Perang Kota Menguji Hamas dan Israel
Tidak ada solusi bagi IDF untuk menghadapi Hamas di dalam terowongan Gaza. Masuk ke terowongan berarti regu IDF berperang sendirian.
Film Stalingrad 1993, Black Hawk Down 2002, dan Mosul 2019 memang berlatar berbagai kota berbeda. Persamaannya, film itu menggambarkan rumitnya perang kota. Kini, perang kota sedang berlangsung di Gaza.
Hamas yang dihadapi militer Israel, IDF, kini berbeda dari perang-perang sebelumnya. Dari perang 2021 saja, Hamas punya lebih dari dua tahun bersiap. Serangan pada 7 Oktober 2023 menunjukkan, kemampuan Hamas berkembang pesat.
Hamas mempunyai waktu 15 tahun untuk mempersiapkan pertahanan mendalam yang mengintegrasikan benteng bawah tanah, di permukaan, dan di atas permukaan tanah.
Pada Selasa (7/11/2023), perang Gaza telah memasuki bulan kedua. Tidak ada tanda pertempuran akan segera reda. Juru bicara Hamas di Beirut, Ali Baraka, menyebut Hamas terus meningkatkan jangkauan artilerinya. Dari 40 km pada 2008, roket-roket Hamas kini bisa mencapai sasaran hingga 230 km dari lokasi peluncuran. ”Dalam setiap perang, kami mengejutkan Israel,” katanya.
Baca juga : Labirin Terowongan, Penentu Perang Israel-Hamas
Peneliti Hamas pada Universitas Qatar, Adeeb Ziadeh, yakin Hamas punya rencana jangka panjang selepas serangan 7 Oktober 2023. ”Mereka, yang melancarkan serangan 7 Oktober dengan tingkat kemahiran, tingkat keahlian, ketepatan, dan intensitas seperti ini, pasti sudah mempersiapkan diri untuk pertempuran jangka panjang. Hamas tidak mungkin melakukan serangan seperti itu tanpa persiapan yang matang dan dimobilisasi untuk mencapai hasil tersebut,” tuturnya.
Sementara pakar strategi militer pada Washington Institute, Michael Knights, menyebut bahwa akan sulit menembus pertahanan Hamas di Gaza. Hamas punya peledak, ranjau antitank, hingga ranjau personel yang bisa menghambat laju serangan darat Israel.
”Hamas mempunyai waktu 15 tahun untuk mempersiapkan pertahanan mendalam yang mengintegrasikan benteng bawah tanah, di permukaan, dan di atas permukaan tanah,” katanya.
Pendapat hampir senada dilontarkan Marwan Al-Muasher. Mantan Menteri Luar Negeri Jordania yang kini menjadi pakar tamu di Carnegie Endowment for International Peace itu menyebut, Israel akan kesulitan dalam perang darat dengan Hamas.
”Misi menghancurkan Hamas tidak akan mudah dicapai. Tidak ada solusi militer terhadap konflik ini. Kita berada dalam masa-masa kelam. Perang ini tidak akan berlangsung singkat,” tuturnya.
Ketua Kajian Perang Kota pada Modern War Institute, John Spencer, menyebut jaringan terowongan memungkinkan Hamas melancarkan serangan mendadak. Dari terowongan, Hamas bisa tahu-tahu berada di belakang atau samping regu IDF.
Keluar dari terowongan sambil mengendap, Hamas bisa melancarkan serangan mendadak ke regu-regu IDF. Berbekal amunisi antitank, peluncur granat, serta senjata dan amunisi lainnya, serangan itu amat mematikan bagi IDF.
”Mereka akan membentuk tim pemburu kecil yang bergerak di bawah tanah, muncul, menyerang, dan dengan cepat kembali ke dalam terowongan,” ujarnya.
Baca juga Bom Israel dan Dehidrasi Menewaskan Bayi di Gaza
IDF memang telah mengerahkan pasukan darat untuk menggempur Gaza beberapa pekan terakhir. Agak lambat dari yang diperkirakan karena IDF, kata beberapa perwira Israel, memikirkan keselamatan para sandera yang masih ditawan Hamas.
Perang dekat atau perang kota tidak bisa dihindari lagi. ”Ini adalah situasi pertempuran yang paling ekstrem,” kata Avi Issacharoff, jurnalis yang merupakan analis keamanan serta seorang mantan tentara di unit elite Duvdevan.
Di Israel, sama seperti Singapura atau Korea Selatan, seorang warga negara diharuskan mengikuti program wajib militer. Setelah selesai wajib militer, sebagian orang berstatus anggota pasukan cadangan.
Rekaman perang
IDF, Hamas, dan pendukungnya baku menyiarkan rekaman video dan foto dari palagan Gaza. Pekan lalu beredar video anggota Hamas merayap dari terowongan lalu berlari di antara semak untuk mendekati tank IDF.
