Wamenlu Ukraina: Kami Makin Sigap Menghadapi Serangan Rusia
Ukraina menghadapi perang hibrida melawan Rusia: perang klasik secara fisik dan secara bersamaan juga perang di dunia digital. Seiring berjalannya waktu, Ukraina semakin memiliki daya tahan.
Oleh
IWAN SANTOSA, KRIS MADA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pasokan rudal taktis ATACMS dari Amerika Serikat kepada Ukraina sangat membantu, tetapi bukan menjadi faktor tunggal penentu kemenangan dalam perang di Ukraina. Wakil Menteri Luar Negeri Ukraina dan Kepala Transformasi Digital Anton Demokhin dalam jumpa pers di Jakarta, Sabtu (21/10/2023), menegaskan, selama hampir dua tahun berperang, Ukraina semakin sigap menghadapi perang hibrida melawan Rusia.
”Rudal ATACMS itu memang penting dalam upaya perang saat ini. Di lapangan, (kami) menghadapi perang hibrida di Ukraina. Perang klasik secara fisik dan perang di dunia digital berlangsung bersamaan. Perang disinformasi yang terjadi membuat situasi memburuk. Namun, kemampuan Ukraina terus berkembang seiring waktu sehingga muncul daya tahan,” kata Demokhin.
Anton Demokhin, yang pernah bermukim di Bali tahun 2015-2016, mengatakan bahwa kemampuan perang Ukraina terus berkembang secara strategis ataupun kemampuan menyerangnya.
Selain perang di medan pertempuran darat, laut, dan udara, Ukraina setiap hari juga menghadapi gempuran gangguan di dunia maya. Kemampuan Ukraina meredam serangan digital sejak tahun 2016 turut membantu keamanan dunia.
Berbagai perlengkapan militer dan modifikasi alat teknologi informasi dalam persenjataan Ukraina terus berkembang dengan belajar dari peperangan yang terjadi. Meski demikian, Ukraina siap berdamai sesuai usulan Presiden Volodymyr Zelenskyy, yakni Rusia mundur dari seluruh wilayah yang diduduki, termasuk Semenanjung Crimea.
Menurut Demokhin, dengan meredam serangan terhadap Ukraina, pihaknya juga mengurangi potensi gangguan keamanan dan kejahatan di dunia maya terhadap negara-negara lain. Gangguan tersebut tidak saja mengganggu sistem pertahanan militer, tetapi juga di bidang perbankan dan sektor layanan masyarakat.
”Jika mereka tidak sibuk menyerang Ukraina, mereka tentu akan bebas mengganggu negara-negara lain lewat serangan siber di bidang keuangan dan lain-lain,” kata Demokhin.
Jika mereka tidak sibuk menyerang Ukraina, mereka tentu akan bebas mengganggu negara-negara lain lewat serangan siber di bidang keuangan dan lain-lain.
Dia melanjutkan, kemampuan pertahanan dan perang digital Ukraina terus dikembangkan demi kepentingan ekonomi dunia. Ukraina membangun sistem pertahanan digital juga untuk melindungi pengiriman gandum Ukraina lewat laut, jalur kereta api, dan truk angkutan darat dengan menembus blokade Rusia.
”Sistem digital kami dengan komunikasi darat dan berbasis satelit dikombinasikan dengan pesawat nirawak, sistem pertahanan udara, serta sistem pengawasan dan peringatan dini dapat melindungi upaya ekspor gandum bagi pasar internasional,” kata Demokhin.
Ukraina juga memperjuangkan agar kejahatan dunia maya dalam masa perang dapat diproses sebagai kejahatan perang dan diadili di pengadilan internasional. Demokhin memuji langkah Presiden Amerika Serikat Joe Biden yang memperjuangkan bantuan tambahan kebutuhan perang bagi Ukraina senilai 106 miliar dollar AS.
Kerja sama di Indonesia
Kedatangan Demokhin ke Indonesia secara khusus dalam kunjungan tiga hari untuk menjajaki kerja sama teknologi informasi, berbagi pengalaman, dan membahas soal kebijakan ekspor gandum Ukraina ke Indonesia. ”Kami siap bekerja sama dengan Indonesia dalam pengembangan teknologi informasi, kecerdasan buatan, dan lain-lain,” kata Demokhin.
Ketika ditanya apakah ada pembahasan tentang kerja sama pusat data (data centre) dan analisis data dengan Indonesia, Demokhin mengatakan, pihaknya menunggu usulan dari Indonesia.
Saat ini, Indonesia membangun infrastruktur digital strategis berupa beberapa pusat data di Kepulauan Riau, Jawa, Bali, dan yang terbaru di Kalimantan Timur. Proyek itu dikerjakan bersama China, Korea Selatan, dan dengan mitra Perancis yang didukung Uni Eropa.