Israel Janji Izinkan Bantuan Masuk Gaza, Biden Sambangi Timur Tengah
AS meminta Israel menjamin bantuan kemanusiaan bisa masuk ke Gaza. Di sisi lain, AS juga terus menegaskan dukungan kepada Israel.
Oleh
HELENA FRANSISCA NABABAN
·3 menit baca
TEL AVIV, SELASA — Presiden Amerika Serikat dijadwalkan menyambangi Israel dan tetangganya mulai Rabu (18/10/2023). Muhibah itu menambah daftar bukti sokongan kuat Washington pada Tel Aviv. Kunjungan dilakukan setelah Israel berjanji mengizinkan bantuan kemanusiaan bisa masuk Gaza.
Rencana lawatan Biden diumumkan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken, Selasa (17/10/2023) dini hari, di Tel Aviv. ”Presiden akan menegaskan kembali solidaritas AS dengan Israel dan komitmen kuat AS terhadap keamanan,” ujarnya.
Biden, antara lain, akan diterima Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan kabinetnya. Setelah itu, ia akan diterima Raja Jordania Abdullah II di Amman. Di Amman, Biden juga akan bertemu Presiden Palestina Mahmoud Abbas dan Presiden Mesir Abdel Fattah El-Sisi.
Kepada The Washington Post, sejumlah pejabat Departemen Luar Negeri AS yang menolak identitasnya diungkap menuturkan, pertemuan berlangsung di beberapa ruangan. Tim teknis Deplu AS berada di ruangan terpisah dari tim teknis Israel. Mereka saling bertukar naskah kesepakatan, antara lain pasokan bantuan dan penyediaan koridor kemanusiaan di Gaza.
Semua itu terjadi hampir delapan jam pada Senin malam. Setelah Netanyahu berkomitmen soal pasokan bantuan dan penyediaan koridor kemanusiaan, Blinken setuju mengumumkan lawatan Biden.
Kala Blinken beruding di Israel, Biden menelepon Sisi. Biden-Sisi juga membahas soal pengiriman bantuan dan penyediaan koridor kemanusiaan untuk Gaza. Sejumlah pihak mengupayakan kedua hal itu. Hanya Israel dan Hamas tidak mau menyepakatinya.
Bantuan kemanusiaan dari sejumlah negara tertahan di pintu perbatasan Rafah yang menghubungkan Gaza dengan Mesir. Padahal, aneka kebutuhan dasar di Gaza semakin menipis. Israel memblokade total dan melarang semua pasokan kebutuhan masuk ke Gaza.
Menurut Blinken, juga pengumuman Gedung Putih, Biden akan mendengarkan paparan Netanyahu soal perkembangan keamanan Israel. Biden juga akan mendengarkan kebutuhan Israel dan mencari cara memenuhi kebutuhan itu.
Muhibah Biden juga untuk menunjukkan dukungan kuat AS kepada Israel. Sebelum ini, Blinken sudah bolak-balik ke Israel dan tetangganya untuk membahas perkembangan perang Israel-Palestina. Sejumlah pejabat AS juga menunjukkan dukungan kepada Israel.
Sokongan militer
Pada Selasa pagi, Panglima Komando Operasi Tengah AS Jenderal Michael Kurilla bertandang ke Israel. Kurilla bertanggung jawab pada operasi pasukan AS di Timur Tengah dan Afrika.
AS juga telah mengirimkan dua gugus tempur laut yang dipimpin dua kapal induk, USS Gerard Ford dan USS Eisenhower. Gugus tempur itu berkekuatan 12.000 prajurit dan setidaknya 100 pesawat serta helikopter. Rudal dan penangkal serangan udara dari armada AS bisa menjangkau sampai ke Irak.
Washington pun mempertimbangkan pengerahan hingga 2.000 prajurit ke Israel. Pengerahan akan dilakukan jika perang Israel-Hamas memanas.
Juru Bicara Angkatan Bersenjata Israel Laksamana Muda Daniel Hagari menyebut, kehadiran pasukan AS untuk mencegah Hezbollah dan sekutunya ikut campur dalam perang ini. Pasukan AS bukan alasan Israel menunda serangan darat ke Gaza.
Israel telah mengumumkan akan melancarkan serangan darat ke Gaza. Lebih dari sepekan sejak pengumuman itu, serangan belum kunjung dilancarkan. Tel Aviv menyampaikan berbagai alasan, termasuk faktor cuaca, sebagai penyebab penundaan serangan.
Menurut The Jerusalem Post, pernyataan Hagari berbeda dengan fakta selama ini. Tekanan AS berulang kali menjadi salah satu pertimbangan Israel menjalankan operasi militer besar-besaran terhadap Palestina. Meski demikian, kerap pula Israel mengabaikan keberatan AS.
Sementara itu, Direktur Shin Bet Ronen Ber mengirimkan catatan kepada pegawai badan intelijen keamanan nasional Israel itu. Ber mengaku bertanggung jawab karena gagal mencegah serangan Hamas pekan lalu. ”Sebagai pemimpin organisasi, tanggung jawab ada pada saya. Akan ada penyelidikan. Sekarang kita sedang berperang,” tulisnya dalam pesan itu.
Shinbet, atau Shabak dalam bahasa Ibrani, seharusnya bisa memberikan peringatan memadai sebelum serangan itu terjadi. Sayangnya, menurut Ber, peringatan itu tidak cukup sehingga Israel gagal mencegah serbuan Hamas. (REUTERS/AFP)