Martti Ahtisaari, peraih penghargaan Nobel Perdamaian tahun 2008, akan dikenang melalui legasinya dalam mendamaikan berbagai konflik di dunia, termasuk di Aceh.
Oleh
IRENE SARWINDANINGRUM
·5 menit baca
HELSINKI, SENIN — Martti Ahtisaari, mediator perdamaian antara Pemerintah Republik Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka, meninggal dunia, Senin (16/10/2023), pada usia 86 tahun. Mantan Presiden Finlandia dan pemenang penghargaan Nobel Perdamaian itu menderita penyakit Alzheimer sejak 2021.
Ahtisaari dianugerahi penghargaan Nobel Perdamaian pada tahun 2008 atas perannya dalam menyelesaikan beberapa konflik internasional, termasuk konflik di Aceh. Sosoknya akrab bagi masyarakat Aceh karena perannya dalam proses perdamaian antara Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dan Pemerintah Republik Indonesia melalui kesepakatan damai MoU Helsinki.
Yayasan yang dia dirikan untuk mencegah dan menyelesaikan konflik berdarah, Crisis Management Initiative (CMI), menyatakan duka dalam situs mereka. ”Kami sangat sedih dengan kehilangan pendiri dan mantan ketua dewan,” demikian tertulis pernyataan itu.
Pernyataan duka juga diungkapkan Presiden Finlandia Sauli Niinisto. ”Dia adalah presiden pada masa perubahan, yang membawa Finlandia ke era Uni Eropa global,” katanya.
Dalam pidato di televisi, Niinisto menggambarkan Ahtisaari sebagai warga dunia dan orang Finlandia yang hebat. Ahtisaari adalah seorang guru, diplomat, dan kepala negara, sekaligus seorang negosiator perdamaian.
Acara reguler televisi penyiaran publik di Finlandia, YLE, dihentikan untuk menayangkan pidato Niinisto.
Selain perannya di Aceh pada 2005, Ahtisaari membantu mencapai perjanjian perdamaian terkait penarikan Serbia dari Kosovo pada akhir 1990-an dan upaya Namibia untuk merdeka pada tahun 1980-an. Ia juga terlibat dalam proses perdamaian Irlandia Utara pada akhir 1990-an sebagai sosok yang memantau proses pembekuan senjata IRA.
”Presiden Ahtisaari berkomitmen sepanjang hidupnya pada perdamaian, diplomasi, kebaikan kemanusiaan, dan memiliki pengaruh luar biasa pada masa kini dan masa depan kita,” kata Presiden Kosovo Vjosa Osmani.
Presiden Ahtisaari berkomitmen sepanjang hidupnya pada perdamaian, diplomasi, kebaikan kemanusiaan, dan memiliki pengaruh luar biasa pada masa kini dan masa depan kita. (Vjosa Osmani)
Osmani mengatakan, Ahtisaari turut membentuk kerangka negara Kosovo. Oleh karena itu, lanjut Osmani, namanya akan tetap abadi selamanya di halaman sejarah Republik Kosovo.
Ungkapan duka juga diucapkan sejumlah tokoh dunia di media sosial X, yang sebelumnya dikenal sebagai Twitter. Ketua Komisi Eropa Ursula von der Leyen menyebutnya seorang visioner dan juara perdamaian. Adapun mantan Perdana Menteri Inggris Tony Blair mengatakan, Ahtisaari memberikan kontribusi penting untuk proses perdamaian Irlandia Utara.
Ketika Komite Nobel Perdamaian Norwegia memilih Ahtisaari pada Oktober 2008 untuk menerima penghargaan Nobel Perdamaian, ia telah mengukir berbagai peran penting dalam upaya perdamaian selama lebih dari tiga dekade di beberapa benua.
Ahtisaari adalah presiden negara di kawasan Nordik selama satu periode selama enam tahun, dari 1994 hingga 2000. Ia kemudian mendirikan lembaga Crisis Management Initiative berkantor pusat di Helsinki, Finlandia. Lembaga ini bertujuan untuk mencegah dan menyelesaikan konflik berdarah melalui dialog informal dan mediasi.
