Rusia Tinggalkan Perjanjian Pembatasan Senjata di Eropa
Rusia menyalahkan Amerika Serikat karena merendahkan traktat itu dengan perluasan keanggotaan NATO. Mereka menyebut traktat itu kini tinggal ”sejarah”.
Oleh
HELENA FRANSISCA NABABAN
·3 menit baca
MOSKWA, SELASA — Rusia secara formal menarik diri dari Traktat Persenjataan Konvensional di Eropa atau CFE, Selasa (7/11/2023). Perjanjian itu membatasi penggunaan dan pengerahan persenjataan konvensional setelah Perang Dingin pada 1990-an. Rusia menyalahkan Amerika Serikat karena merendahkan traktat itu dengan perluasan keanggotaan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).
”Traktat CFE dibuat pada akhir Perang Dingin saat pembentukan arsitektur global baru dan keamanan Eropa yang berdasarkan kerja sama masih mungkin terjadi,” sebut pernyataan Kementerian Luar Negeri Rusia. Mereka menyebut traktat itu kini tinggal ”sejarah”.
Traktat CFE ditandatangani setahun setelah jatuhnya Tembok Berlin di Jerman. Perjanjian tersebut menetapkan batasan yang bisa diverifikasi atas peralatan militer konvensional yang bisa dikerahkan NATO dan Pakta Warsawa kala itu. Traktat itu dirancang untuk mencegah salah satu pihak di Perang Dingin mengerahkan kekuatan besar-besaran untuk serangan terhadap negara lain di Eropa. Namun, Traktat CFE tidak populer di Moskwa karena menumpulkan keunggulan Uni Soviet dalam persenjataan konvensional.
Rusia menangguhkan kepesertaan dalam Traktat CFE pada 2007 dan menghentikan partisipasi aktif pada 2015. Pada Mei 2023, sekitar setahun setelah Rusia menginvasi Ukraina, Presiden Rusia Vladimir Putin menandatangani dekrit yang mengakhiri Traktat CFE.
Moskwa menyebut, dorongan AS untuk perluasan NATO telah menuntun negara-negara anggota aliansi militer itu untuk ”secara terbuka menghindari” larangan yang tercantum dalam Traktat CFE. Masuknya Finlandia sebagai anggota NATO dan pendaftaran Swedia ke dalam aliansi membuat perjanjian itu sudah mati.
”Upaya mempertahankan Traktat CFE secara formal bahkan tidak bisa diterima dari sudut pandang kepentingan keamanan fundamental Rusia,” kata Kemenlu Rusia. Disebutkan pula bahwa AS dan sekutu-sekutunya tidak meratifikasi Traktat CFE yang diperbarui pada 1999.
Upaya mempertahankan Traktat CFE secara formal bahkan tidak bisa diterima dari sudut pandang kepentingan keamanan fundamental Rusia.
Kemenlu Rusia mengungkap, proses formal penarikan diri dari Traktat CFE telah selesai, tanpa memerinci secara detail. ”Kami membiarkan pintu dialog tetap terbuka untuk memperbaiki kelangsungan pengendalian senjata konvensional di Eropa. Sayangnya musuh-musuh kami tidak mengambil kesempatan itu,” demikian Kemenlu Rusia.
Begitu Rusia mengumumkan penarikan diri, NATO mengecam keputusan itu dan menyebut Rusia mengacaukan keamanan Euro-Atlantik. NATO juga balas mengumumkan penangguhan formal pada Traktat CFE. Anggota NATO yang telah menandatangani traktat itu kini membekukan partisipasi mereka. Sebagian besar dari 31 anggota NATO telah mendatangani Traktat CFE.
”Langkah ini diperlukan karena situasi saat negara-negara anggota NATO mematuhi Traktat, sementara Rusia tidak, tak akan berkelanjutan,” sebut pernyataan NATO di Brussels, Belgia.
Invasi Rusia ke Ukraina yang dimulai pada Februari 2022 memperburuk hubungan Rusia dan Barat. Ratusan ribu tentara Rusia dikerahkan ke Ukraina yang berbatasan dengan anggota NATO, yakni Polandia, Slowakia, Romania, dan Hongaria.
”Selama bertahun-tahun Rusia tidak mematuhi kewajibannya pada Traktat CFE. Agresi Rusia terhadap Ukraina, keterlibatan Belarus, berlawanan dengan tujuan Traktat CFE,” sebut pernyataan NATO pada Juni 2023.
Meski turut menangguhkan kepesertaan dalam Traktat CFE, NATO menegaskan anggotanya tetap berkomitmen ”mengurangi risiko militer dan mencegah mispersepsi dan konflik”. Mereka juga terus berkonsultasi untuk mengkaji dampak penarikan diri Rusia itu pada keamanan mereka.