Serasa Pulang Kampung dengan Whoosh
Sejumlah wartawan China mencoba naik kereta cepat Jakarta-Bandung, Whoosh, dan merasa seperti berada di kampung halaman sendiri. Hal yang berbeda hanya motif kursi dan bahasa yang digunakan.
Li Tianchang bingung sejenak. Ia merasa sedang pulang ke kampung halamannya di Shaanxi, China. Padahal, mahasiswa Universitas Padjadjaran, Bandung, itu sedang dalam kereta cepat Jakarta-Bandung.
Peserta program pertukaran mahasiswa Indonesia-China itu menceritakan pengalamannya naik kereta itu kala ditemui pada Rabu (22/11/2023) di Bandung, Jawa Barat. Ia naik kereta cepat dari Stasiun Halim di Jakarta ke Stasiun Padalarang di Bandung. Baru 10 menit kala kereta yang bernama Whoosh itu meninggalkan Stasiun Halim ketika Li mulai tertidur.
Saat bangun, ia kebingungan sejenak. Ketika melihat motif batik megamendung di kursi kereta di depannya, dia baru sadar sedang dalam perjalanan ke Bandung. ”Sudah sangat mirip dengan kereta cepat di China. Kecepatan dan suasana bagian dalam kereta sama. Makanya saya merasa seperti sedang di China,” ujar mahasiswa yang oleh dosennya di Bandung diberi nama Yoga agar lebih mudah dipanggil itu.
Baca juga: Transportasi Massal yang Cepat dan Efisien
Sebelum naik Whoosh (Waktu Hemat Operasi Optimal Sistem Hebat), Li alias Yoga pernah naik kereta reguler. Meski perjalannya lebih lambat, Yoga menyebut perjalanan dengan kereta biasa bisa dinikmati jika naik bersama teman-teman.
Ia dan teman-temannya bisa lebih menikmati pemandangan di sepanjang perjalanan. Akan tetapi, kalau membutuhkan kecepatan atau buru-buru harus sampai di tujuan, naik kereta cepat lebih baik.
Kereta biasa juga dipilih untuk alasan berhemat. Karena itu, sejak Whoosh diresmikan 2 Oktober 2023, Li baru sekali naik kereta itu. ”Kalau saya masih banyak uang, saya pasti akan pilih kereta cepat. Kalau sedang miskin atau menabung, pilih yang biasa saja,” ucap Li yang fasih berbahasa Indonesia setelah belajar bahasa Indonesia selama dua tahun di Beijing Foreign Studies, Beijing.
Sementara fotografer kantor berita Xinhua, Xu Qin, sudah 21 kali naik Whoosh. Jurnalis kantor berita China yang ditempatkan di Jakarta itu juga menyebut naik Whoosh seperti naik kereta cepat di China.
”Tidak tahu kenapa, saya senang lihat penumpang lain memotret layar kecepatan. Setiap kali kecepatannya sampai 350 kilometer per jam, semua penumpang tepuk tangan dan gembira. Saya kira ini a journey of happiness,” tutur jurnalis yang sudah dua tahun di Jakarta itu.
Salah satu perjalanannya kala menemani rombongan wartawan dari China, Rabu lalu. Rombongan itu mengunjungi Indonesia selama tiga hari.
Potongan harga
Jika berada di China dan menuju kampung halaman, Xu lebih memilih kereta cepat. Sebelum ada Whoosh, Xu ke Bandung dengan kereta biasa dan waktu tempuhnya bisa tiga jam. Bagi Xu, perjalanan itu terlalu lama. Dengan Whoosh, perjalanan dari Halim ke Padalarang tidak sampai sejam.
Baca juga: Kereta Cepat Whoosh Tambah Jadwal Perjalanan Jadi 36 Kali Setiap Hari
Kini, menurut Xu, persoalan Whoosh adalah akses ke stasiun. ”Kalau dari segi harga, saya kira harganya masuk akal sekarang, Rp 150.000, karena masih diskon. Saya harap masa promosi atau diskonnya bisa dilanjutkan,” kata Xu sambil tertawa.
Harga tiket Whoosh saat ini Rp 150.000 karena masih dalam masa promosi. Jika masa promosi berakhir bulan ini, harganya kembali ke harga asli, mulai dari Rp 300.000.
Meski harga tiket relatif mahal, Xuefei atau Sofia, tiktokers dari China yang bekerja di Jakarta, tetap akan memilih naik kereta cepat karena faktor kecepatan saja. Hanya 30 menit, sudah sampai Bandung.
”Saya sudah coba kereta reguler ke Bandung dan jalannya terlalu lama. Dengan Whoosh, bisa hemat waktu dan keretanya stabil. Bedanya dengan kereta cepat China? Hanya motif kursi dan bahasanya saja,” kata Xuefei sambil tertawa.
