Mengenal Kelompok-kelompok Yahudi Anti-Zionis Israel yang Pro-Palestina
Beberapa kelompok Yahudi secara keras menentang keberadaan negara Israel dan berbagai kebijakannya terhadap Palestina. Dari New York, London, hingga ribuan mantan serdadu Israel menentang pendudukan Israel di Palestina.
Sejak perang Hamas-Israel meletus pada 7 Oktober 2023, berbagai unjuk rasa menentang Israel di banyak negara digelar oleh kelompok-kelompok pro-Palestina. Mereka bersaing dalam menyuarakan dukungan dan narasi dengan kelompok-kelompok pro-Israel. Di antara kelompok-kelompok pro-Palestina itu, tidak sedikit berasal dari komunitas dan warga Yahudi.
Sebagian kelompok warga Yahudi memang telah menentang kebijakan-kebijakan Israel terhadap rakyat Palestina sebelum perang Gaza saat ini. Mereka juga tak jarang terlibat bentrokan dengan kelompok-kelompok pro-Israel.
Kini, melihat masifnya korban warga sipil akibat serangan Israel di Jalur Gaza, kelompok-kelompok Yahudi pro-Palestina itu pun unjuk gigi dan angkat suara mendesak gencatan senjata di Gaza.
Kelompok-kelompok tersebut memiliki akar gerakan yang disebut dengan BDS, singkatan dari boikot, divestasi, dan sanksi terhadap Israel (boycott, divestment, and sanction/BDS Israel). Mereka kerap menulis artikel-artikel di koran-koran kampus, menyuarakan seruan untuk melindungi hak-hak asasi manusia bagi warga Palestina, serta kerap menuding Israel bertindak sebagai kekuatan kolonial dan rasis.
Baca juga: Kisah Jaringan Bawah Tanah Gaza dan Strategi Pertahanan Hamas
Di Amerika Serikat, unjuk rasa kelompok-kelompok Yahudi anti-Israel ini berlangsung di kampus-kampus, di Capitol Hill, serta di stasiun-stasiun besar di Chicago dan New York. Pada Rabu (15/11/2023), mereka juga berunjuk rasa di luar markas Partai Demokrat, partai yang kini memegang kendali pemerintahan AS, di Washington DC.
Siapa saja kelompok-kelompok Yahudi anti-Israel itu? Salah satu dari mereka adalah Jewish Voice for Peace (JVP). Berdiri pada 1996, organisasi ini menyebut diri mereka sebagai ”organisasi Yahudi progresif anti-Zionis terbesar di dunia”.
”Kami mengelola gerakan akar rumput, multiras, lintas kelas, dan lintas generasi di kalangan masyarakat Yahudi AS sebagai solidaritas atas perjuangan kebebasan Palestina, dipandu oleh visi keadilan, kesamaan, dan martabat bagi seluruh manusia,” demikian visi dan misi JVP dalam situs resmi mereka.
JVP mengklaim memiliki lebih dari 300.000 pendukung, 1 juta pengikut di media sosial X, dan membentuk cabang-cabangnya di kampus-kampus di AS setelah serangan Hamas ke Israel pada 7 Oktober 2023. Dalam laporan pajak federal tahun 2021, JVP melaporkan pendapatan hampir 2,9 juta dollar AS, yang disebut berasal dari sumbangan individu.
Rabbi Brant Rosen, salah satu dari dua pendiri Dewan Rabi JVP yang berkantor di Chicago, mengatakan, dirinya berduka atas kematian sesama warga Yahudi, tetapi tetap menjaga solidaritas dengan Palestina.
Stop dukung apartheid Israel
Kelompok warga Yahudi anti-Israel lainnya adalah organisasi IfNotNow. Organisasi ini berdiri pada 2014 selama perang Hamas-Israel tahun itu. Dalam perang tersebut, lebih dari 2.000 warga Palestina tewas. Seperti sekarang ini, kala itu pasukan Israel melancarkan serangan udara dan serangan darat ke Gaza sebagai pembalasan atas serangan-serangan roket dari Gaza ke Israel.
Tujuan IfNotNow, seperti tercantum dalam situsnya, adalah ”mengorganisasikan komunitas untuk menghentikan dukungan AS pada sistem apartheid Israel dan menuntut kesamaan, keadilan, dan masa depan bersama bagi seluruh warga Palestina dan Israel.”
Kita tidak bisa dan tidak akan mengatakan bahwa aksi-aksi Palestina bukan tanpa provokasi. Cekikan pengepungan Gaza adalah provokasi. (IfNotNow)
Pada awal-awal perang Hamas-Israel saat ini, IfNotNow mengecam keras pembunuhan warga sipil di kedua belah pihak, sambil terus mengkritik kebijakan Israel. ”Kita tidak bisa dan tidak akan mengatakan bahwa aksi-aksi Palestina bukan tanpa provokasi,” sebut organisasi itu mengenai serangan Hamas, 7 Oktober 2023.
”Cekikan pengepungan Gaza adalah provokasi. Para pemukim (settler) yang meneror di seluruh desa Palestina, tentara yang menyerbu dan menghancurkan rumah-rumah warga Palestina... Semua ini tindakan-tindakan provokasi oleh pemerintahan sayap kanan paling ekstrem dalam sejarah Israel.”
