Pascapeluncuran Malligyong-1, Dua Korea Kembali Bersitegang
Korea Selatan dan Korea Utara kembali menegang. Peluncuran satelit mata-mata Malligyong-1 oleh Korea Utara memicunya.
Oleh
HELENA FRANSISCA NABABAN
·3 menit baca
SEOUL, SENIN — Hubungan Korea Utara dan Korea Selatan kembali tegang. Korea Utara terpantau mengirim pasukan ke wilayah perbatasan dengan Korea Selatan dan membangun kembali pos penjagaan. Langkah itu menjadi tanggapan Korea Utara atas tindakan Korea Selatan yang menangguhkan kesepakatan 2018.
Kesepakatan 2018 merupakan kesepakatan antara Korea Selatan dan Korea Utara untuk mengurangi ketegangan militer di Semenanjung Korea. Seturut kesepakatan itu, jalan raya dan jalur kereta api disambung kembali.
Kantor Berita Korea Selatan, Yonhap, mengutip keterangan dari Kementerian Pertahanan Korea Selatan, Senin (27/11/2023), melaporkan, pembangunan kembali pos penjagaan berlangsung sejak Jumat (24/11). Sebanyak 11 pos penjagaan, yang dihancurkan menyusul kesepakatan 2018, terlihat dibangun kembali.
Melalui foto yang dirilis Angkatan Bersenjata Korea Selatan, tentara Korea Utara membangun kembali pos penjagaan dari kayu. Pos itu dibangun di Zona Demiliterisasi yang memisahkan kedua negara.
Pembangunan pos penjagaan itu merupakan tanggapan Korea Utara atas tindakan Korea Selatan yang menangguhkan kesepakatan 2018. Korea Selatan menangguhkan kesepakatan itu sebagai bentuk protes kepada Korea Utara setelah Pyongyang meluncurkan satelit mata-mata.
Korea Selatan bersama Amerika Serikat mengecam keras peluncuran satelit itu. Menurut Seoul dan Washington, peluncuran satelit itu merupakan provokasi yang mengancam perdamaian kawasan. Seperti diketahui, Selasa (21/11), Pyongyang meluncurkan satelit mata-mata bernama Malligyong-1.
Peluncuran di pekan lalu itu merupakan peluncuran ketiga yang dilakukan Korea Utara pada tahun ini. Peluncuran ketiga itu terjadi setelah Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un menggelar kunjungan kenegaraan ke Rusia.
Dalam kunjungan itu, Presiden Rusia Vladimir Putin berjanji membantu Pyongyang mengembangkan satelit. Sementara itu, seperti diberitakan, peluncuran satelit Korea Utara pada bulan Mei dan Agustus mengalami kegagalan.
Pascapeluncuran satelit mata-mata Malligyong-1 pada Selasa pekan lalu, Korea Utara kembali meningkatkan aktivitas militer mereka. Sementara itu, seusai peluncuran satelit Malligyong-1, Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol memerintahkan militer Korea Selatan memantau Korea Utara secara ketat. Ia juga memerintahkan militer untuk bersiap siaga.
Angkatan Bersenjata Korea Selatan lantas menempatkan sistem pengintai dan pengawas di wilayah perbatasan dengan Korea Utara. Angkatan Bersenjata Korea Selatan mengatakan, penempatan itu merupakan ”langkah pertahanan minimum” Korea Selatan menghadapi ancaman Korea Utara yang meningkat.
Korea Utara marah dengan tindakan Korea Selatan yang menangguhkan kesepakatan 2018. Dari laporan Reuters, Kamis (23/11), yang mengutip pernyataan Kementerian Pertahanan Korea Utara yang diunggah Kantor Berita Korea Utara, KCNA, Kementerian Korea Utara mengatakan akan menempatkan pasukan bersenjata yang lebih kuat dan persenjataan baru di perbatasan dengan Korea Selatan.
Korea Utara juga akan memulihkan kegiatan militer yang selama ini terhenti dengan adanya kesepakatan dengan Korea Selatan. ”Mulai saat ini, tentara kami tidak lagi terikat dengan kesepakatan militer Utara-Selatan,” terang Kementerian Pertahanan Korea Utara dalam sebuah pernyataan.
”Kami akan menarik semua langkah militer yang diambil untuk mencegah ketegangan militer dan konflik di semua aspek baik di darat, laut, maupun udara. Kami juga akan menempatkan pasukan bersenjata yang lebih kuat dan peralatan militer terbaru di wilayah Garis Demarkasi Militer.”