Ruang Rahasia di Doha Monitor Langsung Jeda Kemanusiaan Gaza
Ruang operasional itu memiliki jalur komunikasi langsung dan ”real-time” dengan Israel, kantor politik Hamas di Doha, dan Komite Palang Merah Internasional.
Oleh
IRENE SARWINDANINGRUM
·4 menit baca
Sebuah ruang operasi rahasia di Doha, Qatar, memantau secara langsung jalannya jeda kemanusiaan dan pembebasan sandera di Jalur Gaza. Ruang operasional itu memiliki jalur komunikasi langsung dan real-time dengan Israel, kantor politik Hamas di Doha, dan Komite Palang Merah Internasional.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Qatar, Majed al-Ansari, mengatakan, ruang operasi itu berperan vital dalam menjaga jalur komunikasi yang jelas dengan semua pihak yang terlibat dalam jeda kemanusiaan dan penukaran sandera. ”Hal yang penting, kami menjaga jalur komunikasi yang jelas dengan semua pihak melalui ruang operasi dan memastikan lingkungan tempat pemindahan sandera akan aman,” kata Ansari kepada wartawan di Doha, Jumat (24/11/2023).
Ansari tak menjelaskan rincian teknik pemantauan tersebut. Dikutip dari situs Al-Jazeera, pemantauan dilakukan melalui siaran langsung dengan tujuan mengetahui kemungkinan pelanggaran. Informasi yang diperoleh di ruang operasional itu merupakan kejadian yang berlangsung saat itu juga.
Pemantauan secara langsung itu bertujuan agar Qatar bisa melakukan upaya untuk menghentikan pelanggaran sekecil apa pun. Langkah ini diambil untuk memastikan gencatan senjata itu dapat berlanjut selama empat hari sesuai kesepakatan.
Hari pertama jeda kemanusiaan di Jalur Gaza berlangsung dengan aman. Namun, suasana jeda tetap tegang karena baik Israel maupun Hamas sama-sama telah memperingatkan mereka siap berperang lagi segera setelah jeda pertempuran itu selesai.
Melalui pesan video, juru bicara sayap militer Hamas, Abu Ubaida, menyerukan eskalasi konfrontasi dengan Israel di semua lini perlawanan. Lini ini termasuk kawasan di luar Gaza, salah satunya di Tepi Barat yang diduduki Israel. Kekerasan terhadap warga Palestina dilaporkan telah meningkat di Tepi Barat sejak perang Gaza meletus hampir tujuh pekan lalu.
Ini akan menjadi jeda singkat, yang pada akhirnya perang dan pertempuran akan berlanjut dengan kekuatan besar dan akan menghasilkan tekanan untuk kembalinya lebih banyak sandera.
Militer Israel juga menyatakan pertempuran akan dilanjutkan segera setelah jeda kemanusiaan berakhir. ”Ini akan menjadi jeda singkat, pada akhirnya perang dan pertempuran akan berlanjut dengan kekuatan besar dan menghasilkan tekanan untuk kembalinya lebih banyak sandera. Diperkirakan akan terjadi perang setidaknya dua bulan,” kata Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant kepada Komando Angkatan Laut Israel seperti dirilis dalam pernyataan Kementerian Pertahanan Israel.
Juru Bicara Militer Israel Daniel Hagari mengatakan, penguasaan atas Gaza utara adalah langkah pertama dari perang yang panjang. ”Kami sedang mempersiapkan tahap selanjutnya,” katanya.
Menjelang menit-menit terakhir berlakunya jeda kemanusiaan pun pertempuran terus berkobar antara pasukan Israel dan Hamas. Para pejabat di kantong yang dikuasai Hamas mengatakan, sebuah rumah sakit di Kota Gaza menjadi sasaran bom Israel.
Namun, memasuki masa jeda kemanusiaan, suasana pertempuran di Gaza menghilang. Langit Gaza menjadi sunyi dari suara ledakan bom dan peluncur roket yang biasanya terus berlangsung sepanjang hari. Warga Gaza bisa bernafas lega dan menengok rumah mereka meskipun banyak yang sudah tinggal puing-puing.
Jeda permanen
Qatar telah memainkan peran penting dalam mediasi pembebasan sandera yang dikompensasi dengan jeda kemanusiaan antara Hamas dan Israel. Mediasi rumit penuh pembicaraan dan lobi rahasia ini dimulai beberapa hari sejak perang Israel-Hamas pecah pada 7 Oktober 2023. Selain dengan Hamas, mediasi tingkat tinggi ini melibatkan para pemimpin negara Israel, Amerika Serikat, dan Mesir.
Setelah keberhasilan untuk jeda kemanusiaan pertama, Qatar berharap bisa merundingkan perjanjian berikutnya. Targetnya jeda kemanusiaan permanen dan pembebasan sandera tambahan dari Gaza pada hari keempat jeda pertempuran. “Kami semua berharap jeda pertempuran ini akan membuka peluang untuk memulai upaya yang lebih luas demi mencapai gencatan senjata permanen,” kata Ansari.
Di balik layar tercapainya kesepakatan jeda kemanusiaan pertama ini, Qatar melancarkan mediasi tiga hubungan antara Israel dan Hamas. Para duta besar Qatar di berbagai negara telah bertemu dengan keluarga sandera di seluruh dunia.
”Mereka tahu ada anak-anak, ada perempuan, ada keluarga yang menderita setiap hari, karena kurangnya informasi, karena mereka tidak tahu apa yang terjadi dengan anggota keluarganya saat ini. Jadi, ini perasaan baru. Itu tugas kami,” katanya.
Qatar telah menjadi tuan rumah bagi kantor politik Hamas selama lebih dari 10 tahun. Qatar sekaligus juga rumah bagi pangkalan militer AS terbesar di kawasan. Negara itu satu-satunya pihak yang dapat bernegosiasi atas nama Hamas dan Brigade Al-Qassam, sayap militer Hamas.
Kewenangan unik itu tak lepas dari kekuatan dana negara kecil nan kaya raya dengan gas alamnya. Uang Qatar telah membantu Hamas membayar gaji pegawai negerinya. Ayah Emir saat ini, Hamad Bin Khalifa Al-Thani, bahkan mengunjungi Gaza pada 2012.
Ansari mengatakan, selama empat hari jeda kemanusiaan, informasi tentang sisa sandera akan terus dikumpulkan. Pejabat Qatar mengatakan, Qatar mengharapkan kedua belah pihak untuk mematuhi ketentuan perjanjian.
Dipatuhinya kesepakatan jeda kemanusiaan yang pertama ini dipandang perkembangan yang sangat positif. Diharapkan, kondisi ini akan mengarah pada gencatan senjata permanen dan menyeluruh. (REUTERS/AP/AFP)