IfNotNow mengklaim memiliki puluhan ribu anggota dan pendukung. Menurut laporan pajak, total pendapatan organisasi itu pada 2021 kurang dari 397.000 dollar AS.
Tolak pendudukan Israel
Beberapa kelompok Yahudi anti-Israel lainnya adalah Neturei Karta (NK) di New York City, AS; komunitas Yahudi di Kampung Mea Shearim di Jerusalem Timur; Na'amod di London, Inggris; dan Breaking The Silence yang dimotori mantan serdadu Israel. Mereka semua nyaring menolak pendudukan Israel atas tanah Palestina.
Na’ama, seorang pengunjuk rasa dari komunitas Na’amod, menyatakan pertemuan di Taman Castlehaven, London, 11 November 2023, sebagai tradisi peringatan 30 hari atas korban-korban yang jatuh di Gaza. ”Kami di sini melawan kekerasan terhadap warga sipil di Gaza. Siapa pun korbannya dan apa kebangsaannya,” kata Na’ama.
Baca juga: Komunitas Yahudi Amerika Kecam Serangan Israel
Na’amod dalam laporan media Turki, Anadolu, disebut secara rutin menggelar aksi menentang pendudukan Israel atas Palestina di sekitar kota London. Aksi mereka semakin sering dilakukan menyusul serangan Israel di Jalur Gaza yang mengakibatkan lebih dari 12.000 orang Palestina tewas, sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak.
”Kekerasan yang terjadi saat ini bukan karena dipicu peristiwa tanggal 7 Oktober 2023 (serangan Hamas), tetapi kekerasan 70 tahun lebih sejak militer Israel mengusir orang Palestina dari rumahnya sekian puluh tahun, katanya.
Gerakan Na’amod menggalang dukungan komunitas Yahudi Inggris untuk mengakhiri pendudukan Israel, politik apartheid di Israel, serta memperjuangkan kemerdekaan, kesetaraan, dan keadilan bagi orang Palestina dan Israel.
Na’ama juga mendesak gencatan senjata segera diberlakukan di Gaza, semua sandera dibebaskan, dan blokade dibuka. Gerakan Na’amod menggalang dukungan komunitas Yahudi Inggris untuk mengakhiri pendudukan Israel, politik apartheid di Israel, serta memperjuangkan kemerdekaan, kesetaraan, dan keadilan bagi orang Palestina dan Israel.
Penentang paling keras Israel
Kelompok yang lebih keras menentang Israel adalah NK. Ini gerakan internasional Yahudi ultraortodoks dengan basis dukungan di AS. NK memandang lembaga mereka sebagai otoritas resmi Yahudi terhadap teologi Zionisme dan mendoakan pembubaran negara Israel dengan cara-cara damai.
Nama gerakan NK diambil dari bahasa Aramaik, yang digunakan pada zaman Yesus Kristus, pada awal abad Masehi, berarti ’Penjaga Pintu-pintu Gerbang’. Gerakan itu didirikan tahun 1938 untuk menentang pendirian negara Israel.
Komunitas NK meyakini negara Yahudi baru akan muncul jika Mesiah atau Juru Selamat yang dinanti bangsa Yahudi telah datang ke bumi dan memulihkan negara mereka di tanah Israel.
NK dikenal berhubungan dengan Iran, Hezbollah, Hamas, dan kelompok-kelompok yang memilih jalan kekerasan terhadap Israel. Dalam aksi beberapa waktu lalu, pengunjuk rasa Yahudi anti-Israel yang ditangkap polisi New York di Stasiun Grand Central dimotori oleh aktivis NK.
NK dikenal berhubungan dengan Iran, Hezbollah, Hamas, dan kelompok-kelompok yang memilih jalan kekerasan terhadap Israel.
Para pemimpin NK, seperti Dovid Feldman dan Yisroel Dovid Weiss (juru bicara NK Amerika Utara), sangat berkomitmen menunjukkan pada dunia Islam dan Arab bahwa tidak semua orang Yahudi mendukung keberadaan negara Israel. Mereka kerap muncul di televisi Al Jazeera (Qatar) dan Press TV (Iran). Penampilan mereka khas, yakni berbusana khas Yahudi ortodoks, berbusana hitam, berjanggut, memiliki cambang, dan mengenakan topi hitam.
Dalam wawancara dengan Al Jazeera tahun 2012, Weiss mengklaim, Zionisme Israel telah menciptakan sungai dengan aliran darah. Ini bertentangan dengan kehendak Tuhan dan itu tidak sesuai dengan nilai-nilai Yudaisme.
Sebagian besar pemimpin NK di AS tinggal di Brooklyn dan Monsey di New York City. Mereka aktif dalam sejumlah unjuk rasa anti-Israel dan anti-Zionisme. NK menyebut Israel sebagai negara Nazi dan menuding Israel mengontrol pemberitaan media.
