Sebagai kekuatan dominan di Asia, China diminta untuk memimpin upaya mengurangi ketegangan di kawasan, bukan memperkeruhnya.
Oleh
HELENA FRANSISCA NABABAN
·3 menit baca
TOKYO, RABU — Kapal-kapal penjaga pantai milik China dan Jepang kembali berhadapan di wilayah sengketa di Laut China Timur, Rabu (1/11/2023). Insiden serupa terjadi pada 17 Oktober 2023.
Baik China maupun Jepang menyatakan, mereka mengirimkan kapal-kapal patroli untuk mengusir kapal milik pihak lain. Penjaga Pantai China menyebut, tiga kapal Jepang dan sejumlah kapal patroli secara ilegal memasuki perairan teritorialnya. Sementara Penjaga Pantai Jepang menyatakan, kapal-kapal patrolinya berulang kali mendesak tiga kapal penjaga pantai China untuk meninggalkan perairan itu.
China dan Jepang sama-sama mengklaim sebuah pulau tak berpenghuni di perairan Laut China Timur. China menyebut sebagai Daioyu, sedangkan Jepang menyebutnya Senkaku. Pulau ini terletak di sebelah timur China, sebelah barat Pulau Okinawa, Jepang, dan sebelah timur laut Taiwan.
Pada 17 Oktober, China meminta kapal-kapal Jepang menghentikan aktivitas yang memasuki perairan sekitar pulau yang disengketakan secara ilegal. Jepang melakukan hal yang sama. Kapal-kapal Jepang bermanuver untuk mencegah kapal-kapal China mendekati mereka.
Ketegangan China dengan Jepang di wilayah yang disengketakan itu terjadi tak lama setelah China juga bersitegang dengan Filipina di Laut China Selatan. China, Senin, mendesak kapal militer Filipina pergi dari perairan di sekitar Karang Scarborough. Militer China menyatakan, kapal militer Filipina secara ilegal memasuki wilayah tersebut dan meminta mereka segera menghentikan kegiatan.
Juru bicara Komando Armada Selatan Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) Kolonel Udara Tian Junli mengatakan, kapal perang Filipina masuk tanpa izin ke perairan Karang Scarborough. ”Kami mendesak Filipina segera menghentikan pelanggaran dan provokasinya untuk menghindari eskalasi lebih lanjut,” katanya.
Filipina, Selasa, balas mendesak China bertanggung jawab dan menghentikan tindakan ”agresif dan ilegal” di Laut China Selatan. Penasihat Keamanan Nasional Filipina Eduardo Ano mengatakan, kapal Filipina 39 melaksanakan patroli rutin dan tidak secara ilegal memasuki wilayah mana pun di bawah kedaulatan China. ”China sekali lagi melebih-lebihkan kejadian ini dan menciptakan ketegangan yang tidak perlu di antara kedua negara,” katanya.
Ketegangan China-Filipina kerap terjadi dan membuat kawasan turut tegang. Sebab, potensi konflik terbuka menjadi lebih besar jika terjadi salah perhitungan.
Menteri Pertahanan Singapura Ng Eng Hen pun mendesak China sebagai kekuatan dominan di Asia untuk memimpin upaya mengurangi ketegangan di kawasan. Dalam Forum Xiangshan, Selasa (31/10/2023), konferensi pertahanan tahunan yang diprakarsai China, Ng menekankan pentingnya komunikasi antarmiliter negara-negara di kawasan untuk mengelola krisis.
Dengan adanya sengketa wilayah di Laut China Selatan, Ng mengatakan, lembaga militer dan pertahanan sangat vital perannya dalam upaya mengurangi risiko salah perhitungan. Ia pun menyambut baik aturan yang telah diadopsi untuk mengelola pertemuan militer yang tak terencana di laut. Aturan itu, menurut dia, harus diperluas mencakup penjaga pantai yang sering terlibat perselisihan di lautan.
Ng pun meminta agar Beijing bisa meyakinkan negara-negara lain bahwa China bukan ancaman seiring kekuatannya yang terus bertambah. ”Mau tak mau, China telah dilihat sebagai kekuatan dominan dan karenanya harus bertindak bijak,” ujarnya. (AP/REUTERS)