Asa Perpanjangan Jeda Kemanusiaan di Gaza
Hamas mau berupaya memperpanjang jeda kemanusiaan untuk membebaskan lebih banyak tawanan. Namun, Israel minta Hamas membebaskan lebih banyak tahanan.
DEIR AL-BALAH, SENIN — Kesepakatan jeda kemanusiaan antara Hamas dan Israel memasuki hari terakhir, Senin (27/11/2023). Sumber yang dekat dengan kelompok Hamas, kepada kantor berita AFP, menyebutkan, Hamas bersedia memperpanjang jeda kemanusiaan. Israel juga menghadapi tekanan untuk memperpanjang jeda tersebut.
”Hamas telah menginformasikan kepada para mediator bahwa kelompok perlawanan bersedia memperpanjang jeda saat ini selama 2-4 hari lagi. Kelompok perlawanan yakin, sangat mungkin membebaskan 20-40 tawanan Israel,” sebut sumber itu kepada AFP. Syaratnya, hanya jika Israel menambah jumlah tahanan Palestina yang dibebaskan.
Baca juga: Hamas Telah Bebaskan 40 Warga Israel
Pada Minggu, Hamas telah melepaskan 17 sandera yang ditahan di Gaza, termasuk anak perempuan berusia 4 tahun berkewarganegaraan ganda, Israel-Amerika Serikat, 3 warga Thailand, dan 1 warga Rusia. Sementara Israel membebaskan 40 warga Palestina yang berusia remaja.
Jeda kemanusiaan dimulai pada Jumat (24/11/2023) sebagai kesepakatan antara Hamas dan Israel dengan mediasi Qatar dan Mesir serta keterlibatan Amerika Serikat. Sesuai kesepakatan, untuk setiap satu sandera yang dibebaskan Hamas, Israel akan membebaskan tiga tahanan Palestina.
Perdana Menteri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman al-Thani kepada harian The Financial Times, Senin (27/11/2023), mengatakan, upaya untuk memperpanjang jeda pertempuran Israel-Hamas akan bergantung pada keberhasilan Hamas menemukan puluhan perempuan dan anak-anak yang disandera di Gaza oleh warga sipil dan geng bersenjata.
Setidaknya ada 40 perempuan dan anak yang ditawan di Gaza, tetapi bukan oleh Hamas. ”Jika Hamas bisa menemukan mereka, akan ada perpanjangan,” ujarnya.
Baca juga: China dan Angan Perdamaian di Palestina
Sheikh Mohammed mengatakan, Israel telah memberi Qatar daftar lebih dari 90 wanita dan anak-anak yang ditangkap selama serangan Hamas pada 7 Oktober 2023. Sekitar 240 orang disandera dan dibawa kembali ke Gaza yang dikuasai Hamas. Tawanan lainnya mencakup tentara Israel dan warga sipil lanjut usia.
Dia mengatakan, Israel bersedia memperpanjang jeda pertempuran hanya jika ”ada bukti” bahwa Hamas masih bisa membebaskan lebih banyak perempuan dan anak-anak. Jika Hamas tak bisa melakukannya, tidak akan ada perpanjangan waktu.
Hamas sudah mengatakan kepada Qatar bahwa anggota-anggotanya tidak menangkap warga sipil. Hamas menyalahkan kelompok lain dan warga Palestina yang mengamuk di Israel selatan setelah Hamas berhasil menerobos penghalang keamanan Israel di sekitar Gaza. ”Ketika kesepakatan penyanderaan ditengahi, disepakati 50 perempuan dan anak-anak akan dibebaskan karena jumlah itu menurut Hamas yang dapat diamankan,” kata Sheikh Mohammed.
Secara keseluruhan, menurut kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, di dalam daftar tahanan Hamas yang akan dibebaskan terdapat sembilan anak yang berusia 17 tahun ke bawah. Netanyahu mengaku sudah berbicara dengan Presiden AS Joe Biden soal perpanjangan jeda kemanusiaan.
