Palagan Perang Israel-Hamas Melebar ke Lebanon dan Suriah
Peluang perang Israel-Hamas melibatkan negara-negara tetangga terbuka. Iran menyebut waktu hampir habis jika dunia internasional dan Israel tidak bisa menghentikan serangan membabi buta ke Jalur Gaza.
Oleh
MAHDI MUHAMMAD
·2 menit baca
TEL AVIV, SELASA — Palagan perang Israel-Hamas tidak hanya terjadi di Gaza dan Tepi Barat. Kelompok bersenjata di Lebanon dan Suriah berpeluang semakin terlibat dalam perang yang telah memasuki pekan kedua itu.
Dalam pengumuman pada Selasa (17/10/2023), militer Israel, IDF, mengungkap serangan ke Gaza dan Lebanon selatan. Setidaknya 200 sasaran di Gaza ditembak roket-roket IDF. Dilaporkan Jerusalem Post dan Times of Israel pada Selasa, sasaran di Gaza termasuk bank. Menurut IDF, bank itu mengurus keuangan Hamas.
IDF juga menyerang Lebanon selatan. Setidaknya 100 roket ditembakkan IDF ke arah Aitorun. Serangan dilancarkan setelah Hezbollah, kelompok politik sekaligus bersenjata terkuat Lebanon, mengungkap lima serangan ke Israel sepanjang Senin.
Serangan juga dilancarkan setelah Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amirabdollahian mengumumkan, serangan ke Israel hanya soal waktu. Ia mengumumkan itu setelah menelepon Sekretaris Jenderal Hezbollah Hassan Nasrallah.
”Semua pilihan dan skenario tersedia untuk Hezbollah. Semua sedang diperhitungkan secara saksama oleh mereka dan pemimpin perlawanan tidak akan mengizinkan zionis bertindak di kawasan. Serangan pendahuluan bisa saja dilakukan dalam beberapa jam mendatang,” tuturnya.
Dia juga mengingatkan, Hezbollah berpengalaman menghadapi Israel di beragam perang. Bahkan, Israel pernah terpaksa meninggalkan sebagian Lebanon karena kewalahan menghadapi Hezbollah.
Iran disebut sebagai penyokong utama Hezbollah. Aneka senjata serta dana Hezbollah antara lain didapat dari Iran. Selain di Lebanon, Iran juga berhubungan kuat dengan beragam kelompok bersenjata di Suriah. Seperti Lebanon, Suriah juga berbatasan dengan Israel.
Kini, Hezbollah dan Israel sama-sama telah meminta warga sipil di perbatasan Lebanon-Israel mengungsi. Israel praktis mengosongkan daerah yang berjarak 2 kilometer dari perbatasan Lebanon-Israel.
Setidaknya 27.000 penduduk Israel di wilayah itu sedang mengungsi. Mereka antara lain berasal dari 28 permukiman, seperti Ghajar, Dishon, Kfar Yuval, Malkia, hingga Rosh Hanikra dan Kfar Giladi. Mereka diminta tinggal di tempat yang tidak terjangkau roket dan artileri Hezbollah.
Serangan Israel ke Lebanon antara lain menewaskan jurnalis Reuters, Issam Abdallah. Sejumlah jurnalis yang meliput bersama Abdallah saat serangan itu menderita cedera dalam berbagai tingkatan. Warga sipil juga cedera dan tewas akibat serangan Israel ke Lebanon.
Juru bicara IDF, Laksamana Muda Daniel Hagari, mengatakan, IDF akan melakukan serangan balasan yang lebih mematikan jika Hezbollah terus menyerang Israel. ”Kemarin, Hezbollahmelakukan serangan untuk mengalihkan kami dari Jalur Gaza, di bawah arahan dan dukungan Iran. Ini membahayakan Lebanon dan warganya,” ujarnya.
IDF telah memperkuat pasukan di perbatasan Israel-Lebanon. ”Jika Hezbollah berani menguji kami, reaksinya akan mematikan. Amerika Serikat memberi kami dukungan penuh,” katanya.
Penasihat Keamanan Nasional Israel Tzachi Hanegbi menyebut, serangan Hezbollah tampaknya bisa dikendalikan saat militer Israel juga memperkuat pasukan di perbatasan Israel-Lebanon. Ia juga memperingatkan Hezbullah untuk tidak mengambil tindakan yang dapat menyebabkan kehancuran Lebanon.
Pengaruh ke kawasan
Kekhawatiran dunia internasional bahwa perang Hamas-Israel akan melebar ke kawasan cukup beralasan. Selain Hezbollah di Lebanon, pernyataan sejumlah pejabat Iran mengindikasikan keinginan untuk terlibat jika tak ada solusi politik dalam waktu singkat atas situasi yang terjadi di Jalur Gaza.
Dikutip dari kantor berita Iran, IRNA, Presiden Iran Ebrahim Raisi memperingatkan, kemungkinan penyebaran perang ke wilayah lain selama tidak ada tindakan tegas terhadap Israel yang berencana membumihanguskan Gaza.
Ia menyatakan itu setelah menelepon Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. Raisi menyebut, genosida dan berbagai kejahatan terhadap kemanusiaan sedang berlangsung di Gaza, Senin. Serangan dan blokade Israel terhadap Gaza harus dihentikan.
Secara terpisah, sebagaimana dikutip IRNA, Amirabdollahian menyebut Iran tidak mendukung perluasan konflik. Namun, dia tidak menutup kemungkinan negara itu ikut berperang jika dunia internasioal acuh tak acuh dengan situasi memilukan yang menimpa rakyat Palestina di Jalur Gaza. ”Jika kita tidak membela Gaza hari ini, kita harus mempertahankan kota-kota kita besok,” katanya.
Menurut dia, waktu mencari solusi nonperang untuk masalah Palestina hampir habis. Ia mengajak komunitas internasional menghentikan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu membawa kondisi menjadi lebih parah. (AFP/REUTERS)