Pemerintahan Netanyahu goyah sejak Hamas menyerbu Israel sebulan lalu. Warga tidak percaya, oposisi berusaha mendongkel pemerintahan.
Oleh
MAHDI MUHAMMAD, LUKI AULIA
·4 menit baca
GAZA, RABU — Dunia gagal mendesak Israel menghentikan serangan ke Gaza. Pada Rabu (15/11/2023), Israel malah mengaku telah menyerbu rumah sakit di Gaza. Apalagi, serbuan itu mendapat dukungan dari Amerika Serikat.
Juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS, John Kirby, menyebut, ada informasi intelijen soal kegiatan Hamas di bawah berbagai rumah sakit di Gaza. Hamas dan aneka kelompok perlawanan Gaza disebutnya membuat jaringan terowongan di bawah berbagai rumah sakit. Terowongan menjadi pusat komando dan penyimpanan senjata.
Pernyataan itu dianggap Hamas sebagai izin AS bagi Israel menyerbu Rumah Sakit Al-Shifa. Pasukan militer Israel, IDF, menyerbu rumah sakit itu pada Rabu dini hari.
Serangan itu melanjutkan pengepungan IDF terhadap RS Al-Shifa. Selama pengepungan, tank-tank IDF berulang kali menembak rumah sakit itu. Penembak runduk Israel juga menyerang berbagai orang di rumah sakit itu.
Direktur Jenderal Kementerian Kesehatan Gaza Munir al-Bursh mengatakan, Israel memulai serangan dari sayap barat rumah sakit. Bagian bedah dan ruang gawat darurat RS Al-Shifa menjadi tempat pertama yang diserbu pasukan IDF.
Tangkap pengungsi
Staf ruangan gawat darurat RS Al-Shifa, Omer Zaqout, menyebut bahwa pasukan IDF menyerang dan menangkap sejumlah pengungsi di RS. IDF menelanjangi lalu menutup mata orang-orang yang ditangkap.
Dalam pernyataan terpisah, Hamas menyebut ada 650 pasien dan 7.000 pengungsi di Al-Shifa. Mereka ketakutan oleh serangan IDF.
Zaqout menyangkal pernyataan IDF bahwa IDF membawa bantuan ke rumah sakit. ”Mereka (IDF) hanya membawa teror,” katanya kepada Al Jazeera.
IDF mengklaim telah memberi tahu rencana serbuan sejam sebelum serangan. IDF juga mengklaim membawa inkubator, makanan bayi, dan obat-obatan.
Akibat serangan itu, ratusan orang tewas di halaman rumah sakit. Pegawai rumah sakit tidak berani mengevakuasi karena khawatir ditembak IDF.
Desakan internasional
Sehari sebelum IDF menyerbu RS Al-Shifa, Presiden AS Joe Biden meminta rumah sakit dan warga sipil dilindungi. Permintaan serupa disampaikan Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau ”Dunia menyaksikan pembunuhan terhadap perempuan, anak-anak, dan bayi. Ini harus dihentikan,” kata Trudeau.
Sebelum itu, Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) juga meminta serangan ke Gaza dihentikan. Hasil pertemuan darurat OKI di Riyadh, Arab Saudi, disampaikan ke Biden.
Dalam pernyataan Gedung Putih selepas Biden menerima Presiden RI Joko Widodo, disebut ada pembahasan soal Gaza. Biden-Jokowi disebut menyampaikan posisi masing-masing negara soal Gaza. Tidak ada kesepakatan soal penghentian perang di Gaza.
Dosen Ilmu Hubungan Internasional pada Universitas Indonesia, Broto Wardoyo, menyebut bahwa pengaruh OKI terhadap AS ataupun Israel amat kecil. ”AS tidak mendengar OKI,” ujarnya.
Jangankan OKI, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sekalipun tidak akan didengarkan Israel. Dengan dukungan penuh AS pada Israel, Dewan Keamanan PBB tidak akan mungkin bertindak nyata untuk menghentikan Perang Gaza.
Kalau mau menekan, menurut Broto, OKI tidak cukup hanya mengecam. OKI perlu bertindak nyata untuk mendorong tekanan itu.
Hal senada disampaikan Guru Besar Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Ali Munhanif. Pesan anggota OKI yang sangat keras bisa dibarengi dengan tindakan nyata. Sebab, sebagian anggota OKI punya kekuatan ekonomi cukup besar.
Kekuatan itu, antara lain, dimiliki Arab Saudi, Qatar, Uni Emirat Arab, dan Indonesia. Dengan daya ekonominya, OKI diharapkan mendorong pendukung Israel mengubah atau setidaknya menimbang ulang kebijakan soal Israel. ”Hubungan interdependensi bisa memberikan pengaruh, terutama pada negara-negara besar,” katanya.
Lembaga Penelitian dan Pelatihan Statistik, Ekonomi dan Sosial untuk Negara-negara Islam (SESRIC) menaksir, perekonomian anggota OKI tumbuh hingga 4,9 persen pada 2023. Sementara mengacu pada data Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia, mayoritas anggota OKI termasuk kelompok yang tinggi pertumbuhan ekonominya. Pertumbuhan sebagian anggota OKI di atas rata-rata global.
Kekuatan lain OKI adalah gabungan populasi hampir 1,9 miliar jiwa. Penduduk sebesar itu juga potensi pasar penting. OKI juga produsen aneka mineral penting. Minyak, gas, batubara, dan nikel dimiliki anggota OKI.
Politik domestik
Broto menyebut, politik domestik Israel tidak dapat dilepaskan dari sikap kepala batu Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu soal Gaza. Netanyahu berusaha menghindari tekanan politik yang dihadirkan dari dinamika saat ini.
Pemerintahan Netanyahu goyah sejak Hamas menyerbu Israel sebulan lalu. Warga tidak percaya, oposisi berusaha mendongkel pemerintahan. ”Kita tidak tahu apakah ini akan berimplikasi pada Netanyahu. Ada biaya politik yang harus dipertimbangkan oleh Netanyahu dengan tindakannya ini,” kata Broto.
Netanyahu kini bertindak di luar kewajaran. Hal itu untuk menghadirkan rasa aman bagi warga Israel. Netanyahu akan terus berupaya menghancurkan Hamas dan infrastrukturnya.
Dengan demikian, Netanyahu bisa menunjukkan bisa membawa keamanan untuk Israel. ”Rencana demiliterisasi Gaza adalah bagian dari upayanya untuk benar-benar membuat potensi ancaman menjadi sangat kecil,” kata Broto.
Memang, ia tetap melihat ada peluang solusi damai masalah Israel-Palestina. Pihak berkepentingan perlu mulai berbicara dengan kelompok moderat di Israel-Palestina. Kelompok moderat tidak hanya punya kepentingan politik jangka panjang. Mereka juga perlu membahas soal pembebasan orang yang disandera Hamas. ”Kelompok moderat perlu diajak bicara dan mungkin diberi dukungan politik,” katanya. (AFP/REUTERS)