Israel menghadapi tekanan yang semakin besar untuk memperpanjang jeda kemanusiaan. Para pemimpin Israel, Minggu (26/11/2023), bersikukuh untuk terus menggempur Hamas. ”Kita akan meneruskan sampai selesai, sampai menang. Tidak ada yang akan menghentikan kita, kita yakin punya kekuatan, kehendak, dan tekad untuk mencapai semua tujuan perang,” kata Netanyahu di hadapan para tentara Israel saat berada di Gaza.
Bantuan kemanusiaan yang sangat diperlukan bisa masuk dan sandera bisa keluar. Kesepakatan ini diatur supaya bisa diperpanjang untuk mendapat hasil-hasil tersebut. Tujuan saya, tujuan kita bersama untuk menjaga jeda berlangsung setelah besok.
Menteri Luar Negeri Perancis Catherine Colonna, kepada BFMTV, Minggu (26/11/2023), mengatakan, perpanjangan jeda kemanusiaan sampai semua sandera dibebaskan, termasuk warga Perancis, dinilai baik dan perlu. Biden mengungkapkan harapan senada bahwa jeda kemanusiaan bisa berlanjut selama mungkin.
”Bantuan kemanusiaan yang sangat diperlukan bisa masuk dan sandera bisa keluar. Kesepakatan ini diatur supaya bisa diperpanjang untuk mendapat hasil-hasil tersebut. Tujuan saya, tujuan kita bersama untuk menjaga jeda berlangsung setelah besok,” kata Biden.
Baca juga: Mesir Isyaratkan Kemungkinan Perpanjangan Jeda Kemanusiaan di Gaza
Jeda kemanusiaan telah memberi kelonggaran bagi 2,3 juta penduduk Gaza untuk bisa sejenak lepas dari pertempuran. Tembakan roket Hamas ke Israel dihentikan. Perserikatan Bangsa-Bangsa menyebutkan, jeda kemanusiaan juga memungkinkan peningkatan pengiriman makanan, air, dan obat-obatan dalam jumlah besar. Hanya, pengiriman sebanyak 160-200 truk per hari tetap belum cukup memenuhi kebutuhan para pengungsi.
Meski demikian, ratusan ribu warga Palestina yang melarikan diri dari Gaza utara dilarang masuk lagi ke wilayah itu oleh pasukan Israel. Militer Israel sudah meminta warga Palestina untuk tidak kembali ke utara atau mendekat dalam jarak 1 kilometer dari pagar perbatasan.
Mereka hanya ingin melihat kondisi rumah mereka. ”Tentara Israel menembaki siapa pun yang mendekat perbatasan,” kata warga Gaza, Rami Hazarein.
Tidak teratur
Sayap militer Hamas merilis video yang menunjukkan anggota-anggota Hamas menyerahkan sandera kepada Komite Palang Merah Internasional dan paramedis. Para sandera yang dibebaskan sebagian besar tidak terlihat oleh publik. Pihak rumah sakit mengabarkan kondisi fisik mereka pada umumnya baik.
Warga Israel, Merav Raviv, yang ketiga saudaranya dibebaskan, Jumat (24/11/2023), menceritakan, sepupu dan bibinya, Keren dan Ruth Munder, diberi makan secara tidak teratur sehingga berat badan mereka turun sampai 7 kilogram hanya dalam 50 hari.
Setelah sebagian sandera kembali ke keluarganya—sebagian masih dirawat di rumah sakit—cerita-cerita tentang kondisi penahanan mereka mulai tersebar. Ada yang menceritakan mereka kerap kali hanya makan roti dan nasi. Mereka tidur di atas kursi-kursi plastik yang disatukan. Urusan mandi juga repot karena terkadang harus menunggu selama berjam-jam untuk dapat giliran mandi.
