Di Bawah Tekanan AS, Israel Akhirnya Setuju Jeda Kemanusiaan
Akan ada dua koridor evakuasi dari Gaza utara. Setiap koridor akan dibuka hingga empat jam per hari.
Oleh
IRENE SARWINDANINGRUM
·3 menit baca
WASHINGTON, JUMAT — Tekanan Amerika Serikat terhadap Israel membuahkan persetujuan jeda kemanusiaan. Setiap hari, Israel akan menunda serangan selama empat jam ke Gaza.
Presiden AS Joe Biden mengaku, butuh waktu amat lama sampai akhirnya Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memenuhi berbagai pemintaan AS kepada Israel. Permintaan itu termasuk jeda kemanusiaan. ”Saya telah meminta jeda lebih dari tiga hari,” ujarnya, Kamis (9/11/2023), di Pangkalan Udara Andrews, Maryland.
Ia menekankan, AS tetap pada posisi tidak meminta gencatan senjata. Bahkan, tidak ada pembahasan soal itu dalam komunikasi dengan Israel. AS hanya meminta ada jeda kemanusiaan agar warga sipil bisa mengungsi dan bantuan kemanusiaan bisa dikirimkan.
Wakil juru bicara Departemen Luar Negeri AS Vedant Patel mengatakan, jeda itu hasil diplomasi Biden, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken, dan Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan. ”Akan ada dua koridor kemanusiaan yang memungkinkan warga menghindari palagan tempur di bagian utara Gaza,” ujarnya.
Koridor pertama, di sisi Gaza yang dekat dengan perbatasan Israel, akan dibuka hingga lima jam per hari. Koridor kedua berada di pesisir Gaza dan akan dibuka sesuai dengan kondisi lapangan.
AS juga mendorong pasokan bantuan kemanusiaan ke Gaza. Pintu perbatasan Rafah yang menghubungkan Gaza dengan Mesir dibuka dua arah. Dari Mesir masuk bantuan, dari Gaza keluar para pengungsi dan korban perang.
Patel mengingatkan, Israel wajib mematuhi hukum internasional. ”Kami yakin, jeda ini menuju arah yang benar, khususnya untuk memastikan warga sipil punya kesempatan mencapai area aman jauh dari medan laga,” ujarnya.
Juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS John Kirby mengatakan, jeda kemanusiaan harian akan diumumkan pada hari Kamis. Israel telah berkomitmen untuk mengumumkan setiap jeda empat jam setidaknya tiga jam sebelumnya.
Sikap Israel
PM Netanyahu menyatakan, pertempuran terus berlanjut melawan Hamas. Namun, untuk lokasi tertentu, dalam jangka waktu tertentu, akan diupayakan koridor aman bagi warga sipil untuk menjauh dari zona pertempuran.
”Beberapa jam di satu lokasi, beberapa jam di lokasi lainnya, kami ingin memfasilitasi perjalanan yang aman bagi warga sipil untuk menjauh dari zona pertempuran. Dan kami melakukan hal itu,” kata Netanyahu dalam wawancara yang disiarkan Fox Newspada Kamis.
Juru bicara militer Israel Letnan Kolonel Richard Hecht menjelaskan, sejauh ini tidak ada perubahan taktik Israel, termasuk tidak ada gencatan senjata. Koridor evakuasi ini diperuntukkan bagi warga sipil untuk pindah ke selatan menuju daerah yang lebih aman.
Di sana, kata Hecht, mereka dapat menerima bantuan kemanusiaan. ”Ini adalah jeda taktis lokal untuk bantuan kemanusiaan, yang terbatas dalam waktu dan wilayah,” ujarnya.
Netanyahu juga menyangkal akan menduduki Gaza jika perang saat ini berakhir. Israel tidak berusaha untuk menaklukkan, menduduki, atau memerintah Gaza. Israel hanya menyiapkan pasukan yang bisa sewaktu-waktu menyerbu Gaza jika merasa ada ancaman. ”Setelah perang, yang harus kita lihat adalah Gaza didemiliterisasi, dideradikalisasi, dan dibangun kembali,” ujarnya.
Washington menegaskan menolak pendudukan Israel di Gaza. AS dalam posisi Gaza hanya boleh diperintah oleh Palestina. Bentuk dan pelaksana pemerintahan ditentukan oleh warga Gaza.
Sementara itu, PM Palestina Mohammad Shtayyeh mengatakan, Otoritas Palestina tidak akan kembali ke Gaza dengan membawa tank Israel. Para petinggi menegaskan, Pemerintah Palestina masuk Gaza harus diikuti dengan pengakhiran pendudukan Israel terhadap Palestina. (AFP/REUTERS)