Dari Scarborough, Konfrontasi China-Filipina Berlanjut ke Second Thomas
Saling klaim wilayah di Laut China Selatan terus memanas antara Filipina dan China. Konflik terbaru terjadi di Atol Second Thomas dimana kapal Filipina dan kapal China nyaris bertabrakan.
Oleh
IRENE SARWINDANINGRUM
·3 menit baca
MANILA, JUMAT - Ketegangan yang dipicu klaim wilayah di perairan Laut China Selatan antara Filipina dan China kian memanas. Persinggungan terbaru terjadi di atol Second Thomas saat kapal Filipina dan kapal China nyaris bertabrakan. Terkait insiden itu, Filipina dan China saling kecam. Pada Jumat (6/10/2023), Filipina melayangkan protes keras, sedangkan China mengeluarkan peringatan. Insiden ini dikhawatirkan memicu konflik kawasan yang lebih luas.
Peristiwa menegangkan itu dimulai pada Rabu (4/10) dini hari ketika empat kapal Filipina yang tengah dalam perjalanan ke Second Thomas dihadang kapal Penjaga Pantai China. Empat kapal Filipina itu terdiri atas dua kapal logistik yang dikawal dua kapal Penjaga Pantai Filipina.
Di tengah perjalanan, kapal penjaga pantai China mengikuti kapal Filipina. Kapal China terdiri dari beberapa kapal penjaga pantai dan kapal milisi, termasuk setidaknya satu kapal perang milik Angkatan Laut China. Selanjutnya, kapal-kapal China itu memblokade kapal-kapal Filipina. Dikisahkan wartawan kantor berita Associated Press yang berada di kapal BRP Sindangan, salah satu kapal Filipina itu, insiden tersebut berlangsung sekitar delapan jam.
Juru bicara penjaga pantai Filipina, Jay Tarriela, mengatakan, Filipina berhak beroperasi secara bebas di wilayah Zona Ekonomi Eksklusif Filipina dan menuduh China melanggar hukum internasional. ”Mereka telah melakukan manuver berbahaya dan menghalangi operasi untuk mencegah operasi rutin kami dalam menyediakan pasokan bagi pasukan militer kami,” katanya kepada wartawan.
Selama konfrontasi itu, operator radio kapal Penjaga Pantai China berulang kali mengatakan kepada BRP Sindangan bahwa China memiliki kedaulatan yang tak terbantahkan atas atol Second Thomas. Operator radio China itu memperingatkan agar kapal Filipina meninggalkan dan menjauhi lokasi guna menghindari salah langkah. Personel Penjaga Pantai Filipina pun menjawab dengan menegaskan klaim Filipina atas area tersebut dan mengatakan mereka akan melanjutkan pengiriman pasokan. Konfrontasi yang mirip pernah terjadi pada Agustus 2023.
Juru bicara penjaga pantai China, Gan Yu, mengatakan, mereka mengingatkan dan melakukan pengendalian sesuai hukum internasional. Tindakan itu diperlukan terhadap kapal Filipina yang masuk ke perairan dekat Ren’ai Reef (nama yang digunakan China untuk atol Second Thomas) secara ilegal pada Rabu. Demikian dikutip China Daily, situs berita yang dikelola Departemen Propaganda Partai Komunis China.
Dalam pernyataan pada Rabu malam, Gan Yu mengatakan, Penjaga Pantai China telah memantau pergerakan kapal-kapal Filipina itu. Kemudian, mengatur langkah efektif dan sesuai hukum guna mencegah mereka mengirim material konstruksi ke kapal perang yang terdampar di Ren’ai Reef. ”Penjaga Pantai China akan melindungi hak dan penegakan hukum di kawasan itu, yang berada di bawah yurisdiksi China,” kata Gan.
Ketegangan Scarborough
Beberapa hari sebelumnya, Senin (2/10), tiga nelayan Filipina tewas karena kapal mereka ditabrak kapal komersial asing tak dikenal tak jauh dari Karang Scarborough di Laut China Selatan. Kejadian ini memantik kemarahan Filipina.
Insiden itu terjadi saat perahu tersebut melintas di perairan sekitar 157 kilometer sebelah barat laut Scarborough yang diperebutkan China dan Filipina. Sementara 11 anggota kru kapal penangkap ikan itu selamat.
Ketegangan di sekitar perairan itu baru-baru ini memuncak setelah Filipina memotong perintang apung sepanjang 300 meter yang dipasang Penjaga Pantai China di perairan itu. Lokasi tersebut merupakan tempat penangkapan ikan utama dan salah satu titik perairan yang paling diperebutkan.
China menolak versi Filipina mengenai peristiwa pemasangan dan pemotongan perintang itu. Di sisi lain, penjaga pantai Filipina tidak memberikan rincian lebih lanjut mengenai insiden tabrakan yang menewaskan tiga nelayan Filipina itu. Mereka hanya menyebutkan, kapal komersial yang diduga terlibat dalam tabrakan itu diduga berbendera Kepulauan Marshall, negara di antara Australia dan Hawaii.