Hubungan Beijing dan Honiara semakin dekat. Delegasi Partai Komunis China berkunjung ke Honiara sepekan sebelum PM Australia Anthony Albanese ke Beijing.
Oleh
LARASWATI ARIADNE ANWAR
·3 menit baca
HONIARA, SENIN - Delegasi Partai Komunis China bertolak pulang ke Beijing setelah menyelesaikan kunjungan mereka ke Kepulauan Solomon. Kunjungan ini diawasi dengan saksama oleh negara-negara di Pasifik Selatan, terutama Australia karena ingin mengetahui kedalaman pengaruh China di kawasan.
Delegasi itu dipimpin oleh Ketua Departemen Hubungan Luar Negeri Komisi Pusat PKC Guo Yezhou. Menurut kantor berita nasional China, Xinhua, mereka berada di Honiara sejak Jumat (27/10/2023) sampai Minggu (29/10/2023). Di sana, mereka bertemu dengan Perdana Menteri Kepulauan Solomon Manasseh Sogavare, jajaran menteri di kabinetnya, dan para anggota DPR. Belum ada kabar mengenai isi pertemuan tersebut.
Kunjungan ini menindaklanjuti kunjungan Sogavare ke Beijing pada Juli 2023. Sogavare berada di Beijing untuk meresmikan kemitraan strategis komprehensif Kepulauan Solomon-China. Ketika itu, ia dan PM China Li Qiang menandatangani sepuluh pakta kerja sama. Salah satu yang paling menarik perhatian internasional ialah pakta kerja sama kepolisian kedua negara.
Selama ini, Kepulauan Solomon bekerja sama dengan Australia untuk isu keamanan. Ketika terjadi kerusuhan di tahun 2021, Honiara meminta bantuan kepolisian Australia untuk mengendalikan situasi. Pada saat yang sama, Honiara juga mengembangkan progran pelatihan bersama kepolisian China.
"Kepulauan Solomon harus belajar banyak dari China untuk soal pembangunan negara maupun mengelola hubungan internasional," kata Sogavare dalam pertemuan di Beijing itu.
Dalam kunjungan Sogavare di bulan Juli, Presiden China Xi Jinping turut mengumumkan janji Strategi Pasifik Biru 2050. Ini adalah kerangka pembangunan berkelanjutan di kawasan. China membantu Kepulauan Solomon membangun jaringan komunikasi seluler melalui perusahaan Huawei. Badan usaha milik negara China juga mengembangkan pelabuhan komersil.
Kepulauan Solomon memutuskan hubungan diplomasi dengan Taiwan pada tahun 2019 guna menjalin hubungan dengan China. Sejak saat itu, China banyak membantu pembangunan di Kepulauan Solomon. Proyek yang paling terkenal ialah pembangunan stadion olahraga berstandar internasional.
Australia merupakan pihak yang paling khawatir dengan kedekatan Honiara-Beijing. Canberra tidak menginginkan Honiara menjadi perpanjangan tangan, apalagi pangkalan militer Beijing. Oleh sebab itu, Canberra menawarkan berbagai paket bantuan ke Honiara yang dibawakan oleh Wakil Perdana Menteri Australia sekaligus Menteri Pertahanan Richard Marles.
Meskipun begitu, Sogavare mengatakan hendak meninjau kembali pakta-pakta kerja sama dengan Australia. "Memang Australia tetap sahabat dan mitra terdekat Kepulauan Solomon, tetapi sekarang kita harus melihat kembali kerja sama yang ada dan memastikan ini menguntungkan untuk semua pihak," ujarnya.
Sejumlah negara yang dekat dengan Australia mulai menunjukkan pembangunan jalinan hubungan dengan China. Ini tidak hanya terjadi di Pasifik Selatan, tetapi juga Asia Tenggara. Timor Leste di akhir September juga membuka hubungan dengan China, termasuk potensi menggarap ladang minyak Greater Sunrise.
Presiden Timor Leste Jose Ramos Horta mengatakan, Dili tidak berminat melakukan kerja sama pertahanan dengan Beijing. Akan tetapi, ia mengakui bahwa Beijing memperlakukan Dili lebih baik dibandingkan Canberra dalam artian lebih hormat dan banyak menawarkan kerja sama.
Pasifik Selatan mengembangkan strategi politik luar negeri yang memungkinkan mereka menjalin kerja sama dengan siapa pun. Pada saat yang sama dengan kunjungan delegasi PKC, delegasi kamar dagang dan industri Kepulauan Solomon berkunjung Amerika Serikat atas undangan Badan Pemerintah AS untuk Pembangunan Internasional (USAID). Dilansir oleh surat kabar Solomon Times, dalam kunjungan satu bulan itu, delegasi dari Kepulauan Solomon akan berjejaring dengan para pengusaha dari AS sekaligus belajar mengembangkan industri lokal. (Reuters)