Mohammed Deif, Sosok Paling Diburu Israel dalam Badai Al-Aqsa
Dalam video, ia mengenakan topeng, atau hanya bayangan dirinya yang terlihat. Dia tidak menggunakan teknologi digital modern, seperti ponsel pintar.
Oleh
IRENE SARWINDANINGRUM
·5 menit baca
Sosoknya begitu misterius. Foto terbarunya yang beredar diambil puluhan tahun silam saat ia diperkirakan berusia 20-an tahun. Selanjutnya, sosok itu hanya tampil sebagai bayangan. Padahal, lulusan sains Universitas Sains di Gaza itu diyakini sebagai arsitek dalam beragam serangan mematikan terhadap Israel.
Mohammed Deif (58) diyakini sebagai perancang serangan kelompok Hamas ke Israel pada Sabtu (7/10/2023). Selama hampir tiga dekade, Deif menjadi buruan Israel, terutama setelah serangan yang disebut sebagai Badai Al-Aqsa. Pada Sabtu pagi, beberapa jam sebelum serangan itu terjadi, Deif menyerukan serangan penuh atas Israel melalui pesan video yang diunggah di stasiun televisi Al-Mayadeen dan situs lainnya.
Dilansir dari media Israel, Jerusalem Post, edisi 7 Oktober 2023, komandan salah satu sayap Hamas di Gaza itu menyerukan serangan luas untuk mengusir pendudukan. Deif yang hanya tampil sebagai siluet dalam video itu menyebut mereka telah memperingatkan musuh.
Ia menyebut Israel telah menyerang Muslim dan mencemarkan Al-Aqsa. Ia diduga merujuk pada insiden terbaru pada 4 Oktober 2023 kala ratusan orang Yahudi masuk ke kompleks Masjid Al-Aqsa untuk melaksanakan ibadah Talmud dalam rangkaian hari raya Yahudi, Sukkot.
”Ini hari amarah Al-Aqsa, amarah bangsa dan umat kami meledak. Mujahidin kami, hari ini adalah hari kalian untuk membuat penjahat ini memahami bahwa waktunya sudah berakhir,” kata Deif dalam rekaman tersebut, dikutip Jerusalem Post.
Seperti dirangkum Al Jazeera, ratusan orang Yahudi memaksa masuk kompleks Al-Aqsa melalui Gerbang Al-Mughrabi di Dinding Barat. Aksi itu didukung polisi dan tentara Israel yang memaksa warga Palestina menutup toko mereka serta melarang pemuda Palestina masuk ke kompleks suci itu. Bagi kaum Yahudi, lokasi ini dikenal sebagai Temple Mount atau Bukit Kuil.
”Mujahidin kami yang taat, ini adalah hari untuk membuat musuh memahami bahwa waktu mereka sudah berakhir. Mereka menyerang dan mencemarkan Al-Aqsa. Dan, kami sebelumnya telah memperingatkan,” kata Deif dalam unggahan video pada 7 Oktober 2023.
Deif lahir dengan nama Mohammad Masri pada 1965 di kamp pengungsi Khan Yunis, sebuah kamp yang didirikan setelah Perang Arab-Israel 1948. Ia baru dikenal sebagai Mohammed Deif setelah bergabung dengan Hamas selama Intifada pertama, atau pemberontakan Palestina, yang dimulai tahun 1987.
Deif diketahui memperoleh gelar di bidang sains dari Universitas Islam di Gaza, tempat dia belajar fisika, kimia, dan biologi. Dia juga penikmat seni dengan pernah memimpin komite hiburan universitas dan tampil di atas panggung dalam acara komedi.
Saat bergabung dengan Hamas, Deif mengembangkan jaringan terowongan dan pembuatan bom. Ia dianggap bertanggung jawab secara pribadi atas kematian puluhan orang Israel dalam serangan bom bunuh diri.
Sejak setidaknya tahun 1996, Deif telah menjadi buruan Israel. Ia dikabarkan lolos dari tujuh kali percobaan pembunuhan oleh Israel. Namun, anggota keluarganya menjadi korban tewas dalam beberapa percobaan itu. Istrinya, putranya berusia 7 bulan, dan putrinya berusia 3 tahun tewas dalam serangan udara Israel pada 2014. Sumber-sumber Hamas mengatakan, ia kehilangan satu mata dan mengalami luka serius di satu kaki dalam satu dari upaya pembunuhan oleh Israel.
