Paparan polutan yang tak terlihat berdampak pada kesehatan warga global dan menyebabkan kematian.
Oleh
HELENA FRANSISCA NABABAN
·3 menit baca
Polusi udara menjadi ancaman bagi kesehatan masyarakat dunia. Kajian dalam jurnal ilmiah daring, The Lancet, 17 Mei 2022, menyebutkan, polusi udara menjadi faktor penyebab terbesar munculnya penyakit dan pemicu kematian. Pada 2019, polusi menyebabkan sembilan juta kematian, sebanyak 6,7 juta kematian di antaranya akibat polusi udara.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada akhir 2022 merilis, polusi udara luar ruangan, baik di kota-kota besar maupun di wilayah perdesaan, diperkirakan menyebabkan kematian dini 4,2 juta jiwa per tahun. Kombinasi dari paparan polusi udara ambien dan polusi udara dalam ruangan menjadi penyebab 6,7 juta kematian per tahun.
Angka kematian karena polusi udara berkaitan erat dengan paparan polutan di udara yang menimbulkan sejumlah penyakit, seperti penyakit jantung, pernapasan, dan kanker. Apabila dirinci, 37 persen kematian karena polusi udara berkaitan dengan penyakit jantung dan stroke, 18 persen karena penyakit paru obstruktif kronis, 23 persen karena infeksi saluran pernapasan akut, dan 11 persen berkaitan dengan kanker paru-paru.
Sekitar 89 persen dari angka kematian itu terjadi pada masyarakat di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah. Mereka menghirup udara tidak bersih. Hal ini dialami, antara lain, oleh masyarakat di India.
Kantor berita Associated Press pada 3 November 2023 melaporkan, New Delhi kembali bergelut dengan kepungan polusi udara. Sumber polusi diketahui berasal dari asap kendaraan bermotor berbahan bakar bensin dan solar dengan rata-rata kendaraan berusia 10-15 tahun. Selain itu, juga bersumber dari pekerjaan konstruksi dan pembakaran lahan pertanian di sekitar New Delhi.
Badan Pengendali Polusi Pusat India menyebutkan, indeks kualitas udara (AQI) melampaui angka 400 untuk partikel kecil atau 10 kali ambang batas keselamatan. Kualitas udara New Delhi sangat buruk.
Spesialis paru-paru Rajneesh Kappor menyarankan warga mengenakan masker serta menghindari jalan pagi dan joging. Alasannya, kualitas udara buruk memicu segala jenis infeksi saluran pernapasan dan flu. Pemerintah setempat melarang dan memberikan sanksi atas penggunaan kendaraan yang menimbulkan polusi.
Spesialis paru-paru Rajneesh Kappor menyarankan warga mengenakan masker serta menghindari jalan pagi dan joging.
Kualitas udara yang buruk di New Delhi terjadi setiap tahun saat musim dingin. Seperti dikutip statistica.com, angka kematian karena polusi udara di India 1,66 juta jiwa pada 2019. Angka itu naik dari tahun sebelumnya, 1,64 juta jiwa.
Komisi Lancet untuk Polusi dan Kesehatan menyebutkan, polusi udara yang berkelindan dengan perubahan iklim disebabkan pembakaran bahan bakar fosil. Pembakaran bahan bakar fosil bisa terjadi di media yang bergerak, seperti kendaraan bermotor, dan media tak bergerak, seperti pembangkit listrik tenaga batubara atau rumah tangga yang menggunakan bahan bakar kayu dan kompor yang tidak efisien.
Sophie Gumy, Kepala Teknis Departemen Lingkungan Hidup, Perubahan Iklim, dan Kesehatan WHO, dalam laporan Al-Jazeera, 28 September 2023, mengatakan, pencemar udara pada dasarnya dibagi dalam dua kategori, yaitu gas dan polutan yang disebut Particulate Matter (PM).
WHO menyebutkan, PM terdiri atas sulfat, nitrat, amonia, sodium klorida, karbon hitam, mineral debu, dan air. Lalu, gas yang dihasilkan dari kendaraan, pembangkit listrik berbahan bakar fosil, kilang industri, dan pabrik kimia. Ada juga karbon monoksida, ozon, nitrogen dioksida, dan sulfur dioksida.
Sebagai polutan utama, nitrogen dioksida memperburuk asma dan pernapasan. Scott Budinger, Kepala Perawatan Kritis dan Paru-paru Fakultas Kedokteran Feinberg, Universitas Northwestern, mengatakan, penelitian menemukan bahwa hanya beberapa hari setelah peningkatan paparan polutan partikulat, sering kali terjadi peningkatan kematian akibat berbagai komplikasi kesehatan.
Menurut Institute for Health Metrics and Evaluation Universitas Washington, Seattle, polusi udara merupakan penyebab kematian nomor empat di antara semua faktor risiko metabolik dan perilaku setelah tekanan darah sistolik tinggi, penggunaan (konsumsi) tembakau (rokok), dan risiko pengaturan pola makan. Sayangnya, tidak ada rincian data jumlah kematian dari setiap penyebab itu.
Merespons dampak polusi udara, sejumlah negara miskin di Afrika lebih maju dibandingkan dengan negara-negara kaya. Mereka mengakui dan memasukkan adanya udara bersih dan dampak kesehatan dari udara bersih dalam rencana aksi iklim nasional mereka. Dalam laporan terbaru, negara-negara itu adalah Nigeria, Pantai Gading, Mali, Togo, dan Ghana. Mereka mengajukan rencana aksi iklim mereka kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
PBB berkolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan, seperti Koalisi untuk Iklim dan Udara Bersih (CCAC), dan Pemerintah Norwegia pada 2016 meluncurkan kampanye kesadaran global dari bahaya polusi udara. Kampanye itu bernama ”BreathLife: Clean Air, A Healthy Future”.
PBB ingin mengurangi angka kematian akibat polusi udara sampai 2030. PBB mengampanyekan dan mengedukasi setiap individu tentang bahaya polusi udara. Polutan-polutan yang terkandung seperti karbon hitam, ozon di permukaan, dan metana adalah pembunuh tak terlihat.
Itu semua ada di sekitar kita. PBB menyarankan setiap individu untuk berjalan kaki dan bersepeda. Pemerintah diminta membangun ruang-ruang terbuka hijau, meningkatkan standar kendaraan, hingga memprioritaskan pembangunan angkutan umum yang bersih. Ini sejumlah langkah untuk mengurangi polusi udara demi menangkis pembunuh tak terlihat. (REUTERS/AP)