Dunia Serukan Israel-Palestina Menahan Diri
Konflik bersenjata antara Israel dan Palestina yang dimotori Hamas kembali terjadi. Puluhan orang tewas. Israel lantas menyatakan perang terhadap Hamas. Demi keselamatan warga sipil, dunia menyerukan deeskalasi.
ANKARA, SABTU - Konflik antara Israel dan Palestina memanas setelah Hamas di Palestina menyerang Israel dengan sedikitnya 5.000 roket hanya dalam waktu 20 menit. Hamas yang saat ini menguasai Jalur Gaza juga mengirimkan gerilyawannya menyusup ke sejumlah kota di Israel, baik melalui darat, laut, maupun udara. Membalas serangan itu, Israel menyatakan perang terhadap Hamas dan akan membalas dengan mengerahkan segala kekuatan.
Serangan dari arah Gaza terjadi sejak Sabtu (7/10/2023) pagi. Hingga berita ini ditulis, dikabarkan baku tembak antara tentara Israel dan anggota Hamas masih terjadi. Sedikitnya 40 warga Israel dilaporkan tewas dan ratusan orang lainnya terluka. Selain itu, beberapa warga Israel ditangkap gerilyawan Palestina dan dibawa ke Gaza. Hamas mengonfirmasi penangkapan itu dengan menyiarkan rekaman video tiga warga Israel yang ditahan anggotanya.
Baca juga: Israel Punya Sistem Pertahanan Laser Parsial Mulai 2024
Menyikapi eskalasi konflik tersebut, sejumlah negara, seperti Mesir, Turki, Arab Saudi, Oman, dan Rusia, meminta Israel dan Palestina menahan diri semaksimal mungkin agar situasi tidak memburuk dan mengancam hidup warga sipil. Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan meminta Israel dan Palestina menahan diri dari tindakan permusuhan yang bisa memperburuk situasi. Sementara Menteri Luar Negeri Mesir Sameh Shukri telah menghubungi Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Josep Borrell untuk membicarakan perkembangan situasi di Israel dan Palestina.
Kantor berita Rusia, Interfax, menyebutkan pemerintah Rusia juga sudah buru-buru mengontak Israel, Palestina, dan negara-negara Arab terkait isu ini. Rusia meminta Israel dan Palestina segera gencatan senjata. “Tentu saja kami selalu menyerukan mereka untuk menahan diri,” kata Wakil Menlu Rusia Mikhail Bogdanov.
Washington juga meminta para pihak untuk menahan diri. Meskipun demikian, Amerika Serikat mengecam serangan Hamas.
Membela diri
Presiden Palestina, Mahmoud Abbas, yang dikutip kantor berita resmi WAFA, menegaskan rakyat Palestina memiliki hak untuk membela diri terhadap teror yang dilakukan Israel. Hal itu dikemukakan Abbas dalam rapat darurat di Ramallah dengan sejumlah pejabat tinggi Otoritas Palestina. Pernyataan Abbas ini didukung penasihat Pemimpin Tertinggi Iran Ali Khamenei, Rahim Safavi, yang memberikan selamat kepada para pejuang Palestina karena berhasil melancarkan serangan terbesar terhadap Israel selama bertahun-tahun.
“Selamat kepada para pejuang Palestina. Kami akan mendukung para pejuang Palestina sampai pembebasan Palestina dan Jerusalem,” kata Safavi yang dikutip kantor berita semi-resmi Iranian Student’s News Agency (ISNA).
Baca juga: Palestina Ingatkan AS-Arab Saudi agar Tidak Tinggalkan Rakyat Palestina
Kelompok Hezbollah Lebanon yang didukung Iran juga memuji Hamas dan sayap bersenjatanya atas operasi heroik berskala besar ini. Hezbollah mengaku mengikuti perkembangan Israel-Palestina dengan tetap berkomunikasi dengan perwakilan Palestina di dalam dan luar negeri. Pada 2006, Hezbollah dan Israel pernah terlibat perang selama 34 hari yang menewaskan lebih dari 1.200 orang di Lebanon, mayoritas warga sipil, dan 160 orang di Israel yang mayoritas tentara.
Kemlu Qatar mengeluarkan pernyataan yang menyebutkan serangan dari Hamas terjadi karena akibat Israel sendiri yang selama ini semakin keras dan menekan rakyat Palestina. Qatar menyerukan agar kedua pihak menahan diri dan meminta komunitas internasional untuk mencegah Israel memanfaatkan insiden ini sebagai alasan untuk menggelorakan perang yang tidak proporsional terhadap warga sipil Palestina di Gaza.