Sementara jurnalis China Daily, Guo Rong, merasa penasaran sebelum naik Whoosh. Ia ingin tahu, apakah rasanya sama dengan yang rutin dia naiki di China. Setelah naik, ia merasa Whoosh sama nyamannya dengan kereta cepat di China. Sunyi, tenang, stabil, nyaman, tepat waktu, cepat sampai.
Kereta cepat selalu jadi pilihan Guo saat pulang kampung. Selain tepat waktu, harganya lebih murah dibandingkan dengan pesawat. Selain itu, pada pesawat juga sering terjadi penundaan jadwal karena aneka alasan.
Saat ditanya perbandingan Whoosh dengan kereta cepat di China, ia merasa sama saja. ”Semua yang di dalam kereta ini sama. Hanya dekorasi kursinya yang beda. Ada gambar awan-awannya,” tutur Guo merujuk pada motif megamendung di kain kursi.
Jaringan China
Whoosh memang dibuat oleh China. Whoosh dan kereta sejenis di China melaju dengan kecepatan tertinggi 350 kilometer per jam.
Baca juga: Kereta Cepat Menghubungkan Shanghai dan Changsha
Di China, setiap hari ada setidaknya 2.800 rangkaian kereta yang beroperasi. Rangkaian itu menghubungkan setidaknya 550 kota di 33 dari 34 provinsi di China.
Seperti disampaikan Xu dan Guo, kereta cepat jadi pilihan banyak orang di China. Waktu jadi alasan utama moda transportasi itu dipilih. Perjalanan 1.318 kilometer dari Beijing ke Shanghai bisa dicapai paling lama 6,5 jam. Setiap hari, rute Shanghai-Beijing dilayani 40 rangkaian kereta. Harga tiketnya kini setara dengan Rp 1,4 juta.
Sebagai pembanding, jarak lurus dari ujung barat Taman Nasional Ujung Kulon ke ujung timur Taman Nasional Alas Purwo mencapai 1.056 kilometer. Kini, perjalanan dari Ujung Kulon di Banten ke Alas Purwo di Jawa Timur butuh lebih dari 20 jam dengan mobil pribadi.
China pertama kali mengoperasikan kereta cepat pada 2008 untuk rute Beijing-Tianjin dengan jarak 118 km. Kini, jaringan rel kereta cepat China mencapai 42.000 km. China menargetkan tambahan 8.000 km sampai 2025. Pada 2035, Beijing ingin total rel kereta cepat China mencapai 200.000 km.
Rute terpanjang kereta cepat China mengubungkan Beijing dengan Hong Kong. Relnya membentang 2.440 km. Sebagai pembanding, total rel kereta cepat Jepang atau Shinkansen hanya 2.830 km.
Lintas laut
Dalam laporan pada 28 September 2023, Xinhua menyebut China mengoperasikan kereta cepat lintas laut. Kereta cepat Fuxing G9801 berangkat dari Fuzhou, ibu kota Provinsi Fujian, China timur, ke Xiamen, lalu Zhangzhou dengan rute sepanjang 277 km. Kereta itu berjalan di pesisir barat Selat Taiwan.
Baca juga: Kereta Cepat China Melesat Sejagat
China State Railway Group Co, Ltd, operator kereta di China, menyebutkan, kereta baru lintas laut itu memangkas waktu perjalanan Fuzhou-Xiamen menjadi kurang dari 1 jam. Perjalanan kereta tercepat biasanya memakan waktu sekitar 1 jam 20 menit.
Selama di kereta, penumpang bisa melihat pemandang pesisir. Jalur ini melintasi tiga teluk pesisir, yakni Teluk Quanzhou, Teluk Meizhou, dan Teluk Anhai.
”Sulit membangun jembatan kereta di atas laut yang belum pernah dibuat sebelumnya. Jembatannya harus bisa tahan angin kencang, gelombang tinggi, perairan dalam, dan sifat lingkungan laut yang korosif. Jalur keretanya juga sudah dilengkapi teknologi khusus yang bisa meredam gempa bumi saat melewati daerah risiko gempa,” tutur Manajer Proyek China Railway Siyuan Survey and Design Group Co, Ltd, Li Pingzhuo.
Dalam surat edaran Komite Sentral Partai Komunis China dan Dewan Negara pada November 2023, disebutkan bahwa Fujian menjadi zona demonstrasi untuk pembangunan terpadu lintas selat. Tujuannya, memfasilitasi konektivitas dan integrasi yang lebih baik antara Fujian dan Taiwan.
Wakil Ketua Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional China Cong Liang mengatakan, jaringan transportasi multidimensi terintegrasi sudah dibangun di Fujian. Dengan demikian, secara teknis dimungkinkan membangun jalur transportasi berkecepatan tinggi yang menghubungkan Fujian dengan Taiwan.