Guru sekolah dasar
Lahir pada 23 Juni 1937 di kota timur Viipuri, yang sekarang berada di Rusia, Ahtisaari adalah seorang guru sekolah dasar sebelum bergabung dengan Kementerian Luar Negeri Finlandia pada tahun 1965. Dia menghabiskan sekitar 20 tahun di luar negeri. Tugas pertamanya adalah menjadi duta besar untuk Tanzania, lalu untuk Zambia, dan Somalia, kemudian ke Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York, AS.
Tahun 1978, ia diangkat oleh Sekretaris Jenderal PBB saat itu, Kurt Waldheim, sebagai Utusan Khusus PBB untuk Namibia.
Ahtisaari memimpin operasi pasukan perdamaian PBB pada tahun 1980-an yang menghasilkan kemerdekaan Namibia dari Afrika Selatan pada tahun 1990. Ia juga terlibat penting dalam kegiatan yang bertujuan mempersiapkan warga Namibia untuk merdeka selama jabatan diplomatiknya di Afrika pada tahun 1970-an.
Pemerintah Namibia berterima kasih atas perannya dan kemudian menjadikan Ahtisaari sebagai warga kehormatan negara itu.
Setelah kembali ke Finlandia pada tahun 1991, Ahtisaari bekerja sebagai Sekretaris Negara Kementerian Luar Negeri Finlandia sebelum terpilih menjadi presiden pada tahun 1994. Dia adalah kepala negara Finlandia pertama yang terpilih secara langsung, bukan melalui dewan pemilihan.
Setelah hidup di luar negeri begitu lama, dia dianggap membawa udara segar ke politik Finlandia. Ahtisaari adalah pendukung kuat Uni Eropa dan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Finlandia bergabung ke Uni Eropa pada tahun 1995 dan NATO pada 2023.
Setelah hidup di luar negeri begitu lama, dia dianggap membawa udara segar ke politik Finlandia.
Puncak karier internasionalnya adalah pada tahun 1999 ketika ia bernegosiasi untuk mengakhiri pertempuran di Provinsi Kosovo, Yugoslavia. Upaya itu dia jalani bersama Utusan Khusus Rusia untuk Balkan Viktor Chernomyrdin.
Ahtisaari juga menjadi tuan rumah pertemuan Presiden Rusia Boris Yeltsin dan Presiden AS Bill Clinton dalam pertemuan AS-Rusia di ibu kota Finlandia, Helsinki, pada Maret 1997.
Niinisto mengatakan, Ahtisaari memiliki hati yang besar dan percaya kepada manusia. ”Dalam pidatonya pada perayaan Nobel, Ahtisaari mengatakan bahwa semua konflik dapat diselesaikan. Perang dan konflik tidak bisa dihindari. Mereka disebabkan oleh manusia,” kata Niinisto.
Mengutip Ahtisaari, Niinisto menyebutkan, selalu ada kepentingan yang didorong oleh perang. Oleh karena itu, pihak-pihak yang memiliki kekuatan dan pengaruh juga dapat menghentikannya.
Selama menjadi presiden, Ahtisaari melakukan lawatan ke luar negeri lebih luas daripada para pendahulunya. Di dalam negeri, ia sering terlihat tidak sabar dan tersinggung oleh kritik media. Ia jelas terlihat merasa lebih nyaman berada di lingkaran internasional.
Tolak jabatan kedua
Ahtisaari menolak mencalonkan diri untuk masa jabatan kedua dalam pemilihan presiden, Januari 2000. Setelah masa kepresidenan Finlandia, ia ditawari beberapa posisi internasional, termasuk di lembaga yang mengurusi pengungsi di PBB. Ia menolak dan memutuskan mendirikan yayasan sendiri yang memfokuskan pada mediasi dalam krisis internasional, CMI, di Helsinki.
Pada Mei 2017, Ahtisaari mengundurkan diri dari jabatan ketua CMI untuk membantu menyelesaikan konflik global. Ia menyatakan akan terus bekerja dengan organisasi tersebut sebagai penasihat. Ia digantikan oleh mantan Perdana Menteri Finlandia Alexander Stubb, yang sekarang mencalonkan diri sebagai presiden.
Melalui media sosial X, Stubb mengatakan bahwa sekarang dunia membutuhkan orang seperti Ahtisaari, melebihi dari era-era sebelumnya.
Ahtisaari meninggalkan istrinya, Eeva, dan seorang putra dewasa, Markko. CMI mengumumkan, Ahtisaari akan dimakamkan dalam upacara pemakaman kenegaraan. (AP/AFP/REUTERS)