Sayap militer Hamas, Brigade Ezzedine al-Qassam, dalam pernyataan tertulisnya menyebutkan mereka memutuskan untuk mengakhiri semua kejahatan pendudukan (Israel). Mereka tidak akan dibiarkan lagi bertindak sesukanya tanpa dimintai pertanggungjawaban. “Kami mengumumkan Operasi Badai Al-Aqsa dan kami menembakkan lebih dari 5.000 roket dalam serangan pertama selama 20 menit,” sebut pernyataan tertulis mereka.
Pemimpin bayangan sayap militer Hamas, Mohammed Deif, mengumumkan dimulainya operasi ini. “Cukup sudah,” ujarnya dalam pesan yang direkam sambil meminta warga Palestina dari Jerusalem timur hingga Israel utara untuk bergabung dalam perjuangan ini. “Hari ini rakyat kembali mengobarkan revolusi”.
Israel nyatakan perang
Israel menyatakan perang terhadap Hamas dan sedang memerangi militan Gaza yang masuk dari segala arah. Bahkan dari udara dengan menggunakan paralayang. Ribuan tentara dari pasukan cadangan militer akan segera dikerahkan ke Gaza dan Israel utara yang berdekatan dengan Lebanon dan Suriah serta Tepi Barat.
Baca juga: Palestina Jadi Ladang Uji Coba Teknologi Kecerdasan Buatan Militer Israel
“Kita sedang berperang. Saya sudah memerintahkan untuk memobilisasi segala kekuatan yang kita punya secara besar-besaran. Kami akan membalas serangan dengan kekuatan yang belum pernah diketahui musuh. Mereka (musuh) akan menanggung akibatnya,” kata Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, dalam pidato yang disiarkan di televisi, Sabtu.
Menanggapi serangan Hamas, negara-negara Barat beramai-ramai mengeluarkan kecaman. Menlu Jerman, Annalena Baerbock, menuding Hamas berkontribusi pada meningkatnya kekerasan dan membela Israel yang dikatakannya memiliki hak yang dijamin hukum internasional untuk mempertahankan diri dari terorisme.
Perancis juga mengobarkan semangat solidaritasnya terhadap Israel dan para korban serta tegas menolak terorisme dan berkomitmen membantu keamanan Israel. Presiden Perancis Emmanuel Macron mengecam serangan Hamas itu. Senada dengan Perancis, Italia juga mendukung hak Israel untuk mempertahankan diri dari serangan yang brutal.
Baca juga: Serangan Al-Aqsa, Krisis Politik Israel, dan Sinyal Perburukan Konflik
Menlu Inggris, James Cleverly, juga mengecam serangan mengerikan itu dan menggarisbawahi hak Israel untuk membela diri. Dukungan serupa juga diberikan oleh India, Belanda, Spanyol, Ukraina dan Republik Ceko. “Kekerasan mengerikan ini harus segera dihentikan. Terorisme dan kekerasan tidak menyelesaikan apa pun. UE menyatakan solidaritas terhadap Israel di saat-saat sulit ini," kata Borrell.
Selama 30 tahun terakhir, Israel memperketat kendalinya atas kompleks Masjid Al-Aqsa, membatasi akses warga Palestina, menggerebek rumah warga dengan kekerasan, dan semakin memfasilitasi masuknya kelompok garis keras Yahudi. Kelompok ini sejak tahun 1967 sudah berkomitmen merebut kompleks Al-Aqsa, menghancurkan Kubah Batu, dan mendirikan kuil ketiga di lokasi itu. Pada pekan lalu, pasukan Israel menyerang Muslim Palestina di dalam kompleks masjid untuk membuka ruang bagi organisasi ultranasionalis Yahudi untuk masuk ke wilayah itu dengan dilindungi polisi.
Baca juga: Belum Ada Sepekan Dilantik, Anggota Kabinet Netanyahu Mulai “Bermain Api”
Pada September lalu, Israel menutup perbatasan bagi para pekerja Gaza selama dua minggu. Israel dan militan Palestina sudah terlibat dalam perang beberapa kali sejak Hamas mengambil alih kekuasaan di Gaza pada 2007. Sepanjang tahun ini saja terdapat sekitar 247 warga Palestina, 32 warga Israel, dan 2 warga negara asing tewas. (REUTERS/AFP/AP)