Lelah di Kota, Enggan di Desa, Lantas Mau ke Mana?
Kota semakin tak ramah, tetapi desa belum bisa memenuhi harapan. Anak-anak muda yang resah ini pun menjadi ”pengembara”.
Di Dali, kota kecil yang tersembunyi di pegunungan di barat daya China, para pengelana dan pembaca tarot bergaul dengan pengusaha muda dan seniman digital. Mereka didominasi anak-anak muda mantan penduduk kota. Di kota tua di Provinsi Yunnan itu, mereka menemukan oase dari kehidupan kota yang semakin kering secara material dan spiritual.
”Ketika generasi muda berkecukupan secara material, tetapi kehilangan spiritual, tentu saja mereka akan mencari pertumbuhan pribadi dan kebebasan,” kata Bai Yunxi (33), mantan pegawai negeri sipil, Jumat (24/11/2023). Ia meninggalkan pekerjaannya yang mapan untuk menjadi pembaca zodiak atau astrolog yang berbasis di Dali.
Bai pindah ke Dali pada September 2022. Sebagai pegawai negeri sipil, kehidupan Bai sebelumnya berkutat dengan kantor, mengurusi administrasi pemerintahan, serta begitu sibuk hingga menggerogoti kesehatan emosinya. Ia merasa kering.
Kehidupan saya sekarang memberi ruang untuk mengembangkan karier dan kehidupan pribadi saya tanpa campur tangan orang lain.
Sekarang, kehidupan perempuan itu berbalik 180 derajat. Pekerjaannya sekarang memberikan bacaan astrologi secara daring. Hidupnya tak lagi terperangkap di kantor. Ia bisa bekerja di mana saja, di rumah, di kafe, atau ruang kerja bersama (co-working space) yang banyak bertebaran di Dali.
Di rumah tiga lantai yang ia tinggali sekarang, Bai tinggal dengan pasangannya, seorang teman, dan tiga ekor kucing. ”Kehidupan saya sekarang memberi ruang untuk mengembangkan karier dan kehidupan pribadi saya tanpa campur tangan orang lain,” ujarnya dengan tenteram.
Baca juga : Generasi Muda Paling Banyak Alami Stres di Tempat Kerja Selama Pandemi
Dia menjuluki Dali sebagai ”kerajaan ideal” yang berasal dari pelesetan aksara China untuk kata Dali. Nama Dali dalam aksara China juga mencerminkan status negara merdeka yang terpisah dari Kekaisaran Tiongkok pada abad ke-10. Sejarah Dali sebagai negara merdeka di masa lalu menambah daya tarik kota itu.
Tidak di desa
Meski lelah dengan kota, tak semua anak muda sukarela pindah ke desa. Pendiri perusahaan rintisan (startup) teknologi bidang rekrutmen pegawai, Chen Zhengyun (37), misalnya, tinggal di Dali karena ingin bebas dari tekanan masyarakat untuk segera menikah dan memiliki anak. Di tengah krisis kependudukan China, tekanan itu terasa berat.
Menurut Chen, di Dali ia bebas mengeksplorasi gaya hidup yang bertentangan dengan nilai-nilai konservatif, seperti hubungan tanpa ikatan pernikahan. ”Ada beberapa topik pribadi yang tidak dapat dibahas di tempat lain, tetapi bisa dibicarakan di sini,” kata pemuda itu.
Secara administratif, Distrik Kota Tua Dali merupakan bagian dari kota berpenduduk 650.000 jiwa. Pakar migrasi China di Geneva Graduate Institute, Minhua Liang, mengatakan, distrik itu telah menarik pekerja budaya sejak akhir tahun 1990-an. Saat ini, normalisasi pekerjaan jarak jauh atau bekerja dari mana saja dan kebijakan Dali yang tidak terlalu ketat meningkatkan daya tariknya.
Harga sewa properti di Dali pun relatif lebih murah dari perkotaan. Iklimnya sejuk, pemandangannya menakjubkan, dan toleransi warganya tinggi. Pada November 2023, penelusuran untuk ”Dali” di WeChat, media sosial China, meningkat 7 persen dibandingkan tahun lalu. Penelusuran itu bahkan meningkat sekitar 290 persen dalam satu hari pada akhir Juli 2023 atau puncak pencarian lokasi untuk liburan musim panas di China.
Anak-anak muda itu juga resah karena semakin beratnya beban hidup di kota. Bagi anak-anak muda China yang lari ke Dali, kehidupan di kota besar sekarang kian mahal sehingga tak layak untuk dipertahankan. Kehidupan di kota-kota di China memang semakin berat, terutama karena perekonomian China lesu sejak pandemi Covid-19. Di luar harapan, ternyata ekonomi negara adidaya itu belum kembali seperti semula meskipun pandemi sudah berlalu.
Setelah pandemi, angka pengangguran anak muda di perkotaan justru semakin tinggi, bahkan hingga sempat menyentuh rekor tertinggi pada Juni 2023. Menurut data Pemerintah China, angkatan kerja berusia 16-24 tahun di kawasan perkotaan yang tidak mendapatkan pekerjaan mencapai 21,3 persen.
