Penghargaan Duke of Edinburgh, Pengakuan Bergengsi bagi 23 Anak Muda Indonesia
Pangeran Edward, Duke of Edinburgh, memberikan penghargaan kepada 23 anak muda Indonesia atas kemampuan mereka mengembangkan diri dan meningkatkan keahlian di luar pendidikan sekolah.
Oleh
HELENA FRANSISCA NABABAN
·4 menit baca
TANGERANG SELATAN, KOMPAS — Sebanyak 23 anak muda Indonesia memperoleh penghargaan internasional dari Pangeran Edward, Duke of Edinburgh, dari Inggris, Jumat (24/11/2023). Penghargaan ini diberikan sebagai pengakuan atas keahlian dan kemampuan mereka di luar pendidikan formal.
Penghargaan Duke of Edinburgh itu diserahkan langsung oleh Pangeran Edward di British School Jakarta, Tangerang Selatan, Provinsi Banten. Ke-23 anak muda peraih penghargaan emas itu berasal dari Pondok Pesantren Pabelan, Magelang, Jawa Tengah; dari Purna Paskibraka Indonesia Bandung; serta alumni Yayasan Sekolah BPK Penabur.
Pangeran Edward mengatakan, anak-anak muda tersebut sudah bekerja keras untuk menjalankan program dari penghargaan tersebut. Ia mengaku senang melihat anak-anak muda tersebut mendapatkan penghargaan atas pencapaian mereka.
Duke of Edinburgh mengingatkan para penerima penghargaan untuk menyadari bahwa pencapaian itu tidak bisa diperoleh tanpa dukungan orangtua, teman-teman, dan pemimpin kelompok penghargaan. Ia juga menyampaikan terima kasih kepada anak-anak muda itu atas kerja keras yang sudah dilakukan.
Duta Besar Inggris untuk Indonesia Dominic Jermey mengatakan, ”Sungguh menakjubkan melihat begitu banyak anak muda, pemimpin masa depan Indonesia, merayakan pencapaian mereka bersama Yang Mulia saat mereka menyelesaikan program penghargaan mereka yang memiliki keunikan masing-masing,” ujarnya.
Presiden Direktur Penghargaan Internasional Duke of Edinburgh Indonesia Rifa Zahirsjah menjelaskan, program yang ditawarkan melalui Penghargaan Internasional Duke of Edinburgh merupakan pelengkap dari pendidikan formal. Tujuannya, untuk memberikan pengalaman yang mengubah hidup generasi muda dalam mengembangkan keterampilan baru, menjadi sukarelawan di komunitas mereka dan aktif secara fisik.
Program yang ditawarkan melalui Penghargaan Internasional Duke of Edinburgh merupakan pelengkap dari pendidikan formal.
Menurut Rifa, hal itu akan membantu mereka membangun kepercayaan diri dan ketahanan melalui kerja kelompok dan memperoleh pengalaman kepemimpinan yang berharga. ”Anak-anak kita belajar santun, belum tentu dari sekolah, tetapi bisa jadi dari teman. Anak-anak kita punya keahlian bermain gitar atau sepak bola bisa jadi dari tetangga,” ujarnya.
Dengan tujuan itu, lanjut Rifa, program Penghargaan Duke of Edinburgh tersebut menyasar anak-anak muda. ”Itu sebabnya, program ini menyasar anak-anak muda usia 14-24 tahun karena di usia itu anak-anak muda tengah mencari jati diri,” ujarnya.
Prinsip dari program Penghargaan Duke of Edinburgh, lanjut Rita, tidak ada kompetisi antarpeserta. Peserta berkompetisi dengan diri sendiri untuk menyelesaikan program yang diikuti. Peserta mesti memiliki kedisiplinan, konsistensi, dan keteguhan dalam menyelesaikan program.
Program residensial
Bunga Wijayanti, pemimpin penghargaan (award leader) untuk kelompok anak muda dari Pondok Pesantren Pabelan, Magelang, menyatakan, banyak tantangan untuk menyelesaikan program, salah satunya kemalasan. Sebagai penerima penghargaan emas, mereka juga melakukan program residensial di lokasi permukiman yang jauh dari rumah mereka.
Di lingkungan baru itu, mereka belajar membatik, bekerja di peternakan ayam, belajar membuat sapu, hingga ikut menjadi nelayan. ”Mengikuti program ini, keahlian kami bertambah dan juga berguna untuk komunitas,” kata Bunga.
Rifa menerangkan, untuk bisa mengikuti program penghargaan tersebut, sekolah-sekolah atau organisasi bisa bermitra dengan Penghargaan Internasional Duke of Edinburgh. Sejumlah siswa akan didaftarkan atau melamar untuk bisa mengikuti program dalam Penghargaan Duke of Edinburgh.
Siswa yang mengikuti program akan didampingi pemimpin penghargaan atau award leader atau asesor. Peserta dalam tempo tertentu diminta mengerjakan sejumlah kegiatan, di antaranya melakukan kegiatan sosial, seperti menjadi sukarelawan. Pemimpin penghargaan akan mendampingi dan menilai, misalnya, apakah peserta memiliki empati atau tidak.
Peserta mesti memiliki target untuk bisa memiliki keahlian, misalnya bermain musik atau sepak bola. Peserta juga diminta melakukan kegiatan rekreasi fisik, seperti yoga, muathai, atau kegiatan olahraga. ”Untuk penghargaan emas, biasanya ada program residensial,” kata Rifa.
Peserta bisa menyelesaikan kegiatan-kegiatan itu dalam tempo enam bulan untuk penghargaan perunggu, tempo 12 bulan untuk penghargaan perak, dan tempo 18 bulan untuk penghargaan emas.
Rifa menyatakan, sejak program dimulai 1993, sampai hari ini peserta dari Indonesia sudah mencapai 30.000 orang. ”Program ini berkontribusi besar pada pengembangan personal anak-anak muda,” ujarnya.
Direktur Jenderal Pendidikan Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Iwan Syahril mengatakan, program yang dikerjakan dalam Penghargaan Duke of Edinburgh itu sejalan dengan program pendidikan yang saat ini dikembangkan Kemendikbudristek, yakni program merdeka belajar.