Rahasia Keaslian Tas Mewah
Membedakan tas mewah asli, palsu super, atau palsu makin susah karena pemalsu makin canggih.
Kawasan pertokoan Ritan ”Russian Market” di Beijing, China, tidak pernah sepi pengunjung, terutama di area kios tas dan koper. Pemandangan serupa terlihat di kawasan ”Silk Market”. Saat pandemi Covid-19 sekalipun, kegiatan dan transaksi jual beli di kedua pertokoan itu tetap berjalan meski diam-diam dan harus kucing-kucingan dengan petugas keamanan.
Di dalam kios-kios tas di dua lokasi itu terpajang tas dari berbagai jenama internasional. Ada yang diklaim asli, tetapi lebih banyak yang aspal alias asli, tetapi palsu. Tas-tas aspal lebih mudah dikenali karena jenamanya yang menyerempet jenama internasional asli, bahkan memakai jenama yang tak pernah terdengar sebelumnya. Bahan dan jahitan tasnya pun terlihat ”murah” karena kasar.
Baca Juga: Elite, Pejabat, dan Jenama Mewah
Konsumen yang datang juga sudah sadar sepenuhnya tas atau koper yang mereka beli itu aspal. ”Tidak apa-apa, yang penting harganya murah dan mirip dengan yang asli,” kata Tristan dan Leana dari Filipina, 24 Oktober 2023. Mereka kerap berbelanja di Russian Market.
Pertokoan itu dikenal di kalangan warga asing sebagai ”pusat oleh-oleh segala ada”, mulai dari teh, kerajinan, baju, tas, sampai sepatu yang asli dan aspal. Leana membelikan ibunya tas tangan warna coklat bermerek Louis Vuitton (LV) yang mirip dengan aslinya. Setelah ditawar, harga tasnya bisa turun sampai 350 yuan (Rp 752.000) dari semula 500 yuan.
Si penjual lalu menawarkan tas serupa, tetapi dengan kualitas lebih baik. ”Kualitas super premium nomor 1” istilahnya. Tas itu tampak lebih ”mewah” karena disimpan dengan kantong kain khusus berlabel LV. Harganya juga lebih mahal, 2.000 yuan (Rp 4,3 juta). Dia lalu menyuruh konsumen memegang dan merasakan bahannya dan melihat kualitas jahitan dan bagian dalam tas. ”Beda, kan? Yang ini bagus sekali. Dibuat 1:1 dengan tas aslinya,” kata penjual itu.
Bagi yang tak benar-benar paham, akan sulit membedakan mana tas yang asli, aspal, atau berkualitas super premium. Sekilas, serupa, tetapi tak sama. Riri, salah satu produsen aksesori kelas atas dari Swiss yang membuat ritsleting, kancing, komponen logam, dan perhiasan untuk mode sejak 1936, menekankan pentingnya lebih teliti memperhatikan bagian ritsleting pada tas tangan mewah.
Baca Juga: Pasar Barang Mewah Mengandalkan Konsumen China
Dari ritsleting akan ketahuan tas itu asli atau palsu. Ritsleting pada tas tangan jenama-jenama terkemuka sering kali dibuat oleh Riri yang sudah dibeli grup perusahaan Oerlikon Swiss, Maret 2023. Riri menerima banyak pesanan ritsleting untuk produk berbahan kulit dan rumah mode adibusana (haute couture)utama Perancis dan Italia.
Kantor berita AFP, 6 November 2023, menyebutkan, detail-detail produk Riri dirancang dan dibuat bersama perancang khusus dari klien. Detail itu, misalnya, ”gigi-gigi” ritsleting warna-warni yang membentuk pola atau bagian penggeser yang dibuat terlihat seperti perhiasan. Jumlah produksinya juga tak pernah banyak, rata-rata hanya sekitar 60 buah.
