi Jinping di hadapan Presiden AS Joe Biden sudah berkali-kali menyatakan, tidak mungkin satu negara dipaksakan meniru model negara lain. Di sisi lain, Barat tidak pernah serius mendalami, bagaimana China menjalankan strategi bisnis lewat kapitalisme negara, seperti yang dituduhkan.
Hal yang terus terjadi adalah lanjutan serangan Barat terhadap China, yang dituding pemerintahannya diktator, tidak memiliki nilai Barat, dan memanipulasi pasar.
Konsumen dunia di sisi lain tidak pernah peduli pada serangan media Barat. Konsumen hanya menginginkan produk-produk bagus dan berharga murah. Bahkan, konsumen AS sendiri merasakan produk relatif bagus dan murah buatan China.
Kini konsumen dunia juga menyukai baterai mobil listrik buatan China dengan harga murah dan berdaya tahan lebih lama. ”Kekurangan baterai buatan negara lain adalah bahwa mereka memprioritaskan bahan kimia baterai yang terkait dengan kinerja, bukan prioritas pada keterjangkauan harga,” kata Bill Russo, pendiri konsultan Automobility dan mantan Kepala Chrysler di China (The Financial Times, 28 Agustus 2023).
”Hal yang kami temukan di China adalah elektrifikasi dan demokratisasi kendaraan listrik. China memprioritaskan keterjangkauan konsumen dengan menjadikannya lebih murah. China menang,” kata Russo.
Baca juga: Mobil Listrik China Mulai Resahkan OPEC dan Industri Otomotif Lama Dunia
Banyak analisis menyebutkan, China membuat produk murah dan berkualitas karena dukungan riset dan pengembangan. Futurolog AS yang membantu pemerintahan China, John Naisbitt, sudah lama mengingatkan bahwa China akan mengagetkan dalam banyak hal. Alasannya, China sangat visioner tentang perekonomian dan sangat ambisius mendalami riset dan pengembangan (R&D).
Edmund Phelps, ekonom AS peraih Hadiah Nobel Ekonomi 2006, juga dipakai China jasanya. Phelps sudah sering menepis tuduhan bahwa China tidak melulu mencuri teknologi. China mendalami teknologi dan di depan akan memiliki kekhasan tersendiri berdasarkan rancangan tersendiri.
Skala ekonomi
Dalam hal kendaraan listrik, China tampil unik. ”Jika ada stigma selama ini bahwa mobil-mobil China adalah tiruan dari model-model Barat, dalam hal kendaraan listrik stigma itu sudah hilang,” demikian dituliskan Forbes, 17 Agustus 2023. Dan kekuatan utama kendaraan listrik terletak pada baterai.
Forbes melanjutkan, ”Pertanyaannya, apakah AS dan Eropa siap menghadapi gelombang kendaraan listrik yang kompetitif secara teknologi dan kualitas, khususnya yang akan hadir dengan harga lebih murah?” Jawabannya, setiap model bisnis bisa ditiru. Akan tetapi, dalam baterai mobil Listrik, China sulit dikalahkan atau perlu waktu untuk mengalahkannya.
Futurolog AS yang membantu pemerintahan China, John Naisbitt, sudah lama mengingatkan bahwa China akan mengagetkan dalam banyak hal.
Namrata Sen Chanda di situs Asia Fund Managers, 11 September 2023, menuliskan bahwa mobil listrik berkekuatan baterai sudah merupakan visi lama Pemerintah China. Polusi menjadi target yang harus diturunkan hingga ke tingkat nol emisi. Salah satunya adalah lewat penggunaan kendaraan listrik.
Baca juga: China Jadi Raksasa Pengekspor Mobil berkat Kendaraan Listrik
Untuk emisi nol lewat kendaraan tersebut, China mendalami pembuatan baterai. Hal yang dilakukan bukan hanya R&D soal pembuatan baterai bagus dan murah. China terlebih dulu menguasai bahan baku lewat perusahaan tambang.
China menikmati posisi tersebut dengan menguasai secara signifikan tambang grafit, rare earth, kobalt, dan litium, dan bahan penting untuk pembuatan baterai. China menguasai 40 persen cadangan kobalt dan bermitra dengan Australia, Amerika Utara, dan Afrika untuk tambang dan bahan mentah yang tidak tersedia di China.
