Teror Kutu Busuk di Perancis Paksa Kabinet Macron Gelar Rapat Darurat
Kutu busuk meneror hidup rakyat Perancis. Kutu busuk menyebar di mana-mana: kursi kereta, bioskop, hingga bandara. Pemerintah Perancis akan segera rapat darurat untuk membasmi serangga pengisap darah manusia itu.
Oleh
LUKI AULIA
·4 menit baca
AFP/MIGUEL MEDINA
Foto yang diambil pada 3 Oktober 2023 ini menunjukkan berbagai produk yang digunakan untuk membasmi kutu busuk di Hygiene Premium, toko pengendalian hama di Paris, Perancis.
PARIS, RABU — Selama beberapa pekan terakhir, masyarakat Perancis, termasuk di ibu kota Paris, dibuat pusing tujuh keliling dengan kutu busuk. Kutu busuk-kutu busuk ini berkeliaran di kursi-kursi gerbong kereta metro Paris, kereta cepat, bioskop, dan di Bandara Charles De Gaulle, Paris.
Dua sekolah—satu di kota Marseille dan satu lagi di Villefranche-sur Saone—bahkan sudah ditutup karena di mana-mana ada kutu busuk. Butuh waktu beberapa hari untuk membersihkan seluruh sekolah.
Karena sudah meresahkan, Pemerintah Perancis pada Selasa (3/10/2023) mengumumkan akan segera menggelar rapat darurat untuk membahas lonjakan kasus kutu busuk yang dilaporkan warga. Selain berpotensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang besar, kini Perancis tengah bersiap menjadi tuan rumah Piala Dunia Rugbi dan Olimpiade 2024.
Kutu busuk, yang semula jadi bahan cemoohan, pun kini menjadi isu politik yang kontroversial di Perancis.
Juru bicara Pemerintah Perancis, Olivier Veran, mengatakan rapat darurat akan diadakan Jumat (6/10/2023). Ia berjanji akan memberikan jawaban solusi secepatnya bagi rakyat.
Ketua partai Renaissance pimpinan Presiden Emmanuel Macron di Majelis Nasional Perancis, Sylvain Maillard, mengatakan rancangan undang-undang lintas partai akan diajukan pada awal Desember untuk memerangi kutu busuk. Masalah ini akan diprioritaskan.
AFP/MIGUEL MEDINA
Seorang pria berjalan di depan toko pestisida Hygiene Premium di Paris, Perancis, Selasa (3/10/2023).
Di tengah keresahan yang terjadi, Menteri Kesehatan Perancis Aurelien Rousseau mengingatkan masyarakat agar tidak panik menghadapi masalah ini. ”Masyarakat jangan tertipu oleh perusahaan yang memaksa membayar 2.000-3.000 euro (sekitar Rp 33 juta) untuk membersihkan rumah dari kutu busuk,” kata Rousseau.
Muncul lagi
Serangga pengisap darah ini sebagian besar sudah hilang dari kehidupan sehari-hari di Perancis pada tahun 1950-an. Akan tetapi, dalam 20 tahun terakhir kutu busuk itu muncul kembali. Selama beberapa tahun terakhir, sepersepuluh dari seluruh rumah tangga di Perancis diyakini memiliki masalah dengan kutu busuk.
SUPRIYANTO
Ilustrasi
Anggota parlemen dari partai Renaissance, Bruno Studer, mengatakan prioritas ke depan pemerintah adalah menghitung jumlah kutu busuk. ”Kita tidak tahu jumlahnya berapa,” ujarnya.
Serangga pengisap darah ini sebagian besar sudah hilang dari kehidupan sehari-hari di Perancis pada tahun 1950-an, tetapi dalam 20 tahun terakhir muncul kembali.
Ketua kelompok sayap kiri Perancis, yang juga anggota parlemen dari partai France Unbowed, Mathilde Panot, menyalahkan pemerintah yang tidak berbuat apa-apa. Ia mendorong agar segera ada rencana pencegahan nasional, dana darurat, dan menciptakan layanan disinfektasi publik. Ini semua untuk melawan serangan kutu busuk.
Nama ”kutu busuk” diberikan karena kebiasaan hama itu yang bersarang di kasur meski bisa juga bersembunyi di pakaian dan koper. Biasanya mereka keluar pada malam hari untuk mengisap darah manusia.
