Anjing Sahabat Terlama Manusia, Masa Tega Memakannya?
Tren larangan konsumsi daging anjing meluas seiring dengan semakin sadar dan pedulinya masyarakat pada hak-hak hewan peliharaan. Apalagi, studi menyebut anjing sudah menjadi sahabat manusia sejak Zaman Es.
Kabar baik itu datang dari Korea Selatan. Di ”Negeri Ginseng” ini, daging anjing tidak boleh dikonsumsi lagi.
Hal itu akan tertuang dalam rancangan undang-undang, berisi larangan pembiakan, penyembelihan, distribusi, dan penjualan anjing untuk makanan. Harapannya, tahun ini undang-undang khusus itu sudah bisa disahkan dan para pelaku industrinya diberi masa tenggang hingga tiga tahun.
Meski sebenarnya hanya sebagian kecil orang yang masih mengonsumsi daging anjing, praktik kuno di Korea Selatan (Korsel) ini kerap dikritik tajam oleh komunitas internasional. Ada kepercayaan yang masih dipegang kuat di Korsel, terutama oleh generasi sepuh, bahwa sup daging anjing atau bosintang mampu mendinginkan tubuh dan membangun stamina selama musim panas, bulan Juli-Agustus.
Baca juga: AFMI Melawan Perdagangan Daging Anjing di Sulawesi Utara
Lembaga penyiaran nasional Korsel, KBS, menyebutkan, lebih dari setengah juta anjing dipelihara untuk dimakan di seluruh negeri dan ada 1.600 restoran yang menjual daging anjing. Menurut Kementerian Pertanian, Pangan, dan Urusan Pedesaan Korsel, hingga Februari 2022 tercatat ada 1.156 peternakan yang memelihara anjing untuk diambil dagingnya dan ada 34 rumah jagal.
Tren tidak mau lagi makan daging anjing sebenarnya sudah terlihat. Akan tetapi, menurut kelompok hak asasi hewan Korea Humane Society International (HSI Korea), gerakan itu belum signifikan.
HSI Korea pernah mengadakan survei pada awal tahun ini. Hasilnya, lebih dari 86 persen orang dewasa yang disurvei mengaku tidak berniat memakan daging anjing di masa depan, terlepas mereka dulu pernah memakannya.
Survei itu juga menemukan, ada peningkatan persepsi negatif terhadap daging anjing pada responden berusia 40-an tahun dan 50-an tahun.
Survei HSI Korea awal tahun ini menunjukkan, lebih dari 86 persen orang dewasa yang disurvei mengaku tidak berniat memakan daging anjing di masa depan, terlepas mereka dulu pernah memakannya.
Bahkan, mulai menguat kesadaran perlunya melindungi kesejahteraan hewan. Hal ini kemungkinan karena santer beredar berita dan rekaman-rekaman video yang menunjukkan proses kejam saat penyembelihan anjing untuk diambil dagingnya. Ada penyembelihan dengan cara disetrum, bahkan digantung.
Seiring dengan meningkatnya kepedulian pada hewan, permintaan akan daging anjing berkurang. Lebih dari 6 juta anjing peliharaan kini tinggal di rumah-rumah di Korsel.
Melalui program Models for Change yang dibuat HSI Korea, sekitar 2.700 anjing berhasil diselamatkan dari peternakan anjing di seluruh Korsel. Anjing-anjing itu sudah diadopsi di Amerika Serikat, Kanada, Inggris, Belanda, dan sebagian kecil di Korsel.
Baca juga: Gaya Hidup Anjing-anjing Metropolitan
Larangan mengonsumsi daging anjing ini bukan hanya di Korsel. Sebelumnya sudah banyak kota dan negara yang memiliki larangan meski tingkat penegakannya berbeda-beda. Seperti di Hong Kong, Taiwan, Filipina, India, Thailand, dan Singapura, serta kota Shenzhen dan Zhuhai di China, Provinsi Siem Reap di Kamboja, dan India.
Di Indonesia, ada 32 kota dan kabupaten, antara lain Karanganyar, Sukoharjo, Kota Salatiga, Malang, Kota Semarang, Kabupaten Purbalingga, Brebes, dan DKI Jakarta, yang mengeluarkan larangan serupa. Meski larangan ini meluas, diperkirakan masih ada 30 juta anjing yang setiap tahun dibunuh untuk diambil dagingnya di seluruh Asia.
Jamu
Bukan hanya Korsel yang memercayai makan daging anjing menyehatkan tubuh. Di Vietnam, masyarakat juga meyakini daging anjing atau thit cho—bagian dari tradisi lama—yang harus dimakan bersama dengan arak beras atau bir.
Mereka meyakini, memakan daging anjing pada akhir bulan akan bisa menyingkirkan nasib buruk. Itu sebabnya banyak restoran menyajikan hidangan daging anjing yang selalu lebih ramai menjelang akhir bulan.
Pemerintah Vietnam sudah melarang penjualan daging anjing karena dikhawatirkan menyebabkan infeksi rabies yang mematikan. Apalagi jika asal-muasal daging anjingnya tidak jelas. Di Vietnam, anjing sering dicuri dari pencinta hewan peliharaan, kemudian dijual ke restoran.
Pihak berwenang bolak-balik menggerebek pasar daging anjing. Namun, tetap saja para pedagangnya kembali bermunculan. Sedikitnya 5 juta anjing diperkirakan dikonsumsi setiap tahun di Vietnam. Jumlah di China lebih banyak, yakni sampai 20 juta anjing setiap tahun.
