Dubes Palestina untuk RI: Fatah Bersatu Padu dengan Hamas Melawan Israel
Semua kelompok dan elemen di Palestina, termasuk Fatah dan Jihad Islam, bersatu padu bersama Hamas melawan Israel. Tekad mereka bulat: merebut kemerdekaan Palestina.
Oleh
IRENE SARWINDANINGRUM
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Duta Besar Palestina untuk Indonesia Zuhair SM Alshun mengungkapkan, saat ini seluruh kelompok dan elemen di Palestina bersatu padu bersama kelompok Hamas untuk bertempur di darat melawan Israel. Ia meminta dukungan komunitas internasional menghadapi agresi Israel.
”Kami butuh komunitas internasional melihat apa yang mereka lakukan pada tanah, rumah, dan warga kami,” kata Alshun seusai pertemuan dengan Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (10/10/2023).
Seperti diberitakan, kelompok Hamas melancarkan serangan mengejutkan dengan cara menyusup ke wilayah selatan Israel, Sabtu (7/10/2023). Serangan itu menewaskan ratusan warga Israel. Selain itu, sekitar 160 orang di Israel disandera oleh Hamas. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah mendeklarasikan perang terhadap Hamas.
Sejak Sabtu lalu, militer Israel melancarkan serangan udara dan membombardir Jalur Gaza, wilayah yang berada di bawah kontrol Hamas. Kementerian Kesehatan Gaza menyebutkan, hingga Selasa (10/10/2023), sedikitnya 687 warga Palestina tewas dan 3.726 orang luka-luka akibat serangan udara Israel sejak Sabtu.
Data Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyebutkan, lebih dari 123.000 warga Palestina telah mengungsi dari rumah masing-masing di Gaza. Sementara di Israel, televisi setempat melaporkan, korban akibat serangan Hamas di Israel selatan pada akhir pekan lalu bertambah menjadi 900 orang, dan sedikitnya 2.600 orang luka-luka.
Dubes Alshun mengatakan, saat ini semua kelompok di Palestina, termasuk Fatah dan Jihad Islam, bersatu dengan Hamas untuk bertempur di darat melawan Israel. Hamas, sebut Alshun, sepertinya bertekad merebut kemerdekaan untuk kali ini.
Fatah adalah faksi yang berkuasa di Tepi Barat, dipimpin oleh Presiden Palestina Mahmoud Abbas. Abbas, seperti dikutip kantor berita Palestina, Wafa, Sabtu (7/10/2023), menekankan bahwa ”Gaza tidak akan sendirian menghadapi agresi (Israel) ini, sama seperti wilayah-wilayah lain pendudukan Palestina.”
Alshun menuturkan, situasi di Palestina sekarang ini tak mudah. Terutama kawasan Gaza yang sangat sulit dihubungi karena kemungkinan internet terputus. ”Saya coba menghubungi tadi pagi, belum ada jawaban. Mungkin karena tidak ada internet,” katanya.
Banyak orang di Gaza juga belum diketahui kabar dan keberadaannya. Gaza dalam kondisi tertutup saat ini. Selain internet sulit, tak ada akses air, makanan, dan listrik masuk Gaza. Pemerintah Israel tengah memblokade total wilayah itu.
Akibat sulitnya menghubungi Gaza, Alshun juga belum mengetahui kabar soal para sandera yang ditawan Hamas. ”Kami berharap bisa menghubungi orang di sana. Kondisi terkini masih banyak orang di dalam wilayah Gaza yang belum diketahui kabarnya. Saya sendiri punya kenalan yang sembilan anggota keluarganya tewas. Jadi, tak mudah menghubungi Gaza. Ini kondisi terkini,” ujarnya.
Gaza dalam kondisi tertutup saat ini. Selain internet sulit, tak ada akses air, makanan, dan listrik masuk Gaza.
Menurut Alshun, serangan Hamas pada Sabtu pekan lalu merupakan bentuk perjuangan Palestina merebut tanah dan rumah mereka yang dirampas Israel.
”Kami butuh dukungan internasional terkait situasi ini. Kami harap komunitas internasional membantu memberi solusi. Seperti AS membantu Ukraina melawan Rusia. Kenapa tidak membantu Palestina mencari solusi?” kata Alshun.
Ia meyakinkan, Palestina akan terus berperang dan berjuang sampai meraih kemerdekaan. Palestina bercita-cita mendirikan negara merdeka di atas wilayah perbatasan tahun 1967, dengan Jerusalem Timur sebagai ibu kotanya.
Alshun menjelaskan, saat ini sesuai dengan instruksi Presiden Abbas, diplomasi Palestina bergerak di seluruh dunia untuk menyerukan pada komunitas internasional agar membantu mengatasi agresi Israel tersebut.
Ketua BKSAP DPR Fadli Zon mengatakan, saat ini masih ada sekitar 1.200 anggota pasukan perdamaian Indonesia yang belum diketahui kabarnya. Mereka ditempatkan di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa di perbatasan Lebanon-Israel. Lokasi ini dinilai berbahaya karena eskalasi kekerasan bisa meningkat di sana.
Ia menyebut, pertempuran antara Palestina dan Israel disebabkan pelanggaran oleh Israel terhadap perjanjian-perjanjian internasional dan resolusi-resolusi Persatuan Bangsa-Bangsa. Sementara pihak Palestina bertindak mempertahankan rumah dan tanah mereka.
”PBB tahun ini saja mencatat 300 warga Palestina tewas oleh Israel secara tak sah, terutama warga sipil,” kata Fadli Zon.
Ia menegaskan, Pemerintah dan Parlemen Indonesia selalu mendukung kemerdekaan dan kedaulatan Palestina. Saat ini, menurut Fadli Zon, momentum yang tepat untuk membicarakan pengakuan dunia terhadap kemerdekaan Palestina.