Biden menyebut Palestina tidak jujur soal jumlah korban tewas di Gaza. Sebaliknya, ia yakin pada kebenaran data korban tewas di Israel. Ia juga pernah meyakini pembunuhan terhadap anak-anak Israel.
Oleh
IRENE SARWINDANINGRUM
·3 menit baca
WASHINGTON, KAMIS — Presiden Amerika Serikat Joe Biden meragukan tingginya data angka kematian akibat serangan Israel di Gaza. Sebaliknya, ia meyakini jumlah korban tewas akibat serangan Hamas di Israel. Ia juga pernah mengaku percaya soal pembunuhan anak-anak oleh Hamas. Belakangan, terungkap informasi soal pembunuhan itu tidak benar.
Biden yakin, orang-orang tidak bersalah tewas karena perang. ”Israel harus sangat berhati-hati untuk memastikan bahwa mereka fokus mengejar orang-orang yang mempropagandakan perang melawan Israel. Itu bertentangan dengan kepentingan mereka jika hal itu tidak terjadi. Namun, saya tidak yakin dengan angka yang digunakan oleh pihak Palestina,” ujarnya, Rabu (25/10/2023) malam waktu Washington atau Kamis (26/10/2023) dini hari WIB.
Kementerian Kesehatan Palestina menyebut, 2.704 anak-anak, 1.584 perempuan, dan 2.258 pria tewas di Gaza dalam 19 hari terakhir. Sementara 30 anak dan seorang perempuan tewas di Tepi Barat dalam periode yang sama.
Menteri Luar Negeri RI Retno LP Marsudi juga membahas soal anak-anak dan perempuan yang menjadi korban di Gaza. ”Harus saya sampaikan dengan jujur bahwa meski telah ada upaya global untuk pemberdayaan dan kesetaraan perempuan, tetapi realitasnya masih jauh dari ideal,” katanya di Markas Besar Perserikatan Bangsa-Bangsa di New York, AS.
Biden tidak percaya data itu. ”Saya tak melihat tanda bahwa Palestina berkata jujur tentang berapa banyak orang yang tewas,” kata Biden.
Sebaliknya, ia yakin pada kebenaran jumlah korban tewas di Israel. Ia juga pernah mengaku percaya pada informasi pembunuhan secara kejam terhadap anak-anak Israel dalam serbuan Hamas pada 7 Oktober 2023. Belakangan, terungkap informasi itu tidak benar dan Biden tidak melihat buktinya.
Biden mengatakan, Hamas bersembunyi di balik warga sipil Palestina di wilayah yang padat penduduk. Langkah ini menjadi beban tambahan pada Israel saat mereka mengejar Hamas.
Dewan Hubungan Amerika-Islam (CAIR) menyatakan sangat terganggu oleh komentar Biden tentang jumlah korban tewas di Gaza. Mereka mau Biden meminta maaf. ”Jurnalis telah mengonfirmasi angka korban yang tinggi dan video-video tanpa henti yang keluar dari Gaza setiap hari menunjukkan mayat perempuan dan anak-anak Palestina yang terluka,” kata Direktur Eksekutif CAIR Nihad Awad.
Tekan media
Sebagaimana dilaporkan Axios, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken disebut meminta Qatar melunakkan pemberitaan Al Jazeera soal Gaza. Al Jazeera merupakan media yang berpusat di Doha dan didanai Qatar. Permintaan itu disampaikan Blinken kala bertemu Perdana Menteri Qatar Mohammed bin Abdulrahman bin Jassim al-Thani, di Doha, 13 Oktober 2023.
Departemen Luar Negeri AS menolak berkomentar soal pernyataan Blinken mengenai Al Jazeera. Sementara Kementerian Luar Negeri Qatar juga tidak merespons permintaan komentar.
Kini, pemerintahan Biden mengandalkan mediasi Qatar untuk membantu pelepasan warga AS yang disandera Hamas. Sejauh ini, mediasi oleh Qatar membuat sejumlah warga AS dan Israel dibebaskan Hamas.
Juru Bicara Dewan Keamanan Nasional AS John Kirby menyebut, Doha berhubungan dengan Hamas. Ia tidak menyebut fakta Doha menjadi lokasi kantor perwakilan Hamas.
Al Jazeera menjadi salah satu media yang kritis soal perkembangan di Gaza. Kekritisan itu membuat Al Jazeera menjadi sasaran aturan baru Israel. Dalam aturan itu, Israel melarang Al Jazeera beroperasi di Israel dan wilayah pendudukan Israel.
Al Jazeera dan media lain yang melaporkan perkembangan Gaza tidak hanya terancam dirintangi kerjanya. Berbagai media kehilangan jurnalisnya dalam 19 hari perang Israel-Hamas.
Sejak 7 oktober 2023, sebanyak 24 jurnalis tewas. Salah satunya adalah jurnalis Al Jazeera, Roshdi Sarraj, yang tewas pada Senin lalu. Rumahnya menjadi sasaran serangan udara Israel.
Sementara pada Rabu, Wael Dahdouh, yang juga jurnalis Al Jazeera di Gaza, harus kehilangan istri dan anaknya. Mereka juga tewas akibat serangan udara Israel. ”Mereka (Israel) membalas dendam lewat anak-anak kita,” ujarnya kala melihat jenazah anaknya di Rumah Sakit Al Aqsa, Gaza.
Saat ia menerima kabar kematian keluarganya, Dahdouh sedang membantu menyiarkan gambar langit malam wilayah yang terkepung. Tayangan Dahdouh memasuki Rumah Sakit Al Aqsa di Gaza merekam kesedihannya yang mendalam saat dia melihat tubuh putranya yang tewas.
Foto dan video Dahdouh meratapi keluarganya segera beredar. Dahdouh dikenal sebagai salah satu wajah jurnalistik perang di Gaza. Dia sangat dihormati di Gaza karena menceritakan kisah penderitaan dan kesulitan masyarakat kepada dunia luar.
Tempat pengungsian keluarga Dahdouh merupakan lokasi dipenuhi pengungsi dari sisi utara Gaza. Beberapa pekan lalu, Israel meminta Gaza utara dikosongkan dan penduduknya diminta mengungsi ke Gaza selatan. Ternyata, Gaza selatan pun jadi sasaran serangan udara Israel. (AFP/REUTERS)