Untuk komponen penting lainnya, China memproduksi hampir semua item, seperti katode, anode, separator, dan elektrolit. Tidak hanya itu, perusahaan-perusahaan China juga sudah menguasai jalur distribusi, pengolahan, dan perakitan akhir. Pada semua langkah itu, China memanfaatkan skala ekonomi produksi untuk mencapai biaya rendah. Semakin banyak diproduksi, semakin turun harga.
Tentu infrastruktur di China yang memuluskan pengiriman barang dari lokasi pabrik ke pelabuhan dan sebaliknya demikian juga saat mendatangkan bahan baku. Tahap ini turut mengefisienkan produksi. Hal lain adalah pekerja di China yang memang dikenal gesit dan cekatan.
Sulit menyaingi
Ini semua merupakan strategi yang disusun berdasarkan visi Pemerintah China. Gregor Sebastian, peneliti tentang kebijakan industrial China dari Mercator Institute for China Studies (Merics), Berlin, menangkap strategi matang China. ”Beijing telah lama memberi sinyal bahwa kendaraan listrik akan menjadi prioritas nasional, termasuk lewat investasi di pertambangan, pengolahan bahan baku, dan pengembangan teknologi baterai,” katanya.
Dengan semua itu, perusahaan pesaing China yang juga membuat baterai keteteran. CATL dan BYD telah unggul jauh dari para pesaingnya di bidang baterai, termasuk perusahaan Korea Selatan dan Jepang.
Didirikan 12 tahun lalu, CATL kini telah memasuki industri yang selama ini dikendalikan produsen mobil Amerika Serikat, Eropa, Jepang, dan Korea Selatan. Di bawah kepemimpinan pendiri Robin Zeng, CATL menguasai sekitar 37 persen pasar baterai kendaraan listrik global, memasok kebutuhan Tesla, BMW, Ford, hingga Volkswagen.
”Pendatang baru tidak akan bisa mengejar dalam waktu cepat,” kata seorang juru bicara CATL kepada Financial Times. ”Kami berada di depan soal inovasi dan telah menunjukkan kemampuan dengan memanfaatkan hasil R&D ke bentuk produksi massal.”
Baca juga: China Perluas Dominasi Baterai Kendaraan Listrik Dunia
Dari sisi biaya, CATL dan BYD mampu memproduksi baterai per jam gigawatt (gigawatt hours/GWh) dengan biaya kurang dari 60 juta dollar AS. Perusahaan Korsel, seperti LG dan SK, memproduksinya dengan biaya 88 juta dollar AS, dan Panasonic Jepang dengan biaya 103 juta dollar AS.
Pendatang baru tidak akan bisa mengejar dalam waktu cepat. Kami berada di depan soal inovasi dan telah menunjukkan kemampuan dengan memanfaatkan hasil R&D ke bentuk produksi massal. (Juru Bicara CATL)
Kini pemakaian kendaraan listrik global mulai meningkat, dan antusiasme merangsek ke AS. Hal itu membuat Amerika Serikat dan Eropa memikirkan cara untuk menghidupkan industri mobil listrik tanpa bergantung pada baterai buatan China.
Jika AS membiarkan peredaran baterai China secara leluasa, memang baterai China berpotensi menyapu semua perusahaan global, terutama perusahaan AS. Dalam waktu dekat, tidak ada pemasok baterai global yang sangat andal dan berharga murah selain China.
Presiden AS Joe Biden telah merancang aturan baru. Setiap perusahaan AS yang mendapatkan pasokan baterai dari perusahaan China tidak akan mendapatkan keringanan pajak. Ini jika saham perusahaan pemasok baterai tersebut dimiliki Pemerintah China minimal 25 persen.
China berang dengan hambatan AS tersebut. Langkah AS tersebut berpotensi digugat lewat Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Tinggal pilihan konsumen global sekarang, apakah akan memilih produk berharga murah dengan kualitas yang semakin bagus. (REUTERS)
---------
Simon Saragih, Wartawan Kompas 1989-2023
---------
KOREKSI:
Ada pembetulan atas teks foto kelima, yang semula menyebut "Littleton, Colombia", menjadi "Littleton, Negara Bagian Colorado". Pembetulan dilakukan pada Minggu, 17 Desember 2023, pukul 13.00 WIB. -- Redaksi