Damailah Aceh: Pemerintah RI-GAM Tanda Tangani MOU (Arsip Kompas)
Nota kesepahaman perdamaian Aceh ditandangani Pemerintah RI dan GAM pada Senin (15/8/2005) di Helsinki, Finlandia. Kesepakatan ini diharapkan dapat mengakhiri konflik 30 tahun yang telah menelan sedikitnya 15,000 orang.
Oleh
Abun Sanda
·2 menit baca
Artikel berikut ini pernah terbit di Harian Kompas edisi 16 Agustus 2005. Kami terbitkan kembali dalam rubrik Arsip Kompas.id untuk mendampingi perilisan Narasi Fakta Terkurasi, aset NFT perdana Harian Kompas.
Helsinki, Kompas -- Sebuah peristiwa bersejarah diciptakan pada Senin (15/8) ketika Pemerintah Republik Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka menandatangani nota kesepahaman atau MOU tentang perdamaian di Aceh.
Penandatanganan MOU dilakukan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia sekaligus Ketua Tim Perunding Indonesia Hamid Awaluddin dan Ketua Tim Perunding GAM Malik Mahmud di Smolna, The Government Banquet Hall, Etelaesplanadi 6, Helsinki, Finlandia.
Peristiwa itu disaksikan mantan Presiden Finlandia yang menjadi fasilitator perundingan, Martti Ahtisaari, dan Menteri Luar Negeri Finlandia Erkki Tuomioja selaku tuan rumah.
Peristiwa itu mendapat liputan sangat luas dari media massa asing. Sejumlah televisi dalam negeri bahkan menyiarkan langsung sehingga menjadi perhatian masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat Aceh.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Wakil Presiden Jusuf Kalla, Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Agung Laksono, dan Ketua Dewan Perwakilan Daerah Ginandjar Kartasasmita juga turut menyaksikan siaran langsung itu di Istana Merdeka. Seusai acara itu, Presiden bahkan mencoba melakukan teleconference dengan Helsinki, namun tidak berjalan mulus.
Kepala Negara menyatakan, penandatanganan nota kesepahaman itu merupakan awal yang baik bagi penyelesaian konflik Aceh secara permanen. MOU itu juga awal untuk menuju bersatunya seluruh bangsa Indonesia.
Penandatanganan MOU ini diharapkan benar-benar akan mengakhiri konflik bersenjata selama 30 tahun yang telah merenggut nyawa sedikitnya 15.000 manusia Indonesia.
Ribuan warga Aceh tumpah ruah di kompleks Masjid Raya Baiturrahman untuk mengikuti doa dan tausyiah bersama serta menyaksikan siaran langsung penandatanganan kesepakatan damai yang mereka tunggu-tunggu itu.
Rasa syukur kepada Tuhan yang telah memberikan kesempatan damai ini dirasakan menyelimuti warga Aceh yang selama ini selalu menderita, apakah oleh peperangan ataupun, terakhir, oleh bencana alam tsunami yang dahsyat pada 26 Desember 2004.
Rasa haru itu terekam jelas ketika warga menengadahkan tangan untuk berdoa atau bersujud. Di sana-sini, warga juga meneriakkan takbir Allahu Akbar begitu mereka menyaksikan upacara penandatanganan itu.
Warga yang larut dalam kegembiraan juga ada yang bertepuk tangan meriah. "Damai, damai, damai," teriak mereka.
Berbagai persoalan dibahas dalam MOU tersebut, yang pelaksanaannya akan dimonitor oleh tim yang terdiri atas para ahli dari Uni Eropa dan negara anggota ASEAN.