Ribuan Pekerja TI Jarak Jauh Korut Bantu Danai Program Senjata
Pada beberapa kasus, para pekerja Korut juga menyusup ke jaringan komputer dan mencuri informasi dari perusahaan yang mempekerjakan mereka.
Oleh
HELENA FRANSISCA NABABAN
·3 menit baca
ST LOUIS, JUMAT — Biro Investigasi Federal Amerika Serikat (FBI) mendapati ribuan pekerja bidang teknologi informasi yang berkontrak dengan perusahaan-perusahaan AS secara diam-diam selama bertahun-tahun mengirimkan gaji mereka ke Korea Utara. Kiriman uang yang jumlahnya mencapai jutaan dollar AS itu dipergunakan untuk program rudal balistik Korut.
Kantor berita Associated Press, Jumat (20/10/2023), melaporkan, temuan itu berkaitan dengan pengumuman otoritas federal yang menyita dana 1,5 juta dollar AS dan 17 nama domain. Keduanya bagian dari penyelidikan yang sedang berlangsung.
Departemen Kehakiman AS dalam konferensi pers pada Rabu (18/10/2023) di St Louis menyatakan, para pekerja teknologi informasi (TI) itu dikirim dan dikontrak oleh Korut untuk bekerja jarak jauh dengan perusahaan-perusahaan di St Louis dan di tempat lain di AS. Mereka menggunakan identitas palsu untuk mendapatkan pekerjaan tersebut.
Dokumen pengadilan menyebutkan, Pemerintah Korut mengirimkan ribuan tenaga kerja TI terampil untuk tinggal di China dan Rusia. Tujuannya untuk menipu perusahaan-perusahaan di AS dan di negara lain agar mempekerjakan mereka sebagai karyawan lepas jarak jauh. Uang atau gaji yang mereka peroleh kemudian disalurkan untuk program senjata Korut.
Agen khusus yang bertanggung jawab di kantor FBI St Louis, Jay Greenberg, mengatakan, para pekerja itu menggunakan berbagai siasat agar seolah-olah mereka terlihat sedang bekerja di AS. Mereka bahkan membayar orang AS untuk menggunakan koneksi Wi-Fi di rumah mereka. Ia menambahkan, perusahaan yang mengontrak tenaga TI lepas kemungkinan besar juga mempekerjakan seseorang yang terlibat dalam skema tersebut.
Juru Bicara FBI Rebecca Wu, Kamis (19/20/2023), mengatakan, warga Korut berkontrak dengan perusahaan-perusahaan di seluruh AS dan di beberapa negara lain. ”Bisa kami beri tahu, ada ribuan pekerja TI Korut yang menjadi bagian dari hal ini,” katanya.
Bisa kami beri tahu, ada ribuan pekerja TI Korea Utara yang menjadi bagian dari hal ini.
Greenberg mengemukakan, skema mengontrak pekerja lepas terbilang lazim. Namun, perusahaan juga harus ekstrawaspada dalam memverifikasi siapa yang mereka rekrut, termasuk mewajibkan orang yang diwawancarai harus terlihat melalui video.
”Setidaknya FBI merekomendasikan agar perusahaan mengambil langkah proaktif tambahan dengan adanya pekerja jarak jauh ini. Tujuannya untuk mempersulit pelaku kejahatan menyembunyikan identitas mereka,” katanya.
Menurut pernyataan Departemen Kehakiman, dari gaji mereka, para pekerja TI itu menghasilkan jutaan dollar AS dalam setahun untuk mendukung program senjata Korut. Pada beberapa kasus, para pekerja Korut juga menyusup ke jaringan komputer dan mencuri informasi dari perusahaan yang mempekerjakan mereka.
Para pekerja TI itu juga mempertahankan akses supaya di masa mendatang bisa melancarkan peretasan dan pemerasan. FBI ataupun Departemen Kehakiman tidak menyebutkan nama perusahaan yang secara tidak sadar memperkerjakan pekerja Korut, tidak menyebutkan kapan praktik itu dimulai, atau menjelaskan bagaimana penyidik bisa mengetahui hal itu.
Meski demikian, otoritas federal memang mengetahui hal ini sejak beberapa waktu. Pada Mei 2022, Departemen Luar Negeri, Departemen Keuangan, dan FBI mengeluarkan peringatan tentang adanya upaya warga Korut untuk mendapatkan pekerjaan sambil menyamar sebagai warga negara non-Korut. Disebutkan pula, dalam beberapa tahun terakhir pemerintahan Pemimpin Korut Kim Jong Un meningkatkan fokus pada pendidikan dan pelatihan di bidang TI.
Kepala Intelijen Ancaman pada perusahaan keamanan siber Mandiant, John Hultquist, menyatakan, penggunaan pekerja lepas TI oleh Korut guna mendanai program senjata sudah dilakukan selama lebih dari satu dekade. Pandemi Covid-19 membuat cara itu makin berpeluang.
Selain pekerja bidang TI, imbuh Hultquist, sebetulnya Korut juga mempergunakan pekerja di bidang lain untuk membantu pendanaan program senjata. Namun, pekerja bidang TI mendapat gaji lebih tinggi sehingga menjadi sumber daya yang lebih menguntungkan.
Ketegangan di Semenanjung Korea meningkat ketika Korut menguji coba penembakan lebih dari 100 rudal sejak awal 2022. AS kemudian memperluas latihan militer dengan sekutu-sekutunya sebagai respons atas tindakan Korut. (AP)