Seoul Memakai Kecerdasan Buatan untuk Antisipasi Tragedi Halloween
Korsel tidak mau lagi ada orang tewas atau cedera karena berdesakan saat perayaan Halloween. Beragam langkah antisipasi disiapkan.
Oleh
IRENE SARWINDANINGRUM
·3 menit baca
SEOUL, KAMIS — Kepolisian Korea Selatan menerapkan berbagai antisipasi mencegah tragedi Halloween Itaewon 2022 terulang. Penggunaan kecerdasan buatan hingga larangan penjualan dan penyewaan baju mirip seragam kepolisian diterapkan.
Dilaporkan The Korea Times pada Kamis (26/10/2023), larangan penjualan dan penyewaan baju mirip seragam kepolisian diumumkan Kepolisian Nasional Korea Selatan. Sejak Selasa lalu sampai 5 November 2023, kepolisian merazia tempat-tempat penjualan dan penyewaan kostum.
Penjual atau penyewa diancam denda 10 juta won atau kurungan 12 bulan jika tetap menjual atau menyewakan kostum polisi. Sementara penyewa atau pembeli terancam denda hingga 3 juta won atau kurungan 6 bulan.
Keputusan itu bagian dari antisipasi jika ada kerumunan yang tidak dikendalikan. Kepolisian khawatir, massa akan kebingungan mengikuti arahan evakuasi jika ada orang tidak berwenang malah memakai kostum polisi.
Langkah lain yang dilakukan kepolisian bersama aparat terkait adalah latihan pengendalian massa dan evakuasi. Di markas komando, ada pemantauan dengan memanfaatkan 909 kamera pemantau (CCTV). Rekaman itu diolah oleh kecerdasan buatan untuk memprediksi gangguan.
Pada 29 Oktober 2022, di salah satu gang sempit di kawasan Itaewon, 159 orang tewas dan ratusan lainnya cedera. Mereka menjadi korban saling dorong dan saling injak massa yang merayakan Halloween di salah satu kawasan hiburan di Seoul itu.
Kepolisian juga melakukan latihan pengendalian massa di lapangan. Salah satunya dilakukan pada Rabu (25/10.2023). Polisi telah menempatkan perintang di sekitar lokasi tragedi tahun lalu. Kepolisian juga telah mempersiapkan skenario evakuasi.
Tidak terulang
Pemerintah dan kepolisian Seoul tidak mau tragedi tahun lalu terulang. Sebagian masyarakat Korsel menyalahkan aparat yang kurang persiapan dan kurang sigap. Akibatnya, tragedi tahun lalu terjadi.
Hasil pemeriksaan menunjukkan unsur ketidaksiapan dan kelambanan aparat bertindak dalam tragedi itu. Sejumlah telepon untuk meminta bantuan tidak ditindaklanjuti oleh aparat.
Para pejabat di Pemerintah Kota Seoul menyatakan akan bekerja sama dengan kepolisian dan aparat terkait. Mereka berupaya tidak ada satu orang pun cedera, apalagi meninggal, dalam perayaan Halloween 2023. ”Latihan ini difokuskan pada bagaimana memastikan keselamatan warga dengan memantau situasi secara real time dengan bantuan ilmu pengetahuan dan teknologi terkini,” kata Wali Kota Seoul Oh Se-hoon.
Uji coba sistem peringatan dini potensi bahaya dari kerumunan terus dilakukan. Sebanyak 71 lokasi dipasangi CCTV yang mengumpulkan data sistem peringatan dini itu.
Dari 71 lokasi, 16 tempat dipantau lebih ketat. Aparat disiagakan di sana antara lain untuk memecah kerumunan. Pemecahan akan dilakukan jika sistem mendeteksi potensi bahaya dari kerumunan itu. Salah satu ukurannya adalah jika dalam 1 meter persegi ruang ada tiga orang atau lebih.
”Dulu, itu hanya penilaian visual. Sekarang kami mengoperasikan CCTV dengan kecerdasan buatan yang memungkinkan analisis video dalam waktu cepat,” ujar pejabat keamanan kota, Ahn Hyoung-jun.
Upaya ini dinilai positif oleh masyarakat Seoul. Banyak keluarga korban tragedi tahun lalu mengatakan, penyelidikan polisi meninggalkan banyak pertanyaan yang belum terjawab. Salah satunya, tidak ada pihak yang bertanggung jawab atas kematian 159 orang tersebut.
Pemerintah menolak tuntutan memberhentikan pejabat terkait tragedi Halloween Itaewon itu. Para pejabat yang terlibat tahun lalu pun dinilai telah bekerja keras untuk merancang sistem untuk mencegah bencana kerumunan. Hanya, rencana itu perlu diterapkan dengan benar untuk benar-benar berjalan.
Paek Seung-joo, ahli perlindungan kebakaran dan bencana di Universitas Siber Terbuka Korea, mengatakan bahwa mencegah terbentuknya kerumunan besar di ruang sempit sangat penting guna mencegah tragedi Halloween Itaewon seperti tahun lalu. ”Solusi mendasar adalah mencegahnya terjadi sejak awal,” katanya.
Latihan dan rencana yang dilakukan pekan ini hanya mencakup Seoul, bukan seluruh negara. Untuk itu, Pemerintah Korea Selatan dinilai perlu memimpin pemerintah daerah untuk mengambil tindakan dan membuat rencana mengantisipasi kerumunan, lalu mengelolanya dan merespons dalam keadaan darurat. (REUTERS/AFP)