Biden Serukan Jeda Kemanusiaan
Meskipun halus, pernyataan ini merupakan perubahan sikap Biden terhadap perang Israel-Hamas.
RAFAH, KAMIS — Pasukan darat Israel dikabarkan telah maju hingga pintu gerbang Kota Gaza setelah dua hari menggempur kamp pengungsi Jabalia. Di Rafah, proses evakuasi ratusan warga asing dan puluhan warga Palestina yang terluka parah terus berlangsung setelah pintu Perbatasan Rafah dibuka.
"Saya pikir kita perlu jeda. Istirahat dalam pertempuran ini akan memungkinkan bantuan lebih banyak masuk ke Gaza," kata Biden.
Sementara itu, Presiden Amerika Serikat Joe Biden meminta adanya jeda kemanusiaan di Gaza.
Biden menyatakan hal itu saat berbicara dalam penggalangan dana kampanye di Minneapolis, Rabu (1/11/2023). Pernyataan itu mengemuka setelah seorang pengunjuk rasa menginterupsi pidato Biden dan meminta adanya gencatan senjata di Gaza.
"Saya pikir kita perlu jeda. Istirahat dalam pertempuran ini akan memungkinkan bantuan lebih banyak masuk ke Gaza dan menciptakan kemungkinan untuk membebaskan lebih banyak sandera yang ditahan oleh Hamas,” katanya.
Meskipun halus, pernyataan ini merupakan perubahan sikap Biden terhadap perang Israel-Hamas. Selama ini, Biden dan para pejabat Gedung Putih bersikukuh menyatakan bahwa pihaknya tidak akan mengatur bagaimana Israel menjalankan operasi militernya.
Operasi militer Israel itu merupakan balasan atas serangan Hamas pada 7 Oktober yang menewaskan sekitar 1.400 warga Israel.
Pernyataan tersebut mengindikasikan bahwa Gedung Putih telah memberi isyarat kepada Israel untuk mempertimbangkan jeda kemanusiaan meskipun masih menolak untuk menyuarakan gencatan senjata.
Jeda kemanusiaan tersebut penting agar warga sipil dapat menerima bantuan kemanusiaan dan memberi waktu dan ruang bagi warga asing yang terperangkap di Gaza untuk meninggalkan daerah tersebut.
Baca juga : Gerbang Rafah Dibuka, Truk-truk Pengangkut Bantuan Mulai Masuk Gaza
Selama beberapa waktu terakhir, Presiden AS itu menghadapi tekanan yang terus meningkat untuk menyerukan jeda kemanusiaan di Gaza. Tekanan ini datang dari kelompok-kelompok hak asasi manusia, pemimpin dunia sejawatnya, serta anggota Partai Demokrat sendiri.
Desakan-desakan itu menyuarakan, pengeboman Israel di Gaza sudah menjadi hukuman kolektif atas warga Palestina. Tekanan itu menuntut adanya gencatan senjata di Gaza.
Dalam komentarnya, Biden memberikan tekanan kepada Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, untuk memberikan warga Palestina setidaknya jeda kemanusiaan singkat. Sejak 7 Oktober 2023 hingga sekarang, Israel tak berhenti menggempur Gaza.
Saat ini Gaza dicengkeram krisis kemanusiaan yang memilukan. Dikutip dari Al Jazeera, Rabu (2/11/2023) pagi, Pasukan Israel telah dua hari berturut-turut memborbardir kamp pengungsi Jabalia. Sejak 7 Oktober hingga 2 November 2023 ini, Otoritas Kesehatan di Gaza menyebutkan setidaknya 8.805 tewas dan lebih dari 22.000 orang terluka. Sementara dari Pihak Israel, sebanyak 1.400 orang tewas dalam serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 dan sekitar 240 orang disandera.
Baca juga: Palestina Terabaikan dalam ”Pesta” antara Dunia Arab dan Israel
Departemen Luar Negeri AS mengatakan beberapa warga negara Amerika telah meninggalkan Gaza sejak dibukanya Perbatasan Rafah. Diperkirakan lebih banyak warga AS dan warga negara asing lainnya akan keluar dari Gaza dalam beberapa hari mendatang.
Dilaporkan bahwa pembicaraan sedang berlangsung antara Mesir, Israel, dan Hamas yang dimediasi Qatar.
Serangan udara besar-besaran meruntuhkan gedung-gedung apartemen untuk kedua kalinya berturut-turut di kamp pengungsi Jabalia yang padat penduduk di dekat Kota Gaza. Televisi Al Jazeera menunjukkan orang-orang terluka, termasuk anak-anak, dibawa ke rumah sakit.
Seiring meningkatnya serangan Israel ke Gaza, Yordania menarik duta besarnya dari Israel dan meminta duta besar Israel untuk meninggalkan Yordania.
Pejabat Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyebut serangan ke kamp pengungsi Jabaliya ini bisa dikategorikan kejahatan perang.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dijadwalkan akan mengunjungi Israel dan Jordania pada Jumat. Kunjungan Blinken ini merupakan yang kedua sejak 7 Oktober lalu.
Selain untuk menguatkan dukungan AS pada Israel, kedatangan Blinken juga bertujuan untuk mendorong agar bantuan kemanusiaan mencapai warga Palestina di Gaza.
Seiring meningkatnya serangan Israel ke Gaza, Jordania menarik duta besarnya dari Israel dan meminta duta besar Israel untuk meninggalkan Jordania. Padahal, selama ini Jordania dikenal sebagai sekutu kunci AS dan memiliki perjanjian perdamaian dengan Israel .
Wakil Perdana Menteri Jordania Ayman al-Safadi mengatakan, kembalinya duta besar Jordania terkait dengan Israel menghentikan perang di Gaza dan bencana kemanusiaan yang telah terjadi karena aksi itu.
Masuk Gaza
Sementara itu, The Times of Israel, Kamis pagi melaporkan, Angkatan Bersenjata Israel, IDF, telah menembus garis pertahanan Gaza dan mendekati Kota Gaza. Militer Israel mengatakan, mereka berhasil melumpuhkan kepala unit roket anti-tank Hamas di Gaza. Komandan Divisi Lapis Baja ke-162 Israel, Brigadir Jenderal Itzik Cohen mengatakan, pihaknya telah mendekati Kota Gaza. "Kami berada di pintu gerbang Kota Gaza," katanya.
Hamas dan kelompok Jihad Islam melaporkan bentrokan dengan pasukan Israel di beberapa lokasi. Sayap bersenjata Hamas mem-posting video yang memperlihatkan saat anggotanya keluar dari terowongan dan menembakkan roket ke tank-tank Israel.
Ratusan ribu warga Palestina masih bertahan di Gaza utara. Korban di kedua sisi diperkirakan akan meningkat seiring majunya pasukan Israel ke wilayah padat hunian di Kota Gaza. Pejabat Israel mengatakan infrastruktur militer Hamas, termasuk terowongan, terpusat di kota tersebut. Tercatat sebanyak 16 prajurit Israel tewas di Gaza sejak awal operasi darat.
Diperkirakan sekitar 800.000 warga Palestina telah melarikan diri ke selatan menyusul perintah evakuasi dari Israel. Israel juga telah mengizinkan lebih dari 260 truk membawa makanan dan obat-obatan masuk dari Mesir selama 10 hari terakhir. Tetapi bantuan ini sama sekali tak memadai dari kebutuhan yang ada. (AP/AFP/REUTERS)