Setelah di samping tank, anggota Hamas itu meletakkan peledak lalu segera berlari menjauh. Tidak lama kemudian, terdengar ledakan dari tank itu. Sementara peletaknya, berdasarkan rekaman video, sudah kembali berada di mulut terowongan.
Penampilan pasukan Hamas dan IDF amat kontras. Anggota IDF masuk Gaza dengan helm dan rompi antipeluru, senapan dan pistol, serta peluru dan ransum cadangan. Mereka bergerak bersama tank dan kendaraan lapis baja lainnya.
Anggota Hamas: kaus oblong, celana olahraga, dan bergerak di antara terowongan, semak, dan reruntuhan bangunan. Nyaris tidak ada anggota Hamas terlihat memakai rompi dan helm antipeluru.
Baca juga Manajemen Cemas, Israel Segera Hancurkan RS Indonesia di Gaza
Bukan hanya aksi pasukan, rekaman juga menunjukkan kehancuran Gaza. Sejumlah gambar memperlihatkan Gaza utara yang nyaris rata dengan tanah. Hanya sebagian rumah sakit dan sekolah yang masih berdiri. Bangunan itu menjadi tempat berlindung warga yang belum mengungsi dari Gaza Utara.
Memasuki wilayah Gaza utara, setiap anggota pasukan Israel harus senantiasa siaga. Ancaman bisa datang dari mana saja. Dari pintu, terowongan, balik pohon bisa hadir ancaman untuk pasukan Israel.
Patroli darat Israel menggunakan strategi standar: kendaraan lapis baja diikuti infantri. Dari jauh dan atas, pasukan artileri serta pesawat-pesawat dan helikopter menembaki daerah yang ada di depan regu. Selain itu, ada data intelijen yang memperkirakan posisi pasukan Hamas.
Komunikasi tanpa henti antara regu di garis depan dengan unit-unit di garis belakang terus dilakukan. Komunikasi tersandi untuk menyampaikan perkembangan terbaru di lapangan.
Perang panjang
Hamas telah bersiap menghadapi perang panjang dan sulit melawan Israel yang unggul dalam segi peralatan militernya. Hamas telah menimbun senjata, roket dan rudal, makanan, hingga kebutuhan medis.
Hamas yakin, ribuan anggotanya bisa bertahan selama berbulan-bulan. Anggota Hamas bisa bertahan di terowongan-terowongan bawah tanah yang menyebar di berbagai penjuru Gaza.
Lihat juga : Warisan Arkeologi di Bawah Jalur Gaza
Hamas diduga disokong 40.000 milisi. Dengan sebaran terowongan bawah tanah, puluhan ribu orang itu bergerak leluasa ke berbagai penjuru Gaza. Terletak hingga hampir 100 meter di bawah tanah, total jaringan terowongan itu bisa sepanjang ratusan kilometer.
IDF meyakini menghancurkan 96 km jaringan terowongan Hamas pada 2008 dan 2014. IDF menaksir, masih ada setidaknya 320 km jaringan terowongan Hamas di bawah Gaza.
Di terowongan, anggota Hamas tidak hanya berlatih bertahan hidup. Mereka juga berlatih menembakkan rudal, roket, dan menyergap dari dalam terowongan.
Aneka peralatan IDF juga akan sulit dipakai jika pertempuran terjadi di dalam terowongan. Peralatan komunikasi dan navigasi tidak bisa berfungsi jika dibawa masuk puluhan meter di bawah tanah. Teropong pengelihatan malam juga akan sulit berguna jika di dalam terowongan.
Masuk ke terowongan berarti regu IDF berperang sendirian. Hanya ada regu IDF dan pasukan Hamas. Tidak ada bantuan dari unit lain di IDF. Sementara terowongan itu adalah kandang pasukan Hamas.
John Spencer menyebut, IDF memang punya satuan untuk pertempuran terowongan. Salah satunya Unit Yahalom di Korps Zeni IDF. Yahalom terdiri dari regu Sayfan, Samur, Yaholom, dan unit K-9 Sayfan.
Samur spesialis menemukan, menghancurkan, dan membersihkan sisa ancaman dalam terowongan. Yahalom fokus pada pertempuran di ruang bawah tanah dan gerilya kota.
Unit-unit dilengkapi peralatan khusus untuk gerilya kota dan pertempuran bawah tanah. Mereka punya radar penembus tanah, sensor darat, pengindra panas, bor besar, serta radio khusus. IDF juga punya robot untuk pendeteksi awal.
Baca juga : Bagaimana Hamas Membobol Israel?
Masalahnya, menurut Spencer, bukan hanya IDF yang meningkatkan kemampuan. Hamas juga terus mengembangkan terowongan yang melampaui kemampuan peralatan IDF.
Karena itu, Spencer pun menyimpulkan, tidak ada solusi bagi IDF untuk menghadapi Hamas di dalam terowongan Gaza. ”Skala dan kompleksitas infrastruktur bawah tanah di Gaza, satu hal yang pasti: mengatasinya akan memerlukan banyak waktu,” ujarnya. (AFP/REUTERS)