Baca juga: Ruang Rahasia di Doha Monitor Langsung Jeda Kemanusiaan Gaza
Gambaran paling lengkap tentang kondisi para sandera Hamas diceritakan Yocheved Lifshitz (85). Dia menceritakan ditahan di dalam terowongan yang membentang di bawah Gaza seperti jaring laba-laba. Para penyendera memberi tahu kepada mereka bahwa mereka orang-orang yang percaya pada Al Quran dan tidak akan menyakiti sandera.
Sandera diperlakukan dengan baik dan menerima perawatan medis, termasuk pengobatan. Para penjaga di dalam terowongan menjaga kondisi ruangan tetap bersih. Para sandera diberi makan satu kali sehari berupa keju, mentimun, dan roti pita. Para penyandera juga makan makanan yang sama.
Eyal Nouri, keponakan Adina Moshe (72) yang dibebaskan pada Jumat (24/11/2023), menceritakan bibinya sampai harus menutup mata dan menyesuaikan diri dengan sinar matahari ketika dibebaskan karena berada dalam kegelapan selama berminggu-minggu. ”Selama tujuh minggu di sekitarnya gelap total. Dia juga berjalan dengan menunduk karena berada dalam terowongan. Selama disandera, dia benar-benar terputus dari dunia luar,” kata Nouri.
Baca juga: Hamas Lepas 13 Sandera Israel, 10 Thailand dan 1 Filipina, Ditukar 39 Tahanan Palestina
Moshe tidak tahu dia akan dibebaskan sampai saat-saat terakhir. ”Sampai dia melihat sendiri ada anggota Palang Merah. Barulah dia sadar, pengalaman mengerikan ini sudah berakhir,” kata Nouri. Moshe mendapat kabar suaminya tewas dan keluarga anaknya selamat.
Sebagian besar sandera yang dibebaskan tampaknya dalam kondisi fisik yang baik, mampu berjalan dan berbicara dengan normal. Hanya, para dokter memperingatkan dampak psikologis yang besar dari pengalaman ditawan sebagai sandera. Israel menyediakan konseling dan bantuan lain bagi mereka yang sudah dibebaskan.
Setidaknya dilaporkan ada dua sandera yang membutuhkan perawatan medis lebih serius, yakni Alma Abraham (84) yang sudah dirawat di Pusat Medis Soroka Israel di kota Beersheba. Ada penyakit bawaan yang tidak diobati dengan baik ketika disandera.
Yair Rotem, saudara dari Hila Rotem-Shoshani (12) yang dibebaskan, Minggu (26/11/2023), menceritakan dia sampai harus mengingatkan keponakannya itu untuk tidak perlu berbisik lagi. ”Kata keponakan saya, para sandera selalu disuruh diam sehingga kalau bicara mereka harus berbisik-bisik. Saya terus mengingatkan, dia sekarang boleh bicara keras-keras,” kata Rotem.
Ohad Munder (9), keponakan Raviv, dikunjungi teman-temannya segera setelah dibebaskan dan dirawat di rumah sakit. Mereka merayakan ulang tahun ke-9 yang terlambat sebulan dengan es krim dan piza di bangsal rumah sakit.
Salah satu teman Munder, Eitan Vilchik, menceritakan Munder sudah ”kuat secara emosional” dan sudah bisa menjawab pertanyaan mereka soal apa yang dia makan dan apa yang terjadi padanya saat disandera. Namun, teman-teman Munder tidak mau menceritakan rinciannya dengan alasan mereka mau menghormati privasinya.
Vilchik mengatakan, para guru di sekolah mereka sudah membatalkan persyaratan pekerjaan rumah Munder, tetapi teman-temannya akan membantunya mengerjakan mata pelajaran yang dia lewatkan gara-gara disandera. Menurut Vilchik, Munder masih bisa menyelesaikan permainan kubus rubik dalam waktu kurang dari 1 menit. (REUTERS/AP)