AP/CAROLYN KASTER
Dalam arsip foto tanggal 30 Maret 2011 ini, seekor kutu busuk dipajang di Museum Smithsonian di Washington DC, AS. Para peneliti dari Weill Cornell dan ilmuwan di American Museum of Natural History telah menelusuri hama jahat ini melalui sistem kereta bawah tanah Kota New York dan menemukan keragaman genetik di antara makhluk pengisap darah tersebut. Serangan kutu busuk saat ini dihadapi Perancis.
Gigitan kutu busuk meninggalkan area merah, lecet, atau ruam besar pada kulit. Akibat gigitannya, bisa muncul rasa gatal atau reaksi alergi yang hebat. Akibat kutu busuk, orang juga bisa mengalami tekanan psikologis, masalah tidur, kecemasan, dan depresi.
Fenomena musim panas
Ahli entomologi di Rumah Sakit Utama Marseille dan pakar kutu busuk terkemuka di Perancis, Jean-Michel Berenger, kepada BBC, Selasa (3/10/2023), mengatakan setiap akhir musim panas jumlah kutu busuk melonjak. Hal itu karena orang-orang berpindah-pindah selama bulan Juli dan Agustus.
Akibat perpindahan itu, mereka membawa kutu busuk lewat bagasi. ”Setiap tahun, peningkatan musiman lebih tinggi ketimbang tahun lalu,” ujar Berenger.
Terlepas dari hal itu, kutu busuk sebenarnya mulai muncul kembali dan mungkin sudah terjadi selama 20 atau 30 tahun. Dan hal ini tidak hanya terjadi di Perancis, tetapi di semua tempat.
AFP/MIGUEL MEDINA
Foto sebuah kutu busuk yang dipajang di sebuah toko pestisida, Hygiene Premium, di Paris, Perancis, Selasa (3/10/2023).
Ada beberapa faktor penyebab hal itu terjadi. Globalisasi—melalui perdagangan peti kemas, pariwisata, dan imigrasi—adalah faktor yang paling berperan. Perubahan iklim dapat dikesampingkan.
Kutu busuk, atau yang nama Latin-nya, Cimex lectularius, bisa dikatakan seperti hewan peliharaan. Dia pergi ke mana pun manusia pergi. Kondisi cuaca tidak memengaruhinya.
Kutu busuk bisa dikatakan seperti hewan peliharaan. Dia pergi ke mana pun manusia pergi. Kondisi cuaca tidak memengaruhinya.
Setelah Perang Dunia II, jumlah kutu busuk—seperti banyak binatang buas lainnya—berkurang besar-besaran karena meluasnya penggunaan pembasminya. Namun, selama bertahun-tahun, pembasmi dan banyak bahan kimia lainnya dilarang karena berdampak buruk pada manusia.
Populasi kutu busuk juga telah diubah dengan pemusnahan makhluk-makhluk yang secara genetik rentan terhadap pemberantasan dengan bahan kimia. Mereka yang selamat dari serangan pemberantas berbahan kimia adalah nenek moyang dari ras kutu busuk yang ada saat ini. Ras kutu busuk itu pun menjadi jauh lebih kebal.
AFP/MIGUEL MEDINA
Produk pestisida untuk mengurangi kutu busuk dipajang di sebuah toko pestisida, Hygiene Premium, di Paris, Perancis, Selasa (3/10/2023).
Faktor lain, kata Berenger, kemungkinan karena menurunnya jumlah kecoa, sebagian besar karena kebersihan rumah. Kecoa adalah predator bagi kutu busuk.
Menurut Berenger, di negara maju, masyarakat cenderung panik terhadap kutu busuk. Banyak orang telah kehilangan ingatan kolektif tentang kutu busuk. Di belahan dunia lain, ancaman kutu busuk masih umum terjadi. sementara jumlah penduduknya tidak terlalu besar.
Meski menjadi ancaman dan menjijikkan, sejauh yang diketahui adalah kutu busuk tidak dapat menularkan penyakit. Gigitannya memang menjijikkan, tetapi tidak bertahan lama.
Secara berkala, kutu busuk melepaskan kerangka luarnya dan meninggalkan feses berupa bintik-bintik hitam (darah yang tercerna) dan bisa bertahan selama setahun tanpa makanan setelah menggigit manusia. (AFP)