Gempa Bermagnitudo 6,3 Kembali Guncang Afghanistan
Lokasi gempa berada di wilayah yang sama dengan gempa yang mengguncang Afghanistan seminggu lalu. Belum diketahui jumlah korban dan kerusakan yang terjadi.
Oleh
BONIFASIUS JOSIE SUSILO HARDIANTO
·2 menit baca
ISLAMABAD, MINGGU – Hanya dalam waktu satu minggu, Afghanistan kembali diguncang gempa. Setelah pada Sabtu (7/10/2023) gempa bermagnitudo 6,3 menggoyang Provinsi Herat, pada Minggu (15/10/2023) gempa berkekuatan sama kembali mengguncang wilayah itu. Lembaga Survei Geologi Amerika Serikat (USGS) mengatakan, pusat gempa terbaru berada di sekitar 34 kilometer di luar kota Herat. Gempa terjadi pukul 03.36.
Lebih lanjut USGS mengatakan, gempa susulan berkekuatan 5,5 mengempas daerah itu 20 menit kemudian. Pusat Seismologi Eropa-Mediterania (EMSC) mencatat kekuatan gempa kali ini sedikit lebih tinggi, yaitu bermagnitudo 6,5. Gempa kali ini juga dikategorikan gempa dangkal karena pusat gempa diprakirakan berada di kedalaman 8 kilometer.
Gempa bumi sering terjadi di Afghanistan, terutama di bagian barat serta tengah negeri itu. Gempa tersebut umumnya disebabkan oleh pergerakan lempeng tektonik Arab dan Eurasia.
Sejauh ini belum ada laporan kerusakan dan kemungkinan korban jiwa. Namun, banyak pihak cemas karena pada gempa Sabtu lalu—dinilai sebagai yang paling merusak dalam catatan Afghanistan—menewaskan lebih dari 1.200 orang dan melukai 1.688 lainnya. Pihak Taliban menyebutkan, korban jiwa mencapai 2.000 orang. Pusat gempa kala itu berada di Distrik Zenda Jan. Kantor berita AFP menyebutkan, 90 persen mereka yang tewas adalah perempuan dan anak-anak.
”Perempuan dan anak-anak sering kali berada di rumah, mengurus rumah tangga dan merawat anak-anak, jadi ketika bangunan runtuh, merekalah yang paling berisiko,” kata Siddig Ibrahim, petugas lapangan Unicef yang berbasis di Herat.
Perempuan dan anak-anak sering kali berada di rumah, mengurus rumah tangga dan merawat anak-anak, jadi ketika bangunan runtuh, merekalah yang paling berisiko.
Seorang warga yang dusunnya terdampak gempa mengatakan kehilangan 12 anggota keluarganya. ”Kami tidak bisa tinggal di sini lagi. Anda lihat, keluarga kami menjadi martir di sini. Bagaimana kami bisa tinggal di sini?” kata Mohammad Naeem.
Rumah penduduk di wilayah itu umumnya dibangun dari batu bata yang dilumuri lumpur, tanpa beton pengikat. Sekolah, klinik kesehatan, dan beragam fasilitas umum lainnya juga roboh dalam gempat Sabtu lalu. Perserikatan Bangsa-Bangsa menyebutkan, setidaknya enam desa di Distrik Zenda Jan hancur total dan lebih dari 12.000 orang terdampak gempa tersebut.
Setelah Afghanistan kembali dikuasai Taliban, isu mitigasi dan tanggap darurat bencana menjadi tantangan bagi otoritas setempat. Taliban dinilai memiliki hubungan buruk dengan lembaga bantuan internasional. Sejumlah lembaga donor membatasi bantuan mereka.
Situasi itu membuat warga Afghanistan berpotensi terjerumus dalam krisis kemanusiaan parah. ”Daerah itu sangat dingin, sangat sulit untuk tinggal di sana setelah malam hari,” kata Menteri Kesehatan Masyarakat Qalandar Ebad. ”Kami tahu mereka bisa tinggal di tenda selama satu bulan, tapi lebih dari itu mungkin akan sangat sulit,” katanya menambahkan. (AP/AFP/REUTERS)