Siaran Penyiar Radio di Filipina Itu Berubah Menjadi Siaran Horor
Penonton siaran radio di Kota Calamba, Filipina, melihat penyiar itu ditembak dua kali. Penyiar roboh bersimbah darah, sementara musik siarannya masih mengalun.
Oleh
HELENA FRANSISCA NABABAN
·3 menit baca
MANILA, SENIN — Siaran langsung dari sebuah stasiun radio lokal di Kota Calamba, Provinsi Misamis Occidental, Filipina, Minggu (5/11/2023), berubah menjadi siaran horor. Insiden ini bisa dilihat secara langsung oleh pemirsa yang menyaksikan program siaran tersebut melalui Facebook.
Pada Minggu kemarin, Juan Jumalon (57) tengah melakukan siaran langsung melalui Facebook dari rumah yang sekaligus dijadikan stasiun radio pukul 05.30 waktu setempat. DJ Johnny Walker, demikian nama udaranya.
Seperti dilansir media setempat, Cebu Daily News, stasiun radio itu dikenal sebagai 94,7 Calamba Gold FM. Program-program siarannya ditayangkan secara langsung di Facebook.
Di tengah siaran, Jumalon kedatangan pengunjung yang berpura-pura sebagai pendengar untuk minta izin masuk. Kepada Jumalon, si pengunjung itu mengaku memiliki pengumuman penting. Para pemirsa yang menonton sempat melihat si pengunjung mengambil senjata dan menembak Jumalon dua kali.
Jumalon jatuh bersimbah darah ke kursinya dengan musik yang masih mengalun.
Meski video sudah dihapus dari Facebook, ada pemirsa yang sempat melihat si penembak menyambar kalung emas yang dikenakan korban sebelum melarikan diri. Teman si pelaku menunggu di luar rumah. Keduanya melarikan diri dengan sepeda motor.
Polisi setempat mengatakan, Jumalon lalu dilarikan ke rumah sakit terdekat. Ia meninggal dalam perjalanan.
Kepolisian Provinsi Misamis Occidental masih menyelidiki penembakan itu. Polisi ingin memastikan identitas pelaku juga untuk mendapatkan motif penembakan.
Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr mengecam keras kejadian itu. Ia memerintahkan kepolisian nasional menyelidiki pembunuhan tersebut.
”Serangan kepada jurnalis tidak akan bisa ditoleransi dalam demokrasi kita. Mereka yang mengancam kebebasan pers akan menghadapi konsekuensi penuh atas tindakan mereka,” ujar Presiden Marcos dalam sebuah pernyataan.
Persatuan Jurnalis Nasional Filipina mengunggah pernyataan di media sosial setelah berita itu tersiar. Pernyataan itu mengatakan, mereka mengecam keras ”pembunuhan terhadap Jumalon”.
”Serangan itu bahkan lebih dikecam lagi karena terjadi di rumah Jumalon sendiri yang juga berfungsi sebagai stasiun radio,” demikian bunyi pernyataan itu.
Persatuan Jurnalis Nasional Filipina, lembaga pemantau kebebasan pres di Filipina, merilis Jumalon menjadi jurnalis ke-199 yang terbunuh di negara itu sejak 1986. Dari angka itu, di dalamnya termasuk 32 jurnalis yang dibunuh pada 2009.
Di bawah kepemimpinan Presiden Ferdinand Marcos Jr, Jumalon merupakan jurnalis keempat yang terbunuh.
Filipina sejak lama dikenal sebagai negara yang paling tidak aman bagi jurnalis di dunia. Menurut Indeks Impunitas Global yang dirilis Komite Perlindungan Jurnalis pekan ini, Filipina menjadi negara terburuk kedelapan dalam mengadili kasus-kasus pembunuhan terhadap jurnalis.
Di Filipina yang masih menghadapi masalah kemiskinan, para jurnalis menghadapi sejumlah masalah keamanan, antara lain, akibat banyaknya senjata tanpa izin dan tentara swasta yang dikendalikan klan-klan yang kuat mereka. Di sisi lain, penegakan hukum di daerah-daerah perdesaan juga lemah. (AP/REUTERS)