Baca juga: Presiden Nixon dan Kisah Anjing Politik
Berbeda dengan China, Taiwan malah sudah lebih ”maju”. BBC, 12 April 2017, menyebutkan, Taiwan sudah melarang penjualan dan konsumsi kucing dan anjing setelah publik marah dengan proses penyembelihan hewan yang kejam.
Sama seperti keyakinan di Korsel dan Vietnam, di Taiwan juga diyakini manfaat memakan daging anjing hitam di musim dingin akan membantu tubuh tetap hangat.
Taiwan sudah punya UU Perlindungan Hewan yang mengharuskan siapa pun yang menjual, memakan, atau membeli hewan untuk dikonsumsi akan dikenai denda hingga Rp 127 juta. Mereka yang dinyatakan bersalah melakukan kekejaman terhadap hewan juga akan didenda Rp 1 miliar dan 2 tahun penjara. Taiwan menjadi negara Asia pertama yang menindak praktik itu.
Sama seperti keyakinan di Korsel dan Vietnam, di Taiwan juga diyakini manfaat memakan daging anjing hitam di musim dingin akan membantu tubuh tetap hangat.
Di China bahkan ada festival daging anjing yang dirayakan setiap tahun pada bulan Juli di kota Yulin, China selatan. Anjing dan kucing hidup dijual khusus untuk dimakan. Diperkirakan ada 10.000 hewan yang disembelih.
Mitos dan sejarah
Menurut para arkeolog, anjing sudah menjadi bagian dari rumah tangga di China setidaknya selama 7.000 tahun. Dalam mitologi China, Fuxi—dewa yang membawa banyak manfaat bagi umat manusia—menjinakkan enam hewan liar, yakni babi, lembu, kambing, kuda, unggas, dan anjing.
Ini menunjukkan anjing sudah dipelihara sejak zaman kuno untuk membantu berburu. Karena setia pada pemiliknya, anjing dihargai perannya sebagai penjaga.
Seiring dengan berkembangnya pertanian dan perubahan kebiasaan makan, daging sapi, domba, ayam, dan babi menjadi sumber daging utama bagi masyarakat China. Anjing secara bertahap tidak lagi menjadi sumber makanan.
San Zi Jing, teks yang digunakan untuk mengajar anak-anak sejak abad ke-13, menggambarkan anjing sebagai salah satu dari enam hewan yang dipelihara manusia. Hal ini secara umum diartikan hewan-hewan ini adalah sumber daging.
Baca juga: Ketiadaan Aturan dan Kontroversi Perdagangan Daging Anjing di Surakarta
Namun, seiring dengan berkembangnya pertanian dan perubahan kebiasaan makan, daging sapi, domba, ayam, dan babi menjadi sumber daging utama bagi masyarakat China. Anjing secara bertahap tidak lagi menjadi sumber makanan.
Majalah National Geographic, Februari 2018, menyebutkan bahwa bukan hanya Asia yang mengonsumsi daging anjing, melainkan juga penduduk asli Amerika. Praktik ini sudah dilakukan sejak ribuan tahun sebelum Columbus mendarat di Dunia Baru.
Pada 2011, ada makalah ilmiah yang menggambarkan tulang anjing yang ditemukan dalam isi kotoran manusia yang diawetkan di Texas dan berusia lebih dari 9.200 tahun.
Meski sebagian penduduk asli Amerika, seperti Indian Sioux, memakan daging anjing untuk tujuan sakral, sebagian lainnya menganggap tabu. Dalam upacara persahabatan suku Indian Sioux, ada makanan khusus daging anjing untuk merayakan ikatan antaranggota suku melalui pengorbanan anjing, sahabat manusia yang paling setia.
Sahabat
Anjing adalah sahabat terlama manusia. Hal ini dibuktikan dengan fakta hasil studi DNA yang diterbitkan jurnal Science pada 2020.
Tim peneliti mengurutkan genom 27 anjing, beberapa di antaranya hidup hampir 11.000 tahun silam di seluruh Eropa dan Siberia. Jauh sebelum hewan lain didomestikasi, sudah ada setidaknya lima jenis anjing dengan nenek moyang genetik berbeda.
Kapan dan di mana anjing pertama kali menyimpang dari serigala, sampai saat ini masih menjadi perdebatan sengit. Namun, analis data genetik menunjukkan rentang waktunya 25.000-40.000 tahun silam dan populasi serigala nenek moyang anjing itu pun sudah punah.
BBC pada 29 Oktober 2020 menyebutkan, domestikasi anjing dapat ditelusuri kembali ke 11.000 tahun silam hingga akhir Zaman Es terakhir. Ini berarti anjing sudah dijinakkan sebelum spesies lain. Jejak-jejak ras asli kuno anjing masih bertahan hingga saat ini di Amerika, Asia, Afrika, dan Oseania. Greger Larson dari Universitas Oxford mengatakan, anjing adalah hewan tertua dan terdekat yang menjadi sahabat manusia.
Baca juga: Dunia Soroti Indonesia karena Ada yang Makan Daging Anjing
Anjing diperkirakan berevolusi dari serigala yang berkelana ke permukiman manusia, kemungkinan sedang mencari makanan. Saat dijinakkan, mereka kemudian bisa melayani manusia sebagai teman berburu atau penjaga.
”Sejarah anjing begitu dinamis dan masih banyak hal yang belum diketahui karena sulit membaca DNA-nya,” ujar Larson. Bagaimanapun, dari sejarah dan asal-usulnya, faktanya anjing adalah sahabat terlama manusia.
Masa, tega mau memakan sahabat sendiri?