Hamas dan AS Ingin Perpanjangan Jeda Kemanusiaan, Israel Menolak
Hamas membuka peluang perpanjangan jeda kemanusiaan. AS mendukung. Namun, Israel menolak dan memilih berperang untuk menghancurkan Hamas.
GAZA CITY, JUMAT — Jalan menuju gencatan senjata permanen terus diupayakan. Upaya itu dilakukan setelah Hamas dan Israel sepakat membebaskan warga yang mereka tahan. Setelah dua sandera Israel dibebaskan pada Kamis (30/11/2023), terdapat enam warga Israel yang juga dibebaskan.
Total, sejak Kamis malam hingga jelang Jumat dini hari, Hamas membebaskan delapan warga Israel yang ditahannya. Mereka diserahkan kepada Palang Merah di Gaza setelah delapan minggu disandera. Setelah itu, mereka dibawa ke Israel untuk pemeriksaan kesehatan fisik dan psikologi sebelum dipertemukan kembali dengan keluarga.
Sebaliknya, 30 warga Palestina yang pernah ditahan Israel dibawa ke Ramallah di Tepi Barat. Saat bus yang membawa mereka berhenti, puluhan warga menyambut gembira kepulangan mereka.
Hamas, menurut sumber yang dekat dengan kelompok tersebut, disebut bersedia untuk memperpanjang jeda kemanusiaan agar tahanan Palestina di Israel dan warga yang mereka tahan bisa kembali ke keluarga mereka masing-masing. ”Para mediator saat ini berupaya keras, intensif dan terus-menerus agar setiap saat ada tambahan hari untuk jeda kemanusiaan dan berupaya memperpanjangnya lagi pada hari-hari berikutnya,” kata sumber tersebut.
Baca juga: Negosiasi Pertukaran Tawanan Hamas-Israel Makin Alot
Amerika Serikat, sekutu terdekat Israel, juga mendorong agar jeda kemanusiaan terus diperpanjang. Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan, mereka telah melihat perkembangan positif dalam sepekan terakhir dan ingin melihat situasi ini berkelanjutan.
”Jelas kami ingin melihat proses ini terus berjalan. Kami ingin hari ke delapan dan seterusnya,” kata Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken di Tel Aviv, Kamis.
Pemerintah Israel secara resmi belum memberikan tanggapan soal kemungkinan perpanjangan jeda kemanusiaan atau gencatan senjata permanen. Israel tampak ingin melanjutkan pertempuran—dengan tujuan membubarkan Hamas—setelah gencatan senjata berakhir.
Yang diinginkan oleh Pemerintah Israel adalah pembebasan sandera tanpa syarat apa pun oleh Hamas, seperti yang disampaikan Presiden Israel Isaac Herzoc. ”Dalam pertemuan saya dengan para pemimpin dunia, saya bermaksud menuntut tegas pembebasan segera dan tanpa syarat semua sandera yang ditahan Hamas di Gaza,” kata Herzog di Dubai, Uni Emirat Arab.
Baca juga: Untuk Sesaat, di Palestina dan Israel, Semua Bergembira
Dalam pertemuan empat mata dengan Presiden UEA Sheikh Mohammed bin Zayed, dikutip dari laman Arab News, Herzog menggarisbawahi agar semua pihak perlu bertindak dengan cara apa pun untuk membebaskan warga Israel yang ditahan Hamas. Dia meminta pemerintah UEA untuk membantu Israel mendesak Hamas agar semua warganya dibebaskan. Herzog yang datang ke Dubai dalam rangka KTT Iklim COP28 disebut akan melakukan serangkaian pertemuan dengan para pemimpin dunia untuk pembebasan warganya.
Pergeseran sikap AS
Blinken yang baru saja berkeliling ke beberapa negara Timur Tengah dan Israel, dalam beberapa pernyataannya telah memperlihatkan pergeseran sikap AS atas situasi Gaza.
