Ada Indonesia dalam Persiapan Amerika Serikat Memerangi China
Mandala Pasifik sudah berubah. Dulu di kawasan ini dikenal mandala udara dan laut. Kini, Pasifik menjadi palagan darat, laut, dan udara sekaligus.
Bagi Amerika Serikat, perang dengan China hanya soal waktu. Pengalaman perang di kawasan lain perlu dimodifikasi agar Washington bisa mengadapi Beijing dalam perang di Asia Pasifik. Dari perang di gurun dan kota, Amerika Serikat kini berlatih perang di antara pulau dan rimba. Indonesia terlibat dalam persiapan itu.
Salah satu persiapan itu digelar pada 1-10 November 2023. Latihan gabungan Joint Pacific Multinational Readiness Center (JPRMC) itu melibatkan 5.100 tentara AS dan mitranya di Pasifik.
Indonesia mengutus anggota Batalyon Infanteri (Yonif) Raider 303 Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad) dalam latihan itu. Kehadiran salah satu Yonif Kostrad itu melanjutkan kerja sama erat TNI AD dengan AD AS lewat berbagai latihan gabungan.
Baca juga Super Garuda Shield Perkuat Kemitraan Pertahanan AS-Indonesia
Dilaporkan laman khusus isu pertahanan AS, Defense One, sejumlah peserta tidak menampik bahwa skenario mengerucut kepada kesimpulan China adalah lawan dalam latihan itu. Akan tetapi, Wakil Komandan Bantuan Divisi Infantri XV AS Kolonel RJ Garcia menyangkal JPRMC menyasar negara tertentu.
JPRCM diklaim sebagai latihan untuk meningkatkan kemampuan menghadapi lawan mana pun. Untuk konteks Pasifik, medan Hawaii dinilai paling sesuai dengan potensi perang yang akan dihadapi negara asal para peserta latihan.
Medan berbeda
Dari AS, salah satu pesertanya bernama Sersan Kepala Zachary Francis. Dilaporkan laman khusus isu pertahanan AS, Defense One, Francis menyebut latihan itu persiapan menanggapi krisis di mana pun.
Veteran Perang Afghanistan itu menyebut, terbang di Hawaii berbeda dengan terbang di pegunungan Afghanistan atau gurun Timur Tengah. Di Hawaii ada tantangan angin dari laut. ”Dari sudut pandang latihan ini sangat luar biasa bahwa kami berlatih di sini. Ini latihan kelas dunia untuk beroperasi lintas pulau,” kata dia.
Peserta lain di latihan itu, Kapten Sam Soliday, menyebut JPRMC menggunakan skenario perang rimba kepulauan. ”Kami tidak lagi mengalami perang di kepulauan sejak Perang Dunia II berakhir,” kata perwira intelijen AD AS itu.
Memang, setengah abad lalu AS terlibat perang di Asia Tenggara. Meski berlangsung di rimba dan akhirnya AS harus angkat kaki, Perang Vietnam bukan perang kepulauan. Perang itu terjadi di daratan.
Baca juga AS Gelar Dua Latihan Perang di Sekitar China, Beijing Kerahkan Kapal Induk
Berbeda dengan Perang Pasifik yang membuat AS harus merebut pulau demi pulau dari Hawaii sampai ke Iwojima. Selain terjadi di dalam rimba, perang selama PD II itu juga terjadi di antara pulau-pulau di Pasifik.
Tantangan perang kepulauan amat kompleks. Palagannya berubah dari pantai, dataran dengan hutan, perbukitan, dan daerah terpencil. Perlu kecermatan dan aset udara serta laut untuk menggerakkan persenjataan, prajurit, dan pendukungnya dari satu pulau ke pulau lain.
Kapal untuk pengangkut utama, pesawat dan helikopter untuk pendukung. Selain untuk angkutan cepat, aset udara juga untuk evakuasi dan dukungan serangan pendahuluan dan pengamanan.
”Banyak keuntungan dari latihan gabungan di Hawaii. Latihan Ini sangat penting bagi Komando Gabungan karena skala latihan yang dilakukan sangat lengkap,” kata Panglima Komando Operasi Pasifik pada AD AS Jenderal Charles Flynn.
Biasanya, latihan besar AD AS digelar di California atau Lousiana. Karena lokasinya, tentu saja skenario latihan didominasi perang dataran luas. Pada Juni 2023, Departemen Pertahan AS setuju latihan dengan skenario baru digelar di Hawaii. AS mengerahkan 12 pesawat angkut C-130 Herculew dan C-17 Galaxy untuk JPRMC 2024. Pentagon juga mengerahkan enam kapal perang.
Kapal dan pesawat itu, antara lain, mengangkut peralatan dan anggota Divisi Infantri ke-25. Dipimpin Mayor Ryan Yamauchi, salah satu regu divisi itu mengawaki meriam yang disembunyikan di antara pepohonan.
Bagi Yamauchi, JPRMC menawarkan perubahan drastis latihan. ”Kami dulu berpengalaman perang di padang gurun atau perkotaan di Perang Irak dan Perang Afganistan,” ujarnya.
Operasi di hutan rimba tropis membuat mereka harus mengubah taktik, teknik, dan prosedur operasi meriam besar. ”Kami mengoperasikan tidak hanya meriam untuk menggempur sasaran. Kami juga harus mengoperasikan dan mengoordinasikan tembakan roket artileri,” ujarnya.
Baca juga TNI AD dan Militer AS Latihan Bersama di Tiga Lokasi
Pengalaman baru juga dirasakan Mayor John Azbil. Ia mengawasi operasional pos komunikasi. Selama JMPRC, mereka mengalami gangguan frekuensi radio. Mereka tidak mengalami itu selama beroperasi di gurun.
”Gurun medan terbuka sehingga gelombang radio bergerak tanpa hambatan. Di medan kepulauan di Pasifik sangat berbeda. Ini jadi tantangan bagi kami orang Korps Sinyal,” ujarnya.
Palagan campuran
Flynn menyatakan, China bertindak ceroboh dan menimbulkan kecurigaan di kawasan. ”Tindakan China tersebut adalah kabar buruk. Kabar baiknya adalah meningkatnya kerja sama multilateral sepuluh kali lipat,” ujarnya.
Ia menyebut, mandala Pasifik sudah berubah. "Dulu di kawasan ini dikenal mandala udara dan laut. Sekarang tidak lagi, ini adalah mandala gabungan. Kita menyelesaikan masalah dengan kerja sama antarbangsa,” ujarnya.
Ia menegaskan, AD AS akan menjadi tulang punggung menghadapi ancaman di kawasan Pasifik. ”Hal yang dilakukan China dengan menutup akses dan wilayah demi mengalahkan kekuatan udara dan laut. Selanjutnya mereka akan mengganggu ruang udara dan dunia maya,” ujarnya. (REUTERS)