Data ini sempat menimbulkan keresahan di kalangan anak muda perkotaan yang tecermin dalam unggahan di media sosial. Pada Agustus 2023, Pemerintah China berhenti menerbitkan angka pengangguran.
Akibat perekonomian yang lesu, hidup di kota-kota besar China semakin tak menjanjikan bagi anak muda. Kekayaan spriritual kering, sementara impian makmur secara material pun tak terwujud. Mereka lantas mengemasi barang, mengubur mimpi hidup sejahtera di kota, untuk pindah ke Dali.
Tak hanya di China, di Kanada pun anak-anak muda eksodus meninggalkan kota Ontario sejak 2022. Setidaknya 50.000 anak muda berumur 25-35 tahun meninggalkan kota itu hanya dalam setahun pada Maret 2022 hingga Maret 2023. Ontario belum pernah mengalami eksodus sebesar ini sebelumnya.
Dalam 12 bulan terakhir, Ontario menarik sekitar 80.000 orang, tetapi jumlah warga berkurang 50.000, jadi total orang yang pergi dari Ontario dalam setahun sekitar 130.000 orang.
Nicole Forster (25) pindah ke Edmonton dari London, Ontario, demi biaya hidup yang lebih murah. Perawat itu meninggalkan pekerjaannya karena pembekuan gaji yang diberlakukan oleh provinsi kepada perawat di tengah melonjaknya biaya hidup di Ontario. ”Saya meninggalkan Ontario akhir April atau awal Mei. Di Ontario, rasanya saya tidak akan pernah bisa memiliki rumah,” ujarnya.
Baca juga : Yang Muda, Yang Menderita Jiwanya
Di Edmonton, harga sewa rata-rata satu kamar tidur adalah 1.099 dollar AS (sekitar Rp 17 juta) per bulan. Rata-rata harga rumah 369.286 dollar AS (Rp 5,7 miliar) pada awal 2023. Harga itu jauh lebih murah dari sewa kamar dan harga rumah di Ontario yang mencapai hampir dua kali lipatnya.
Para analis menyalahkan melonjaknya biaya hidup, gaji yang stagnan, dan rendahnya keterjangkauan perumahan sebagai alasan tingginya eksodus dari Ontario. ”Dalam 12 bulan terakhir, Ontario menarik sekitar 80.000 orang, tetapi jumlah warga berkurang 50.000, jadi total orang yang pergi dari Ontario dalam setahun sekitar 130.000 orang,” kata Mike Moffatt, ekonom dan Direktur Senior Smart Prosperity Institute, wadah pemikir ekonomi di Ottawa.
Sebagian besar dari mereka pindah ke kota kecil yang lebih terpencil seperti Alberta atau kawasan Atlantik. Alberta merupakan kawasan yang sebagian besar wilayahnya masih berupa padang rumput. Adapun Atlantik adalah daerah terpencil di pinggiran Samudra Atlantik yang didominasi kawasan pantai bertebing.
Semangat berontak
Di balik fenomena Dali yang semakin menjadi magnet anak muda, ada semangat protes menggugat kebijakan Pemerintah China, dari tuntutan perempuan untuk menikah dan segera memiliki anak hingga kebijakan Presiden China Xi Jinping yang mendorong anak-anak muda kembali ke desa.
Seruan Xi agar generasi muda kembali ke desa ini dilontarkan seiring tingginya angka pengangguran anak muda perkotaan China. Dalam seruan revitalisasi perdesaan itu, Xi mendesak para lulusan perguruan tinggi di perkotaan untuk kembali ke kampung halaman mereka dan bekerja keras, sebagaimana Xi bekerja keras di kampung halamannya selama Revolusi Kebudayaan.
Seruan itu tampaknya tidak diterima oleh generasi muda perkotaan China. Mereka telanjur tumbuh dalam impian tentang kemakmuran kota. Namun, sekarang impian itu sedang buram.
Baca juga : Menjaring Para Pengembara Digital Kala Wisata Kurang Daya
Digerakkan keresahan, gelora anak-anak muda untuk berkelana ini telah memutar perekonomian lokal mulai dari tumbuhnya penginapan, kafe, co-working space, hingga usaha makanan. Mereka kerap disebut pengembara digital (digital nomad) karena ketergantungannya pada infrastruktur digital. Komunitas Nomadlist mendata kota-kota dengan pertumbuhan digital nomad tertinggi pada 2023, yaitu Tokyo (Jepang) tumbuh 369 persen pada 2022 dan 223 persen pada 2023, diikuti Da Nang (Vietnam) dan Kuala Lumpur (Malaysia).
Sementara lembaga riset WYSE Travel Confederation memprediksi, ke depan, sektor digital nomad akan tumbuh semakin pesat. Tahun 2017 diperkirakan ada 1,8 juta pengembara digital dan pada 2022 sudah tumbuh menjadi 35 juta. Tak heran, sejumlah daerah di dunia pun ingin menampung keresahan ini. (REUTERS/AP)