Misi itu meletakkan fondasi bagi pengembangan program antariksa berawak China serta eksperimen ilmiah ruang angkasa dalam skala besar.
Oleh
HELENA FRANSISCA NABABAN
·2 menit baca
JIUQUAN, SELASA — Setelah lima bulan menyelesaikan misi di stasiun antariksa Tiangong, tiga astronot China kembali ke Bumi. Kapsul Shenzhou-16 yang membawa astronot Jing Haipeng, Zhu Yangzhu, dan Gui Haichao mendarat di Pusat Peluncuran Satelit Jiuquan di tepi Gurun Gobi, Selasa (31/10/2023) pagi waktu Beijing.
Kantor berita China, Xinhua, melaporkan, kondisi ketiga astronot baik dan misi tersebut berhasil. Badan Antariksa Berawak China (CMSA) menyatakan, misi itu meletakkan fondasi yang baik bagi pengembangan dan konstruksi program antariksa berawak serta eksperimen ilmiah ruang angkasa dalam skala besar.
”Saya sangat senang saat ini kami akhirnya bisa kembali ke rumah. Selama misi kami, para awak hidup bahagia dan bekerja efisien. Semua operasi dijalankan tanpa kesalahan,” kata Jing, dikutip Xinhua.
Ketiga astronot itu meluncur ke Tiangong pada akhir Mei 2023 dan berada di orbit Bumi selama 154 hari. Mereka menjalankan eksperimen sains dan berjalan di ruang angkasa selama delapan jam. Kru baru yang menggantikan mereka telah meluncur setelah misi Shenzhou-17 meluncur dari Jiuguan pekan lalu.
Astronot Tang Hongbo, Tang Shengjie, dan Jiang Xinlin akan menjalankan uji coba ilmiah ruang angkasa dan aplikasi muatan. Mereka juga akan melakukan tugas pemeliharaan stasiun ruang angkasa untuk memperbaiki kerusakan kecil akibat puing-puing antariksa.
China memulai misi ruang angkasa berawak pada 2003 dan berencana membawa astronot ke Bulan sebelum tahun 2030. Misi itu membawa sampel dari permukaan Bulan dan mendaratkan penjelajah untuk mengeksplorasi sisi jauh Bulan yang jarang dieksplorasi. Di masa depan, misi mencakup pengiriman teleskop baru untuk menyelidiki lebih jauh alam semesta.
China pun membangun sendiri stasiun ruang angkasa di depan Stasiun Ruang Angkasa Internasional (ISS). Penyebabnya, Amerika Serikat khawatir atas kontrol militer China terhadap program antariksa nasional. Beijing muncul sebagai rival utama AS untuk mencapai tonggak baru di ruang angkasa. Kedua negara hanya bekerja sama secara terbatas dalam bidang tersebut.
Sejak pemerintahan Presiden Xi Jinping satu dekade lalu, China mempercepat rencana untuk menjadi kekuatan besar di ruang angkasa. China menginvestasikan dana miliaran dollar AS dalam program ruang angkasa yang dikelola militer untuk menyusul AS dan Rusia.
Sementara AS berupaya mengirim kembali astronot ke permukaan Bulan pada akhir 2025 sebagai bagian dari komitmen baru atas misi berawak. Program itu didanai sektor swasta seperti SpaceX dan Blue Origin.
Sebagai tambahan atas program ke Bulan, AS dan China secara terpisah juga mendaratkan penjelajah di Mars. China berencana mengikuti jejak AS mendaratkan wahana ruang angkasa di sebuah asteroid. (AP/AFP)