Presiden Divisi Mewah Oerlikon Renato Usoni yakin produk mereka sulit ditiru. Harga ritsletingnya bervariasi, mulai dari 2 euro (Rp 33.000) per ritsleting hingga 20.000 euro (Rp 335 juta) untuk satu ritsleting terbuat dari emas. Harga rata-rata risletingnya sudah 50 kali lebih mahal dibandingkan dengan produk dari produsen mana pun di Asia.
”Jika Anda mengeluarkan uang ribuan euro untuk tas tangan atau sepasang sepatu bot, jelas ritsletingnya harus sempurna,” kata Usoni. Ia menjamin ritsleting produksi Riri tidak akan luntur atau aus karena memakai teknologi deposisi uap fisik atau proses pelapisan logam (PVD) untuk melindungi dari korosi. PVD juga digunakan dalam industri penerbangan dan otomotif.
Harus teliti
Dulu, barang mewah palsu lebih mudah ketahuan. Akan tetapi, kini orang semakin susah membedakan karena barang-barang ”palsu super” membanjiri pasaran. Tas palsu super bisa sangat meyakinkan karena mempunyai elemen desain yang hampir sama, label keaslian yang sama, bahkan dapat dibuat dari bahan serupa yang bersumber dari pabrik yang sama dengan tas yang asli. Barang yang disebut palsu itu adalah barang-barang, atau dalam hal ini tas, yang bahannya sama dengan tas asli.
Itulah sebabnya mencermati ritsleting saja tidak lagi cukup. Sebab, barang-barang aspal ini juga tidak cuma dijual pedagang kaki lima, tetapi juga di lokapasar (marketplace). Lantaran barang palsu super bisa begitu meyakinkan, banyak dari tas-tas ini berpindah tangan dan sampai ke rak-rak pengecer barang-barang bekas bermerek atau buatan perancang, serta toko konsinyasi mewah.
Baca Juga: Dalam Bayang-bayang Krisis, Hot Wheels Berjaya Bersama Hermes
Jane Thompson, yang mengautentikasi dan menilai barang dalam industri penjualan kembali (reselling) selama 27 tahun terakhir, menuturkan, tas palsu super hampir tidak dapat dibedakan dari tas asli meski jahitannya tidak rata atau tidak rapi, atau bahkan nama perancangnya salah dieja. Barang palsu saat ini jauh lebih canggih karena mereka juga memalsu hingga ke detail-detail barangnya.
Tas palsu, misalnya, juga ada nomor serinya (kode identifikasi unik untuk menunjukkan keaslian) seperti tas asli. Pabrikan tas palsu semakin canggih mereplikasi barang-barang buatan perancang dengan sangat detail sehingga petugas autentikasi yang paling berpengalaman sekalipun akan kesulitan menilai.
Harian The New York Times menyebutkan, produsen barang palsu diketahui mendapatkan bahan kulit dari beberapa pemasok Italia yang sama dengan rumah mode. Mereka sering kali membeli tas tangan perancang yang asli hanya untuk dibongkar dan dipelajari cara pembuatannya.
”Produsen barang palsu super tahu cara orang mengenali produk palsu atau tidak sehingga semaksimal mungkin membuatnya mirip dengan yang asli. Ada nomor seri yang tentu saja palsu. Mereka juga pakai kartu keaslian palsu. Bahkan, kemasannya juga replika persis dari tas asli. Harga dibuat hampir sama dengan yang asli,” kata salah satu pendiri Trading in Syle, Bianca Picherit.
Bangga pakai palsu
Selama ini memiliki barang mewah atau tas karya perancang menjadi simbol status dan menunjukkan kemewahan serta kekayaan seseorang. Oleh karena anggapan tersebut, banyak anak muda saat ini yang berkeinginan memiliki tas yang harganya bisa mencapai 10.000 dollar AS (Rp 156 juta). Apalagi, jika mereka sering terpapar gaya hidup selebritas atau pemengaruh di media sosial.
Situs berita Business Insider, 3 September 2023, menyebutkan, barang palsu super belakangan menjadi populer berkat media sosial dan ledakan perdagangan elektronik akibat pandemi Covid-19. Tak sedikit konsumen dari Generasi Z (kelahiran tahun 1997-2021) yang kian tertarik pada produk-produk mewah dan tidak akan malu jika memakai barang palsu.