Dalam pandangan NK, jika mendukung negara Israel, seorang warga Yahudi telah kehilangan identitas Yahudi-nya. Dalam unjuk rasa menyambut PM Benjamin Netanyahu di New York, aktivis NK menyebut Netanyahu bukanlah orang Yahudi karena ia mendukung negara Israel.
Pasang bendera Palestina
Di jantung tanah Palestina di Jerusalem Timur juga terdapat kampung Yahudi, Mea Shearim. Hampir setiap hari mereka dirazia polisi dan serdadu Israel karena memasang bendera Palestina. Warga Yahudi Mea Shearim memanggil polisi dan serdadu Israel dengan sebutan ”Teroris Nazi”.
Baca juga: Jerusalem, Kota Suci Mikrokosmos Konflik Palestina-Israel
Dalam berbagai kanal media sosial ditayangkan tindakan kekerasan polisi dan serdadu Israel memukuli warga Yahudi Mea Shearim yang berunjuk rasa menentang Israel. Komunitas Yahudi Mea Shearim sudah seribu tahun hidup bersama masyarakat Muslim dan Nasrani Arab di wilayah Jerusalem Timur.
Media Israel, Times of Israel, menyebut, salah satu kelompok anti-Israel di Mea Shearim adalah NK. Para sesepuh Yahudi Mea Shearim dalam berbagai wawancara di televisi mengatakan, sebelum ada negara Israel, hidup mereka damai berdampingan dengan orang Arab, Turki, Badui, serta para pemeluk agama dan keyakinan berbeda.
Anak-anak Yahudi juga ikut mengejek para serdadu dan polisi Israel yang rutin merazia bendera Palestina yang secara diam-diam dipasang di atap dan dinding di perkampungan Mea Shearim. Berbagai poster ejekan dan grafiti di tembok menentang Israel selalu terpasang di Mea Shearim.
Kumpulan mantan tentara Israel
Para mantan serdadu Israel juga tidak tinggal diam. Mereka membentuk organisasi Breaking The Silence. Organisasi ini muncul sejak Intifada (Perlawanan Palestina) Kedua.
Para mantan serdadu Israel membongkar perilaku sebagai penjajah yang dijalankan militer Israel di daerah pendudukan di Tepi Barat, Sungai Jordan, sekitar Gaza, dan Jerusalem Timur.
Dalam situs Breaking The Silence disebutkan bahwa para prajurit yang ditugaskan di wilayah pendudukan pernah terlibat aktif dalam serbuan militer dan berbagai tindakan penindasan terhadap warga Palestina, termasuk menjarah dan merusak bangunan. Praktik-praktik ini sudah menjadi standar operasional militer Israel.
Baca juga: Polisi Israel Gusur Rumah Warga Palestina di Jerusalem Timur
Rangkaian kesaksian yang ditayangkan di berbagai media sosial menyingkap lebih dalam tentang kondisi menyedihkan dan jatuhnya standar moral prajurit Israel dengan beragam tindakan kekerasan dengan dalih alasan keamanan Israel.
Berbagai kesaksian dikumpulkan sejak Maret 2004 oleh kelompok serdadu Israel yang ditugaskan di kota Hebron, wilayah Palestina yang diduduki Israel. Hingga kini, Breaking The Silence membuka mata masyarakat Israel tentang kesaksian langsung para prajurit di daerah jajahan.
Hingga kini, sudah 1.400 serdadu Israel dari berbagai pangkat dan jabatan memberikan kesaksian tentang sepak terjang menjadi tentara pendudukan.
Salah satu standar operasional adalah menggedor rumah warga malam dan dini hari. Lalu, jika diperlukan, mereka menduduki rumah warga Palestina selama berhari-hari, atau beberapa pekan, serta berbulan-bulan. Sesudah itu mereka meninggalkan begitu saja rumah tersebut saat ada perintah lain yang diterima tanpa memberikan kompensasi apa pun bagi sang pemilik rumah.
Hingga kini, sudah 1.400 serdadu Israel dari berbagai pangkat dan jabatan memberikan kesaksian tentang sepak terjang menjadi tentara pendudukan.
Bahkan, pemilik rumah pun berulang kali diperiksa kartu identitasnya oleh serdadu Israel. Di dekat jalan masuk rumah warga, terdapat pos penjagaan. Semua warga diperiksa, bahkan untuk urusan sederhana sekalipun.
Breaking The Silence dipimpin oleh Miki Kratsman dan dibantu anggota senior, Avner Gvaryahu. Gvaryahu kerap membuat tayangan video berisi berbagai kesaksian para serdadu dan mantan serdadu Israel.
Berbagai media internasional, seperti Al Jazeera, DW, France24, BBCNews, ABC News, dan TRT World, melakukan wawancara terhadap aktivis Breaking The Silence.
Adanya kelompok-kelompok Yahudi anti-Israel ini membuktikan bahwa Israel dengan ideologi apartheid Zionisme memang musuh dari nilai kemanusiaan dan kesetaraan umat manusia. Dengan kapasitas yang dimiliki, kelompok Yahudi anti-Zionis ini juga salah satu suara kemanusiaan yang ingin memperjuangkan nasib jutaan orang di wilayah pendudukan Gaza dan Tepi Barat. (AP/REUTERS)