Jaringan dunia
Dengan total relnya, China praktis menjadi pemilik jaringan rel kereta cepat terbesar. Spanyol di urutan kedua dengan total rel 3.200 km. Bedanya, kereta cepat di Spanyol hanya melaju 250 kilometer per jam.
Baca juga: Kereta Cepat Jakarta-Bandung, Simbol Transformasi Transportasi Indonesia
Di Inggris kini hanya ada 107 km rel kereta cepat. Inggris berencana menambah panjang rel. Sementara Amerika Serikat tidak punya rel khusus untuk kereta cepat. Rel yang bisa dipakai kereta cepat kini dipakai bersama dengan kereta komuter dan kereta barang.
Dalam laporan pada 5 Juni 2023, Railway Technology menyebut ada 10 kereta cepat yang paling laju. Dengan kecepatan tertinggi 450 km per jam, Shanghai Maglev di China merupakan kereta paling laju. Saat perjalanan, mengingat kondisi rel, kecepatan rata-rata kereta itu 251 km per jam.
Sementara untuk kereta dengan kecepatan maksimum 350 km per jam ada beberapa rangkaian. Dari China ada China Railway Hexie alias Harmony dan The China Railway Fuxing. Dari Jerman ada ICE 3 dan tentu saja Train à Grande Vitesse (TGV).
TGV merupakan pelopor kereta cepat dan pertama kali beroperasi di Perancis. Pada 1981, rangkaian TGC Sud-Est 16 mencatat rekor 380 km per jam. Adapun TGV Atlantique mencatatkan 515,3 km per jam pada 1990. Sementara pada 2007, TGV POS mencatatkan 574,8 km per jam.
Memang, rekor Atlantique dan POS dicatatkan oleh kereta yang dimodifikasi. Rekor itu tidak dicatatkan kereta yang melayani penumpang sehari-hari.
Kereta cepat lain yang juga tenar tentu saja Shinkansen di Jepang. Kecepatan maksimumnya 320 km per jam. Shinkansen sama tenarnya dengan TGV. Shinkansen dibuat untuk menghubungkan Tokyo dengan sejumlah kota lain di Jepang.
Baca juga: Kereta Maglev China Melaju 600 Km Per Jam, Transportasi Darat Tercepat di Dunia
Shinkansen pertama kali beroperasi pada 1964. Rute awalnya Tokyo-Nagoya-Osaka, kota-kota penting di kawasan Kansai dan Metropolitan Tokyo. Dulu, kecepatan maksimum kereta pertama hanya 220 km per jam. Kini, kecepatan maksimumnya 320 km per jam.
Beralih ke Afrika, ada ONCF Al Borak di Maroko. Seperti Shinkansen, Al Boraq juga bisa melaju sampai 320 km per jam. Kereta itu menghubungkan Casablanca dengan Tangier.
Al Boraq terdiri atas dua bagian, jalur khusus berkecepatan tinggi yang baru dibangun dari Tangier ke Kenitra. Sementara jalur lama yang telah ditingkatkan menghubungkan Kenitra ke Casablanca.
Kembali ke Eropa, ada Renfe AVE 103 dari Spanyol bisa lari sampai 310 km per jam. Kereta cepat Spanyol mulai beroperasi pada 1992 ketika jalur pertama dibuka. Kereta itu menghubungkan Madrid, Córdoba, dan Seville.
Sejumlah kota lain menyusul dijangkau kereta cepat. Total ada 26 rangkaian kereta cepat di Spanyol. Pada 2006, salah satu kereta cepat Spanyol bisa melaju sampai 403 km per jam.
Selanjutnya, ada Korail KTX-Sancheon di Korea Selatan dengan kecepatan hingga 305 km per jam. Beroperasi sejak 2004, kereta itu dinamai sesuai nama ikan salmon ceri asli Korea.
Baca juga Kereta Cepat Whoosh Tambah Jadwal Perjalanan Jadi 36 Kali Setiap Hari
Ada 71 rangkaian kereta yang dapat berakselerasi dari 0 hingga 300 km per jam hanya dalam 316 detik. Purwarupa HEMU-430X generasi baru mencapai kecepatan 421,4 km per jam pada 2013. Ini mengalahkan rekor kecepatan kereta Korsel sebelumnya, 352,4 km per jam.
Artinya, Korsel adalah satu dari empat negara di dunia yang mengembangkan kereta yang mampu melaju dengan kecepatan lebih dari 420 kilometer per jam, bersama dengan Perancis, Jepang, dan China.
Lalu, di urutan ke-10 ada kereta Trenitalia Frecciarossa 1000 milik Italia yang melaju hingga 300 km per jam. Kereta Frecciarossa yang artinya panah merah ini juga beroperasi sampai Spanyol. (AFP/REUTERS)