Rusia Alokasikan 40 Persen Anggaran Nasional untuk Perang
Anggaran tersebut dikembangkan secara khusus untuk mendanai militer. Sejumlah pabrik, termasuk pabrik roti diubah menjadi pabrik pesawat nirawak militer.
Oleh
IRENE SARWINDANINGRUM
·4 menit baca
Presiden Rusia Vladimir Putin mengangkat gelas dalam sebuah pertemuan di Moskwa, Rusia, pada 23 Junir 2022 lalu.
MOSKWA, SELASA - Presiden Rusia Vladimir Putin menyetujui peningkatan anggaran perang untuk tiga tahun ke depan. Peningkatan itu disebutkan yang terbesar dalam anggaran nasional negara itu untuk tiga tahun ke depan. Rusia akan mengalokasikan anggaran untuk pertahanan dan keamanan mencapai lebih kurang 40 persen dari total anggaran nasional. Peningkatan alokasi ini seiring dengan berlarutnya perang di Ukraina.
Presiden Rusia Vladimir Putin menandatangani anggaran nasional pada Senin (27/11/2023) waktu setempat. Dibandingkan dengan anggaran nasional tahun lalu, anggaran baru ini meningkat sekitar 25 persen. Yang menarik adalah, anggaran pertahanan dan penegakan hukum untuk tahun 2024 itu meningkat hampir 70 persen dibandingkan dengan anggaran untuk tahun 2023.
Secara keseluruhan, anggaran tahun 2024 telah memprakirakan pengeluaran nasional yang jumlahnya mencapai 36,6 triliun rubel atau setara dengan 415 miliar dollar AS. Defisit anggaran diduga bakal mencapai 1,5 triliun rubel atau sekitar 9,5 miliar dollar AS.
Ketua Majelis Rendah Parlemen Rusia, Vyacheslav Volodin mengatakan, anggaran tersebut dikembangkan secara khusus untuk mendanai militer. Selain itu, kenaikan anggaran juga untuk mengurangi dampak sanksi internasional yang diberlakukan setelah Rusia menyerang Ukraina.
Sanksi ekonomi dari negara-negara Barat membuat Rusia tidak dapat melakukan perdagangan internasional baik dengan mata uang dollar AS, euro, maupun poundsterling. Akibatnya, sejumlah komoditas negeri itu, termasuk minyak, terpaksa dijual dengan harga lebih rendah daripada harga pasaran karena menggunakan mata uang lain.
Di sisi lain, rendahnya tingkat pengangguran Rusia, upah yang lebih tinggi, dan tingginya belanja sosial dinilai akan membantu Kremlin mengatasi dampak domestik dari peralihan perekonomian untuk pertahanan tersebut.
Rincian dari alokasi anggaran Rusia itu dirahasiakan karena Kremlin berusaha menyembunyikan rencana militernya. Kerahasiaan ini juga untuk menghindari pengawasan terhadap operasinya di Ukraina.
Namun jurnalis bisnis independen Rusia, Farida Rustamova dan Maksim Tovkaylo, berhasil mengungkap, sekitar 39 persen dari seluruh belanja federal itu akan digunakan untuk pertahanan dan penegakan hukum pada tahun 2024.
Sementara itu, Rusia memiliki target pendapatan yang ambisius pada tahun 2024, yaitu sebesar 35,1 triliun rubel atau sekitar 391,2 miliar dollar AS pada tahun depan atau meningkat sebesar 22,3 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Optimisme Rusia ini bersandar pada asumsi harga minyak yang tinggi.
Terkait perang di Ukraina, setidaknya dalam dua pekan terakhir, Rusia meningkatkan serangan pesawat nirawak ke Ukraina. Serangan terbesar pesawat nirawak itu terjadi akhir pekan lalu dengan lebih dari 100 pesawat diluncurkan Rusia-Ukraina pada Sabtu-Minggu. Mayoritas pesawat itu dijatuhkan sebelum mencapai sasaran.
Pakar Militer dan Ekonomi Rusia di Royal United Services Institute di London, Richard Connoly menilai, peningkatan anggaran tersebut bertujuan untuk menyelesaikan perang di Ukraina. Selain itu, Rusia tampaknya bersiap untuk konfrontasi militer dengan Barat untuk masa yang sangat panjang. “Ini sama saja dengan melakukan militerisasi ulang secara besar-besaran pada masyarakat Rusia,” katanya.
Di Rusia, sejumlah bisnis rumahan dialihkan untuk pembuatan alat perang. Salah satunya seperti usaha roti rumahan yang sekarang diminta membuat pesawat nirawak (drone), salah satunya di Pabrik Roti Tambov, sekitar 400 kilometer dari Moskwa.
Dari membuat 30 ton roti, pabrik itu sekarang menghasilkan 250 pesawat nirawak dalam sebulan. The Economist melaporkan, pengalihan itu dilakukan atas permintaan pihak militer. Sejumlah mesin produksi lantas dimodifikasi untuk memproduksi drone.
Di tengah sanksi ekonomi dari Barat, ekonomi Rusia bertahan. Kondisi ini berkebalikan dengan prediksi sebelumnya, bahwa Rusia akan mengalami kesulitan ekonomi karena sanksi tersebut. Kinerja perekonomian Rusia yang baik dibantu oleh adaptasi bertahap atas sanksi Barat.
Moskwa telah menemukan celah dan jalur perdagangan baru untuk mengimpor komponen yang dicekal penjualannya. Rusia menggunakan jalur Lituania untuk memperoleh sejumlah suku cadang penerbangan, dan menggunakan jalur Kazakhstan untuk mendapat microcip.
Sementara itu, kenaikan harga minyak - hampir 60 persen, terhitung sejak Maret - turut memompa ekonomi Rusia. Putin mengatakan, defisit anggaran hanya akan mencapai 1 persen dari produk domestik bruto tahun ini.
Ekonom Rusia Alexandra Prokopenko mengatakan, meskipun saat ini ekonomi Rusia dalam kondisi baik, ia menilai dalam jangka panjang ekonomi Rusia akan mengalami serangkaian "ledakan bom waktu". Salah satunya adalah melemahnya rubel yang sempat turun 30 persen sejak level tertingginya di bulan Januari terhadap mata uang internasional lainnya. (AP/AFP/REUTERS)