Ekonomi Dunia Dirundung Cemas Imbas Konflik Hamas-Israel
Para pelaku ekonomi mengamati perkembangan konflik Hamas-Israel. Sejumlah negara bersiap menghadapi dampak ekonomi dan gejolak sosial.
Oleh
IRENE SARWINDANINGRUM
·4 menit baca
BEIJING, SENIN — Harga minyak melonjak seiring konflik Timur Tengah. Ekonomi dunia dirundung cemas.
Harga minyak dunia naik lebih dari 4 dollar AS di bursa Asia pada hari pertama perdagangan, Senin (9/10/2023), setelah bentrokan antara pasukan Israel dan Hamas akhir pekan lalu. Konflik bersenjata ini memperdalam ketidakpastian politik di kawasan Timur Tengah. Sejumlah negara bersiap menghadapi dampak ekonomi dan gejolak sosial akibat konflik tersebut.
Harga minyak mentah Brent naik 4,18 dollar AS atau 4,94 persen menjadi 88,76 dollar AS per barel. Sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS berada pada harga 87,02 dollar AS per barel, juga naik 4,23 dollar AS atau 5,11 persen.
Lonjakan harga minyak tersebut membalikkan tren penurunan pada pekan lalu yang merupakan tren penurunan mingguan tertinggi sejak Maret 2023. Harga minyak Brent turun sekitar 11 persen dan WTI turun lebih dari 8 persen.
Penurunan itu akibat kekhawatiran soal suku bunga tinggi yang berpotensi menurunkan permintaan minyak secara global. Namun, saat ini sentimen pengurangan pasokan akibat konflik di Jalur Gaza membuat tren harga minyak berbalik.
Kelompok Hamas melancarkan serangan ke Israel pada Sabtu (7/10/2023). Serangan ini merupakan serangan terbesar dalam beberapa dekade. Serangan yang menewaskan lebih kurang 700 warga Israel itu memicu gelombang serangan udara balasan Israel terhadap Gaza yang berlanjut hingga Senin.
”Jika ada penurunan pasokan minyak dan hambatan transportasi minyak yang terus-menerus, konflik ini dapat menimbulkan dampak berkelanjutan dan berimbas cukup besar pada pasar minyak,” kata Vivek Dhar, analis di Commonwealth Bank of Australia.
Pecahnya konflik militer Israel-Hamas itu mengancam upaya Amerika Serikat untuk menjadi mediator pendamai antara Arab Saudi dan Israel. Sebelumnya, Arab Saudi terlibat dalam berbagai pembicaraan dan kegiatan yang mengarah pada normalisasi hubungan dengan Israel.
Peningkatan produksi dari Arab Saudi tentunya akan membantu mengurangi keterbatasan pasokan minyak.
Pada Jumat dilaporkan, pejabat Arab Saudi telah memberi tahu Gedung Putih bahwa mereka bersedia meningkatkan produksi minyak tahun depan sebagai bagian dari kesepakatan normalisasi yang diusulkan. Peningkatan produksi dari Arab Saudi akan membantu mengurangi keterbatasan pasokan minyak.
Sebaliknya, normalisasi Arab Saudi-Israel dipastikan akan membekukan semua langkah untuk melunakkan hubungan Saudi dengan Iran. Keduanya adalah negara produsen minyak dunia.
Selama berbulan-bulan terakhir, pasokan minyak dunia ketat karena dibatasi oleh kebijakan pemotongan suplai dari produsen utama, yakni Arab Saudi dan Rusia. Dampaknya, harga minyak mentah bertahan tinggi sejak setidaknya tahun 2021. Harga minyak WTI, misalnya, yang sebelum 2020 rata-rata di bawah 70 dollar AS per barel, setelah 2021 terus bertahan tinggi di atas 80 dollar AS per barel.
Tingginya harga minyak mentah membebani banyak negara pengimpor minyak. Seiring ketatnya pasar minyak fisik dan ancaman penurunan ekspor minyak Iran, harga minyak dikhawatirkan akan terus naik hingga level 100 dollar AS per barel untuk minyak mentah Brent.
Para pelaku ekonomi mulai memperhatikan kemungkinan keterlibatan Iran dalam serangan Hamas ke Israel seperti yang sudah dituduhkan Israel secara terbuka. Iran memuji serangan Hamas ke Israel. ”Jika negara-negara Barat secara resmi menghubungkan intelijen Iran dengan serangan Hamas, pasokan dan ekspor minyak Iran berisiko akan turun,” kata Dhar.
Mata uang
Ketidakpastian ekonomi akibat konflik Hamas dan Israel juga mendongkrak nilai tukar mata uang dollar AS dan yen Jepang. Dua mata uang itu dinilai sebagai aset aman di tengah konflik yang membuat pasar cemas ini.
Pada Senin pagi, nilai tukar yen terhadap euro naik lebih dari 0,3 persen menjadi 157,55. Adapun dollar Australia melemah terhadap yen sebesar 0,7 persen, dengan titik terendah mencapai 94,84 yen.
Sementara yen dijual 149,19 per dollar AS. Indeks dollar AS terakhir naik 0,11 persen menjadi 106,21. ”Seperti sudah diduga, ada banyak ketidakpastian di pasar pagi ini,” kata Tony Sycamore, analis pasar di IG Australia.
Saat ini, pasar melihat perekonomian dunia berada dalam posisi rapuh. Sebab, konflik di Jalur Gaza itu dapat berekskalasi dan meluas dampaknya ke berbagai sektor ekonomi.
Pada Senin pagi, sejumlah maskapai sudah menyatakan menghentikan penerbangan ke Tel Aviv, di antaranya Cathay Pacific dari Hong Kong dan Hainan Airlines dari China. Sementara Serikat Pilot AS telah meminta penghentian penerbangan ke Israel dengan alasan terlalu berbahaya untuk penerbangan sipil.
Sejumlah negara pun bersiap menghadapi gelombang unjuk rasa antara pendukung Israel dan Palestina. Saling balas unjuk rasa ini mulai terjadi di kota-kota besar dunia.
Di AS, otoritas New York, Los Angeles, Miami, dan Houston, meningkatkan keamanan di sekitar sinagog. Kewaspadaan terhadap unjuk rasa juga terjadi di Perancis dan Ottawa, Kanada.