Israel-Hamas Perpanjang Jeda Kemanusiaan Sampai Rabu
Hamas setuju membebaskan 20 anak dan perempuan sandera serta meminta 60 anak dan perempuan Palestina dibebaskan Israel.
Oleh
KRIS MADA
·3 menit baca
DOHA, SELASA – Israel-Hamas setuju memperpanjang jeda kemanusiaan sampai Rabu (30/11/2023). Perpanjangan disepakati setelah tambahan pembebasan tawanan dan sandera disetujui para pihak.
Mediator para pihak, Qatar, mengumumkan perpanjangan itu pada Senin (27/11/2023) malam di Doha. Pengumuman disampaikan beberapa jam sebelum masa berlaku awal jeda kemanusiaan berakhir pada Selasa pukul 00.00 waktu Gaza.
Perpanjangan jeda diumumkan setelah Hamas membebaskan 11 warga asing. Para sandera itu merupakan warga Argentina, Jerman, dan Perancis. Seluruhnya diantarkan petugas Komite Internasional Palang Merah (ICRC) dari Gaza ke Israel.
Perpanjangan jeda diungkap selepas Hamas setuju membebaskan hingga 20 anak dan perempuan sipil yang disanderanya. Sebagai imbalan, Hamas meminta 60 anak dan perempuan Palestina dibebaskan dari tawanan Israel.
Ada ribuan perempuan dan anak Palestina ditawan di berbagai penjara Israel. Sebagian belum pernah disidang, meski sudah dipenjara bertahun-tahun. Adapun yang disidang, malah diadili diajukan ke mahkamah militer.
Sebagian besar tawanan Palestina belum berusia 10 tahun saat ditangkap Israel. Mayoritas penangkapan dipicu pelemparan batu ke tank dan aneka kendaraan lapis baja Israel.
Pasokan kemanusiaan
Hamas juga meminta tambahan alokasi pasokan bantuan kemanusiaan dan bahan bakar ke Gaza, selatan maupun utara. "Setiap tambahan hari tenang amat berharga bagi warga Gaza, khususnya soal pengiriman bantuan. Kami berharap momentum ini membantu membuka pintu perundingan bagi gencatan senjata yang lebih lama," ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri Qatar Majid Al-Ansari.
Ansari mengindikasikan para pihak setuju terus berunding selama jeda kemanusiaan. Penghentian pertempuran sejak Jumat lalu ini memang bukan gencatan senjata.
Kini, perundingan fokus pada pembebasan sandera dan tawanan. Pembebasan diprioritaskan pada orang-orang yang dinilai paling berisiko jika terus ditawan.
Anggota biro politik Hamas Ghazi Hamad mengatakan, Hamas ingin perang dan pendudukan Israel dihentikan. "Kami berharap perpanjangan (jeda kemanusiaan) bisa terus berlanjut sampai perang ini berakhir," ujarnya kepada Al Jazeera.
Hamas berharap komunitas internasional terus menekan Israel untuk mengakhiri pendudukannya di Palestina. Perang Gaza dan serbuan aparat Israel ke Tepi Barat adalah bukti baru kekejaman Israel terhadap Palestina.
Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-bangsa Antonio Guterres menyebut perpanjangan itu pelita harapan kemanusiaan. Meski demikian, ia mengingatkan bahwa perpanjangan dua hari tidak akan cukup untuk memasok bantuan kemanusiaan ke Gaza.
"Saya sangat berharap (perpanjangan jeda kemanusiaan) ini memungkinkan kita meningkatkan pasokan bantuan ke Gaza. Meski dengan tambahan waktu ini, tetap mustahil memenuhi kebutuhan warga di sana," kata Guterres.
Juru bicara Dewan Keamanan Nasional Amerika Serikat John Kirby mengatakan, AS akan terus mendesak Israel sekuat mungkin menghindari korban sipil. Ia menolak menjawab saat ditanya soal desakan agar AS menekan Israel menyepakati gencatan senjata dengan berbagai kelompok bersenjata di Palestina.
Sejak perang Gaza meletus hampir dua bulan lalu, AS dan sejumlah negara Barat menolak gencatan senjata diberlakukan. Bahkan, AS malah mengusulkan tambahan bantuan militer untuk Israel.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dijadwalkan kembali menyambangi Timur Tengah. Sejak perang meletus, ia sudah bolak-balik ke Timur Tengah. Misi awalnya menunjukkan dukungan pada Israel. Selanjutnya, dalam sebulan terakhir, misinya fokus pada pembebasan sandera dan pengiriman bantuan kemanusiaan ke Gaza. (AP/REUTERS)