Di mata mereka, membeli produk palsu dan tiruan adalah sesuatu yang keren, sementara generasi sebelumnya justru menganggap itu tabu. Media sosial Tiktok sering menampilkan obsesi Gen Z melalui ribuan video tentang tempat berbelanja tas tangan, kosmetik, dan sepatu olahraga palsu.
Baca Juga: Tersihir Pesona ”Tajir Melintir”
Menurut pakar mode dan pemengaruh di Youtube, Cassie Thorpe, penerimaan terhadap barang palsu akhir-akhir ini disebabkan tiga faktor, yakni harga barang-barang perancang asli lebih mahal dari sebelumnya dan naik setiap tahun, peningkatan kualitas produk palsu super, dan ketersediaan barang palsu secara daring. Itu semua menunjukkan banyaknya peminat barang palsu sehingga orang tidak perlu lagi beli dan pakai dengan sembunyi-sembunyi atau malu.
Harian The Sydney Morning Herald, 23 September 2023, menyebutkan, Survei Bisnis Mode pada Oktober 2022 menemukan 37 persen Gen Z di Amerika Serikat bersedia memakai barang palsu, sementara 42 persen menyatakan tak mau.
Menurut Jane Thompson, demokratisasi kemewahan menjadi salah satu faktor meningkatnya penyebaran barang palsu karena setiap orang menginginkan sesuatu yang belum tentu mampu mereka beli. Selain itu, ada pula ada faktor kemajuan teknologi.
Jadi, bagaimana kita bisa mengenali tas palsu? Sering kali memang tidak akan bisa. Setidaknya, untuk langkah awal, bisa dilihat nomor serinya, diperhatikan kualitas tas, materi bahan yang digunakan, lapisan dalam, penempatan dan jarak logo, serta baunya. Jumlah jahitan juga bisa menjadi penanda jelas tas itu asli atau palsu. Tas Chanel asli, contohnya, memiliki 8-12 jahitan di setiap sisi berlian.
Baca Juga: Melawan Imajinasi ”Crazy Rich”
Selain itu, penting untuk memperhatikan ritsleting, ukiran logo, kualitas jahitan, dan aksesori tas, seperti gembok dan kunci. Yang tidak kalah pentingnya, urusan harga. Jika harganya terlalu murah, pasti ada sesuatu yang salah. Meski harganya lebih murah daripada tas asli, produk palsu super lebih mahal ketimbang produk tiruan pada umumnya. Harga tas Hermès Birkin asli mulai dari 10.000 dollar AS (Rp 156 juta), sedangkan harga palsu supernya bisa sampai 2.000 dollar AS (Rp 31,2 juta).
Direktur Autentikasi dan Kepatuhan Jenama di The RealReal Hunter Thompson juga menyarankan untuk memeriksa berat tas, bahkan baunya. Jika ada bau bahan kimia yang menyengat, itu bisa jadi petunjuk kemungkinan tas itu palsu.
”Konsumen harus tahu dulu produk yang akan dibeli. Pelajari dengan baik keunikan dan kekhasan barang mewah yang akan dibeli. Di media sosial atau lokapasar, semua tas Hermès palsu dijual dengan kartu keaslian Hermès. Padahal, Hermès tidak memberi sertifikat apa pun,” kata Kepala Bagian Tas pada Resee, Laurie Mestchersky, kepada majalah British Vogue, 8 Mei 2023.
Baca Juga: ”Flexing” dan Kegilaan atas Modernitas
Detail adalah segalanya. Sebisa mungkin periksa semua detail sampai di bagian kotak tas, kantong yang dipakai untuk membungkus tas, dan sertifikat keasliannya. Apalagi, jika membeli tas mewah bekas atau pre-loved. Hanya, tak banyak orang yang teliti dan mampu memeriksa seteliti itu. Lebih banyak orang yang memilih membeli tas palsu super yang lebih murah karena yang penting bisa ikut bergaya.