Jeda kemanusiaan hari pertama di Gaza diwarnai pertukaran sandera Hamas dan tahanan Palestina di Israel. Hamas melepas 13 sandera warga Israel, 10 warga Thailand, dan 1 warga Filipina. Israel melepas 39 warga Palestina.
Oleh
IRENE SARWINDANINGRUM, MUHAMMAD SAMSUL HADI
·6 menit baca
KOTA GAZA, JUMAT — Tak ada bom, tak ada gempuran artileri, dan tidak pula serangan roket. Suasana sunyi sempat menyelimuti Jalur Gaza, Jumat (24/ 11/2023) pagi, saat kesepakatan jeda kemanusiaan empat hari mulai berlaku. Suasana ini sangat kontras dengan 48 hari sebelumnya, ketika enklave padat penduduk itu dibombardir tanpa putus oleh militer Israel.
Mulai Jumat (24/11/2023) pukul 07.00 waktu setempat hingga tiga hari ke depan, kelompok Hamas dan Israel—dengan mediasi Qatar, Mesir, dan Amerika Serikat—menyepakati jeda kemanusiaan selama empat hari. Sepanjang jeda ini pertempuran dihentikan. Kedua pihak saling bertukar sandera dan tawanan. Bantuan kemanusiaan untuk warga Gaza juga masuk.
Sesuai dengan kesepakatan, Hamas melepas 50 sandera perempuan dan anak-anak yang mereka tahan dalam serangan ke Israel, 7 Oktober. Imbalannya, Israel membebaskan 150 tahanan Palestina, kebanyakan anak-anak, dari penjara mereka.
Pada hari pertama jeda pertempuran, menurut media Israel, Hamas membebaskan 13 sandera warga Israel. Perdana Menteri Thailand Srettha Thavisin melalui media sosial X semula menyebutkan, sebanyak 12 warga Thailand juga dibebaskan. Namun, Jubir Kementerian Luar Negeri Qatar Majed al-Ansari mengonfirmasi, Hamas pada hari Jumat membebaskan total 24 sandera, termasuk 10 warga Thailand dan seorang warga Filipina.
Qatar adalah mediator utama dalam pertukaran sandera di tangan Hamas dan tahanan Palestina di penjara Israel. ”Mereka yang dibebaskan termasuk 13 warga Israel, sebagian dari mereka berkewarganegaraan ganda, ditambah 10 warga Thailand dan seorang warga Filipina,” sebut Ansari melalui X.
Dari sekitar 240 sandera, sebanyak 26 orang di antaranya adalah warga Thailand. ”Telah dikonfirmasi oleh pihak keamanan dan Kementerian Luar Negeri bahwa 12 sandera warga Thailand sudah dibebaskan,” tulis Srettha di media sosial X sebelum Qatar merilis pernyataan.
”Petugas kedutaan (Thailand) dalam perjalanan untuk menjemput mereka dalam satu jam ke depan. Nama dan detail mereka mestinya akan segera bisa diketahui.”
Dari pihak Israel, dibebaskan 39 tahanan Palestina. Menurut Otoritas Palestina, mereka terdiri dari 24 perempuan dan 15 remaja yang ditahan dengan tuduhan melemparkan batu. Kepala Komisi Urusan Tahanan Otoritas Palestina Qadura Fares mengatakan, terdapat 7.800 warga Palestina dipenjara oleh Israel.
Dari jumlah itu, terdapat 85 perempuan dan 350 anak di bawah umur. Sebagian besar ditahan tanpa tuduhan atau karena insiden kecil, seperti pelemparan batu ke arah tentara Israel, bukan karena melancarkan serangan berbahaya.
Kementerian Kehakiman Israel menerbitkan daftar 300 tahanan Palestina yang memenuhi syarat untuk dibebaskan. Sebagian besar adalah remaja.
Bantuan masuk Gaza
Meski hanya sementara dan dibayang-bayangi oleh pertempuran lanjutan, warga Gaza bersukacita menyambut hari pertama jeda kemanusiaan. ”Kami penuh harap, optimisme, dan bangga dengan perlawanan kami. Kami bangga dengan pencapaian kami meski penderitaan muncul,” ujar Khaled Abu Anzah, warga Gaza, kepada kantor berita Reuters.
Setelah jeda kemanusiaan ini berlaku, tank-tank Israel terlihat bergerak dari Jalur Gaza. Di wilayah selatan, truk-truk pengangkut bantuan kemanusiaan berbondong-bondong memasuki Gaza dari pintu gerbang perbatasan Rafah.
Empat truk tangki pengangkut bahan bakar minyak—untuk pertama kalinya diizinkan masuk—dan empat truk pengangkut gas untuk memasak memasuki Jalur Gaza. Israel sepakat memperbolehkan pasokan 130.000 liter bahan bakar per hari selama jeda kemanusiaan.
Pasokan itu jauh sangat kecil dibandingkan dengan kebutuhan harian di Gaza, yakni lebih dari 1 juta liter. Badan-badan PBB sudah lama memperingatkan Israel, pasokan bahan bakar minyak sangat vital bagi generator-generator di rumah sakit-rumah sakit, fasilitas pengolahan air, dan banyak infrastruktur penting lainnya.
