Suplai BBM Nyaris Habis, Bantuan ke Gaza Terancam Terhenti
Setelah 18 hari dikepung Israel dari darat, laut, dan udara, nasib warga Palestina di ujung tanduk. Para pemimpin negara menyerukan jeda kemanusiaan.
Oleh
FRANSISCA ROMANA
·3 menit baca
RAFAH, RABU — Badan PBB untuk Pengungsi Palestina atau UNRWA memperingatkan suplai bahan bakar yang menipis bisa menyebabkan berhentinya misi pengiriman bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza. Setelah 18 hari dikepung Israel dari darat, laut, dan udara, nasib warga Palestina di ujung tanduk.
Israel tak memberikan izin masuk untuk bahan bakar dalam bantuan kemanusiaan yang dikirimkan ke Jalur Gaza melalui gerbang Rafah yang berbatasan dengan Mesir. Alasannya, BBM itu rawan jatuh ke tangan kelompok Hamas. ”Jika kami tidak segera mendapat bahan bakar, kami terpaksa menghentikan operasi di Jalur Gaza,” sebut UNRWA, Rabu (25/10/2023).
Berbagai lembaga kemanusiaan melaporkan, banyak rumah sakit kewalahan. Mereka terus menerima aliran korban luka, tetapi tidak memiliki cukup bahan bakar untuk menyalakan generator. Tempat-tempat perlindungan penuh sesak karena menampung setidaknya 1,4 juta pengungsi, lebih dari separuh populasi Jalur Gaza.
Sejak serangan Hamas ke Israel pada 7 Oktober dan serangan balasan Israel ke Gaza, beberapa puluh truk telah masuk ke Gaza. Jumlah itu sangat sedikit dibandingkan kebutuhan warga Gaza. Bulan Sabit Merah Palestina, Selasa, menyebutkan telah menerima gelombang keempat bantuan kemanusiaan, terdiri dari delapan truk berisi obat-obatan, makanan, dan air. Namun, bahan bakar tidak termasuk di dalamnya.
Para pemimpin negara menyerukan jeda kemanusiaan di tengah konflik Hamas-Israel. Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres dalam pidatonya di Dewan Keamanan PBB, Selasa, mengatakan, Gaza kini mengalami ”penderitaan besar”. Ia mendesak pihak-pihak yang bertikai untuk mengutamakan keselamatan warga sipil dan menghormati hukum humaniter internasional.
Amerika Serikat, meski terus menekankan hak Israel membela diri, mengindikasikan bahwa jeda kemanusiaan yang lebih banyak bisa membantu meringankan penderitaan warga sipil. ”Makanan, air, obat-obatan, dan bantuan kemanusiaan lainnya harus bisa mengalir masuk Gaza. Itu artinya warga sipil harus bisa dijauhkan dari bahaya. Itu artinya jeda kemanusiaan harus dipertimbangkan,” kata Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken.
Kami menyesalkan ketidakmampuan dewan ini mengadopsi resolusi hingga dua kali, bahkan hanya untuk menyerukan gencatan senjata guna mengakhiri perang.
Keselamatan rakyat Palestina pun semakin terancam karena Israel semakin gencar menyerang Jalur Gaza. Sepanjang Selasa malam, militer Israel menyatakan telah melancarkan setidaknya 400 serangan ke Gaza. Kementerian Kesehatan Gaza yang dikelola Hamas menyebut, jumlah korban dalam serangan sehari itu mencapai 700 orang. Kantor-kantor berita menyatakan tidak bisa mengonfirmasi secara independen jumlah tersebut.
Sehari sebelumnya, militer Israel melancarkan 320 serangan. Hamas menyatakan akan menghancurkan Israel. Demikian pula Israel yang bersumpah akan menumpas Hamas. Pertikaian itu hanya menghasilkan pemandangan menyedihkan. Di berbagai tempat, para petugas penyelamat bergegas menarik jenazah dan penyintas dari bawah reruntuhan gedung yang terkena hantaman roket atau serangan udara.
Israel, didukung AS, menolak gencatan senjata dengan alasan hanya akan menguntungkan Hamas. Presiden AS Joe Biden mengatakan, gencatan senjata hanya bisa dicapai jika Hamas membebaskan seluruh sandera. Israel menyebut lebih dari 200 orang berada di tangan Hamas. Sejauh ini, Hamas telah membebaskan empat sandera.
Negara-negara Arab mendukung seruan jeda kemanusiaan di tengah hancurnya bangunan di Gaza. ”Kami menyesalkan ketidakmampuan dewan ini mengadopsi resolusi hingga dua kali, bahkan hanya untuk menyerukan gencatan senjata guna mengakhiri perang,” kata Menteri Luar Negeri Mesir Sameh Shoukry saat berpidato di sesi DK PBB. (AP/AFP/REUTERS)