Media Israel, The Times of Israel, pada 2021 melaporkan, Deif diburu pada 2014, salah satunya karena kerap melakukan peledakan sejumlah bus. Militer Israel menganggap Deif sebagai komandan lapangan berbakat.
Sebelum dua upaya yang gagal pada Mei 2021, pasukan keamanan Israel mencoba membunuh Deif setidaknya lima kali. Upaya pertama terjadi pada 2001, lalu pada 2002 yang membuatnya kehilangan matanya, dan yang ketiga setahun kemudian. Serangan pada 2006 dikabarkan membuat Deif cedera parah, kehilangan kedua kaki dan satu lengan.
Pada Mei 2021, Deif mulai merencanakan operasi yang telah menewaskan 1.200 orang di Israel dan melukai lebih dari 2.700 orang, kata sumber dekat Hamas. ”Serangan ini dipicu oleh adegan dan rekaman Israel menyerbu Masjid Al-Aqsa selama Ramadhan, memukuli jemaah, menyerang mereka, menyeret orang tua dan pemuda keluar dari masjid,” kata sumber di Gaza.
Lebih dari dua tahun kemudian, serangan pada Sabtu pekan lalu menewaskan 1.300 orang di pihak Israel dan sekitar 150 orang disandera. Sementara serangan Israel untuk membalas Badai Al-Aqsa menewaskan sekitar 1.055 orang dan melukai 5.000 orang di pihak Palestina. Menurut data Perserikatan Bangsa-Bangsa, setidaknya 260.000 mengungsi karena konflik itu.
Selamat dalam bayangan
Sebagai seorang yang selamat dari tujuh upaya pembunuhan Israel, Deif jarang berbicara dan tidak pernah muncul di hadapan publik. Saat saluran televisi Hamas mengumumkan dia akan berbicara pada Sabtu, rakyat Palestina tahu bahwa ada sesuatu yang besar akan terjadi.
Hanya ada tiga gambar Deif. Salah satunya ketika dia masih berusia 20-an tahun, satu gambar dengan wajah tersembunyi, dan satu lagi hanya gambar bayangan yang digunakan ketika rekaman suara itu disiarkan.
Lokasi Deif tidak diketahui meskipun kemungkinan besar dia berada di Gaza di dalam labirin terowongan bawah tanah. Sumber keamanan Israel mengatakan, Deif secara langsung terlibat dalam perencanaan dan aspek operasional serangan.
Sumber Palestina mengatakan, salah satu rumah yang dihantam oleh serangan udara Israel di Gaza adalah milik ayah Deif. Menurut sumber tersebut, saudara Deif dan dua anggota keluarga lainnya tewas.
Ada dua pemikir, tetapi hanya ada satu ’ mastermind’.
Sumber yang dekat dengan Hamas mengatakan, keputusan untuk mempersiapkan serangan tersebut diambil secara bersama-sama oleh Deif, yang memimpin Brigade Al-Qassam Hamas, bersama dengan Yehya Sinwar, pemimpin Hamas di Gaza.
”Ada dua pemikir, tetapi hanya ada satu mastermind,” kata sumber tersebut merujuk pada Deif. Ia menambahkan, informasi tentang operasi tersebut hanya diketahui oleh segelintir pemimpin Hamas.
Dalam rekaman suaranya yang terdengar tenang, Deif mengatakan, Hamas telah berulang kali memperingatkan Israel untuk menghentikan kejahatan terhadap rakyat Palestina, membebaskan tahanan yang disiksa, serta menghentikan perampasan tanah Palestina.
Dalam video, ia mengenakan topeng, atau hanya bayangan dirinya yang terlihat. Dia tidak menggunakan teknologi digital modern seperti ponsel pintar, kata sumber yang dekat dengan Hamas. ”Dia sukar ditemukan. Dia adalah orang di bawah bayang-bayang,” kata sumber itu. (AFP/AP/REUTERS)