Sejak awal perang, Israel melarang masuknya bahan bakar ke Gaza dengan dalih bahan bakar akan dimanfaatkan Hamas untuk membuat persenjataan. Klaim itu ditepis oleh badan-badan PBB karena penggunaan pasokan bahan bakat akan dimonitor secara ketat.
Rumah Sakit Indonesia, salah satu rumah sakit di Gaza, pun lumpuh dan praktis tak bisa beroperasi akibat serangan tanpa henti dan kehabisan bahan bakar. Direktur Kementerian Kesehatan Gaza Mounir El Barsh, seperti dikutip Al Jazeera, menyebutkan rumah sakit itu beroperasi tanpa penerangan dan dipenuhi oleh orang-orang lanjut usia serta anak-anak yang terlalu lemah untuk dipindahkan.
Israel juga sepakat memperbolehkan 200 truk pengangkut bantuan (berupa makanan, air bersih masuk, dan obat-obatan ke Gaza) per hari. Jumlah ini meningkat drastis dari biasanya hanya lebih kurang 40 truk per hari, tetapi masih jauh dari kebutuhan warga di Gaza.
Kementerian Kesehatan di Gaza memperkirakan saat ini korban tewas di Gaza mencapai 14.854 orang, termasuk di antaranya 6.150 anak-anak dan lebih dari 4.000 perempuan. Selain itu, lebih dari 36.000 orang terluka dan sekitar 7.000 orang belum ditemukan, termasuk lebih dari 4.700 anak-anak.
Adapun di pihak Israel, sekitar 1.200 orang tewas dalam serangan 7 Oktober dan sekitar 240 orang menjadi sandera Hamas atau faksi lainnya.
Rumah tinggal puing
Laman Al Jazeera melaporkan, warga Gaza bagian selatan berbondong-bondong pulang dari pengungsian untuk menengok kondisi rumah masing-masing yang sebulan lebih mereka tinggalkan. Sebagian besar menemukan rumah mereka tinggal puing-puing karena hantaman bom-bom Israel.
Sebagian warga juga mempersiapkan waktu duka dan pemakaman yang layak untuk keluarga mereka yang menjadi korban. Namun, warga Gaza utara tak bisa beranjak dari pengungsian karena Israel masih melarang warga kembali ke Gaza bagian utara.
Militer Israel menyebarkan selebaran di wilayah selatan Gaza, berisi peringatan agar warga tidak kembali ke wilayah utara, area fokus serangan darat Israel. Meski demikian, ratusan warga Palestina terlihat berjalan ke utara. Dua orang ditembak dan dibunuh oleh pasukan Israel, sedangkan 11 orang lainnya luka di kaki, saat tak menghiraukan larangan Israel.
Sofian Abu Amer, salah satu warga yang pergi ke wilayah utara, mengatakan, dia memutuskan mengambil risiko untuk memeriksa rumahnya. ”Kami tidak punya cukup pakaian, makanan, dan minuman. Situasinya sangat buruk,” katanya.
Saling ancam
Kendati sejauh ini berlangsung sesuai kesepakatan, suasana jeda itu tetap tegang. Israel ataupun Hamas sama-sama telah memperingatkan, mereka siap berperang lagi segera setelah jeda pertempuran berakhir. Melalui pesan video, jubir sayap militer Hamas Abu Ubaida menyerukan eskalasi konfrontasi dengan Israel di semua lini perlawanan.
Lini yang dimaksud termasuk luar Gaza, salah satunya di wilayah pendudukan Tepi Barat yang diduduki Israel. Kekerasan terhadap warga Palestina di Tepi Barat meningkat sejak perang Gaza meletus.
Militer Israel juga mengatakan pertempuran akan segera dilanjutkan segera setelah jeda kemanusiaan ini berakhir. ”Ini akan menjadi jeda singkat, yang pada akhirnya perang dan pertempuran akan berlanjut dengan kekuatan besar dan akan memberikan tekanan untuk kembalinya lebih banyak sandera,” kata Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant kepada Komando Angkatan Laut Israel, melalui pernyataan Kementerian Pertahanan Israel.
”Diperkirakan akan terjadi perang setidaknya dua bulan,” tambah Gallant.
Juru Bicara Militer Israel Daniel Hagari mengatakan, penguasaan atas Gaza utara adalah langkah pertama dari perang yang panjang. ”Dan, kami sedang mempersiapkan tahap selanjutnya,” katanya.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Qatar Majed al-Ansari mengatakan, pihaknya masih terus melakukan negosiasi agar jeda kemanusiaan ini dengan harapan jeda kemanusiaan ini bisa menjadi jeda permanen dan menyeluruh. ”Harapannya adalah bahwa momentum ini akan mengarah pada pengakhiran kekerasan ini secara total,” katanya. (AFP/AP/REUTERS)
--------
Catatan editor:
Artikel ini telah mengalami pembaruan tentang jumlah dan identitas kewarganegaraan sandera yang dibebaskan kelompok Hamas (paragraf ke-4 hingga 6), sesuai perkembangan pertukaran sandera dan tahanan. Pembaruan dilakukan pada Sabtu, 25 November 2023, pukul 05.30 WIB. -- Redaksi