Pada perjalanan ketiganya ke Timur Tengah sejak perang dimulai pada 7 Oktober, Blinken mengatakan, AS tetap berkomitmen mendukung hak Israel untuk membela diri. Akan tetapi, dia juga mengatakan sangat penting bagi Israel melindungi warga sipil jika mereka memulai operasi militer besar-besaran di Gaza selatan.
Pesannya selaras dengan perubahan retorika pemerintahan Presiden AS Joe Biden mengenai perang tersebut, setelah jumlah korban warga sipil Palestina mulai meningkat secara dramatis. Lebih dari 13.300 warga Palestina tewas, sebagian besar adalah anak-anak. Masifnya skala kehancuran di Gaza telah memicu meluasnya kritik internasional kepada Israel. Sejumlah anggota Partai Demokrat AS turut mengkritik Israel.
Seusai bertemu dengan sejumlah pejabat Israel, Blinken meyakinkan Pemerintah Israel bahwa mereka tetap bisa mengandalkan dukungan AS dalam berbagai bentuk, baik politik maupun militer. Akan tetapi, Blinken juga mengatakan, ada syarat agar dukungan itu terus diberikan, yakni kepatuhan Israel pada hukum humaniter internasional. Blinken juga mendesak Israel untuk berupaya seoptimal mungkin agar warga sipil tidak menjadi korban.
Baca juga: Direktur CIA-Mossad ke Qatar, Jajaki Jeda Kemanusiaan di Gaza Lebih Lama
Blinken meminta ada tindakan pencegahan yang lebih baik agar tidak ada warga sipil menjadi korban serangan Israel. Blinken, sebut laporan itu, menegaskan pada Israel agar sebelum menggelar operasi lanjutan ke Gaza selatan, harus ada rencana jelas yang mengutamakan perlindungan warga sipil.
”Netanyahu dan pihak-pihak lainnya agar bisa memahami bahwa kondisi warga sipil dan skala pengungsian yang sangat besar seperti yang kita lihat di utara tidak akan terulang di wilayah selatan,” kata Blinken.
Baca juga: Asa Perpanjangan Jeda Kemanusiaan di Gaza
Selain itu, Blinken meminta agar bantuan kemanusiaan tetap berlanjut dikirim ke Gaza. Blinken mengklaim, Israel setuju dengan hal itu, tetapi dia menolak memberikan rincian tindak lanjutnya.
Wilayah Gaza selatan menjadi lokasi pengungsian lebih dari 1,1 juta warga Gaza utara. Akan tetapi, wilayah Gaza selatan tidak lantas bebas serangan. Berulang kali tentara Israel mengarahkan serangannya ke wilayah tersebut.
Kantor Netanyahu tidak mengeluarkan tanggapan soal pernyataan Blinken. Akan tetapi, dalam sebuah pesan yang direkam sebelumnya, Netanyahu menyebut pembicaraan dengan Blinken dilakukan tak lama setelah serangan di Yerussalem. Kepada Blinken, Netanyahu mengatakan, dia dan Pemerintah Israel akan melenyapkan Hamas dan tidak ada yang akan bisa menghentikannya.
”Kami akan melanjutkan perang ini sampai kami mencapai tiga tujuan—membebaskan semua korban penculikan, melenyapkan Hamas sepenuhnya, dan memastikan bahwa Gaza tidak akan lagi menghadapi ancaman seperti itu,” kata Netanyahu.
Yoav Gallant, Menteri Pertahanan Israel, kepada Blinken juga menegaskan, perang tidak akan berakhir sebelum tujuan Israel tercapai. ”Kami akan melawan Hamas sampai kami menang tidak peduli berapa lama waktu yang dibutuhkan. Ini adalah perang yang adil. Ini adalah perang untuk (mengalahkan) Hamas. Ini adalah perang untuk memulangkan para sandera. Selama itu diperlukan,” kata Gallant. (AP/AFP/Reuters)