Indonesia Berupaya Seimbangkan Pendekatan ke Setiap Blok Geoekonomi
Dalam hampir dua periode pemerintahan terakhir, AS menganggap Indonesia tidak sesuai dengan kepentingannya. Kebijakan Indonesia memang condong ke China.
Oleh
KRIS MADA
·3 menit baca
SAN FRANCISCO, JUMAT — Indonesia berupaya menyeimbangkan langkah geoekonominya di antara blok Timur dan Barat. Manuver itu bisa mengoptimalkan pemanfaatan aktivitas ekonomi di Asia Pasifik dan kawasan lain.
Indonesia telah memastikan menjadi anggota Kerangka Kerja Ekonomi Indo-Pasifik (IPEF) yang digagas Amerika Serikat. Pada Kamis (16/11/2023) siang waktu San Francisco atau Jumat pagi WIB, pemimpin 14 anggota IPEF menyepakati dua dari empat pilar IPEF. Kesepakatan dicapai di sela Konferensi Tingkat Tinggi Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC).
Anggota IPEF masih merundingan pilar perdagangan. Sementara pilar perpajakan dan pemberantasan korupsi sedang dalam penyelesaian dokumen akhir.
Adapun pilar ekonomi bersih dan rantai pasok telah disetujui. Para anggota IPEF juga sepakat memulai perundingan soal pasokan mineral penting.
Mengacu pada data Departemen Energi AS, Indonesia punya 4 dari 50 mineral penting. Indonesia punya cadangan besar kobalt, bauksit untuk aluminium, tembaga, dan nikel.
Dalam pertemuan bilateral Indonesia-AS, ada kesepakatan soal pembentukan kerangka kerja perjanjian mineral penting (CMA). Lewat CMA, Indonesia ingin jadi pemasok industri kendaraan listrik AS.
Indonesia juga meminta dukungan AS soal lamaran menjadi anggota Organisasi Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD). Mayoritas dari 38 anggota OECD merupakan negara dengan produk domestik bruto (PDB) tinggi.
Lamaran ke OECD dan keterlibatan di IPEF dilakukan kala Indonesia menolak bergabung dengan BRICS. Dalam KTT BRICS di Afrika Selatan beberapa bulan lalu, Indonesia digadang menjadi anggota baru bersama Arab Saudi dan sejumlah negara lainnya. Meski beranggotakan India, BRICS dianggap dimotori China-Rusia.
Perimbangan geoekonomi
Pakar politik luar negeri Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Siswanto, mengatakan, Indonesia berusaha menunjukkan keseimbangan hubungan dengan AS dan China. Hal itu tidak lepas dari persepsi bahwa Indonesia terlalu dekat dengan China.
”Dalam hampir dua periode pemerintahan terakhir, AS menganggap Indonesia tidak sesuai dengan kepentingannya. Persepsi itu muncul karena kebijakan Indonesia memang lebih ke Timur (China),” ujarnya.
Indonesia kini menjadi anggota Kemitraan Ekonomi Komprehensif Kawasan (RCEP). AS dan sekutunya memandang RCEP salah satu blok geeokonomi yang dimotori China. AS berusaha menandinginya, antara lain, lewat IPEF. Bedanya, RCEP memberikan akses pasar, IPEF tidak.
Sementara itu, Presiden AS Joe Biden mengatakan, AS-China akan tetap berhubungan. AS tidak ingin berpisah (de-coupling) dari China. AS hanya ingin mengurangi risiko (de-risking) dengan tidak lagi mengandalkan China sebagai pemain terbesar dalam rantai pasok kebutuhan AS dan mitranya.
Ia juga menegaskan, APEC sangat penting bagi AS. Sebab, 60 persen ekspor AS diserap anggota APEC. Selain itu, anggota APEC digadang menjadi penggerak utama perekonomian global dalam 30 tahun mendatang. AS ingin tetap menjadi bagian itu. (AFP/REUTERS)