"Black Summer" Bayangi Kebakaran Belasan Ribu Lahan di Australia
Wilayah Gippsland, Victoria, Australia dilanda kebakaran hebat akibat gelombang panas musim semi. Seluas 17.000 hektar terbakar.
Oleh
HELENA FRANSISCA NABABAN
·4 menit baca
AAP IMAGE/JASON O'BRIEN/VIA REUTERS
Warga terlihat di dekat kebakaran hutan yang membakar area di dekat Busbys Flat Road di Busbys Flat, NSW utara, Australia, pada 9 Oktober 2019. Pada Selasa (3/10/2023), wilayah Gippsland di negara bagian Victoria, Australia dilanda kebakaran hutan dan sumak akibat hawa panas.
SYDNEY, SELASA - Kebakaran hutan kembali melanda Australia. Kali ini, lebih dari 17.000 hektar lahan di wilayah East Gippsland, Victoria habis dilalap api. Hawa panas dan kering serta hembusan angin berkecepatan hingga 80 kilometer per jam diduga membuat api kian sulit dikendalikan. “Saya melihat tangki air utama, tangki plastiknya meleleh,” kata Rob Saunders, warga Briagolong kepada stasiun televisi ABC.
Kondisi itu membuat pemerintah setempat pada Selasa (3/10/2023) mengimbau warga di sembilan wilayah untuk segera mengungsi. Kobaran api yang belum terkendali disebutkan berpotensi mengancam keselamatan warga. Bagi warga yang belum mengungsi diminta segera mencari tempat perlindungan. Menurut layanan tanggap darurat setempat, mereka tidak mungkin lagi meninggalkan wilayah dengan aman.
Meskipun demikian, pihak pemadam kebakaran terus berupaya untuk meminimalkan ancaman. “Petugas pemadam melakukan yang terbaik untuk mencoba memadamkan api, situasi kali ini sangat menantang,” kata Jason Heffernan, Kepala Dinas Pemadam Kebakaran Victoria kepada lembaga penyiaran Australia, ABC. Lebih lanjut Heffernan mengatakan, pihaknya telah mengerahkan 650 petugas untuk memadamkan api.
MUHAMMAD YUNIADHI AGUNG
Foto karya Sean Davey (AFP) meraih juara 2 kategori isu terkini World Press Photo 2020. Anak-anak bermain dalam suasana asap kebakaran hutan di Bega, Australia, 31 Desember 2019.
Sejumlah titik api, menurutnya, muncul di dalam properti pribadi serta sejumlah perkebunan pinus. Ia berharap hujan yang diperkirakan akan turun pada petang hari dapat meredakan amukan api. “Namun hingga beberapa jam ke depan, situasi akan sangat menantang, terutama bagi petugas yang saat ini ada di lapangan,” kata Heffernan.
Dilansir dari ABC, Menteri Utama Victoria Jacinta Allan mengatakan, kebakaran di Gippsland sebagai yang penuh tantangan. “Saya benar-benar berterima kasih kepada tim layanan darurat yang telah bekerja keras sepanjang malam. Juga masyarakat setempat yang telah turun tangan ke sana dan merespons kondisi darurat dengan cara warga Victoria, saling mendukung dan melakukan pekerjaan yang diperlukan untuk mengatasi keadaan darurat dan menjaga keselamatan orang,” katanya.
Allan mengatakan pusat bantuan telah didirikan di Sale, baik untuk warga komunitas yang terdampak maupun bagi mereka yang mungkin sedang mengunjungi daerah tersebut. Allan juga mengatakan, ia akan terus mengikuti perkembangan dari kebakaran itu sepanjang hari ini. “Musim kebakaran telah tiba dan terjadi lebih awal,” katanya.
Selain di Victoria, kebakaran juga terjadi di wilayah Tasmania. Kebakaran yang tidak terkendali itu membuat pihak berwenang meminta penduduk yang tinggal di tepi utara Pulau Flinders, di seberang Selat Bass di negara bagian Tasmania.
Kenangan kelam
Meskipun kebakaran hutan seakan menjadi hal biasa di Australia, bencana itu sejatinya meninggalkan kenangan kelam. Kenangan itu muncul pasca bencana besar kebakaran lahan dan hutan yang terjadi pada tahun 2019-2020. Sebanyak 24 juta hektar hutan dan semak – sebagian besar di wilayah pesisir timur Australia – hangus terbakar. Kobaran api juga melahap rumah-rumah penduduk, menewaskan 33 orang, membunuh jutaan hewan dan membuat kota-kota besar di Australia diselimuti asap.
Merujuk pemberitaan ABC pada 25 Agustus 2022 lalu disebutkan, kebakaran hutan yang dijuluki “Black Summer” atau Musim Panas Hitam itu menyebabkan “lubang” di lapisan ozon. Analisa itu diungkapkan oleh sejumlah peneliti Inggris. Kerusakan pada ozon yang ditimbulkan oleh “Black Summer” itu menyebabkan suhu tertinggi di stratosfer dalam 30 tahun terakhir. Stratosfer, yang mengandung lapisan ozon, berada sekitar 12 hingga 50 km di atas permukaan bumi.
Dalam kajian yang diterbitkan di Scientific Reports mengungkapkan suhu di stratosfer meningkat sebesar 0,7 derajat Celcius dan di atas Australia suhu udara naik 3 derajat Celcius. Kala itu, peneliti yang turut terlibat dalam kajian tersebut, Jim Haywood – seorang profesor ilmu atmosfer – mengatakan, temuan itu signifikan secara statistik dan mengkhawatirkan.
Musim kebakaran telah tiba dan terjadi lebih awal.
“Implikasinya mungkin cukup mengkhawatirkan, karena iklim di masa depan diperkirakan akan menjadi lebih hangat dan kering dan kita memperkirakan frekuensi kebakaran hutan akan lebih tinggi dan intensitasnya juga akan lebih besar,” katanya.
Tidak hanya di Victoria, dua tahun pasca “Black Summer”, kenangan pada bencana besar itu masih menghantui warga, termasuk para petugas pemadam kebakaran Australia. Sejumlah petugas mengatakan, kemungkinan mereka tidak akan mampu mengatasi peristiwa serupa jika pemanasan global atau krisis iklim membuat kebakaran besar hutan makin sering terjadi.
“Ini menakutkan, namun jika di tahun 2019-2020 menjadi sebuah hal yang biasa, saya tidak tahu bagaimana kita bisa melakukannya dari tahun ke tahun. Menurut saya hal ini tidak bisa terus terjadi,” kata Andy Hain, seorang sukarelawan di Dinas Pemadam Kebakaran New South Wales.
DOKUMENTASI TNI
Pasukan TNI membantu pemerintah Australia melakukan pembersihan pasca-kebakaran di Aboriginal Community, Lithgow City, New South Wales, Australia, pada Februari-Maret 2020.
Bila skala kebakaran hutan seperti skala yang terjadi pada peristiwa “Black Summer”, Australia dan negara-negara lain tidak bisa menanggungnya sendiri. Hain mengatakan, mereka harus berbagi personel dan sumber daya. Dengan kondisi iklim dunia seperti saat ini, Dinas Pemadam Kebakaran Australia menyebut ancaman kebakaran semak akan menjadi ancaman paling serius dan bakal terus berulang.
Sejak pertengahan bulan lalu pihak pemadam kebakaran setempat telah mengeluarkan peringatan. Suhu rata-rata di wilayah New South Wales telah mencapai 34 derajat Celcius. Untuk mengantisipasi bahaya kebakaran hutan, sejumlah petugas pemadam kebakaran diterjunkan untuk membakar sampah daun dan semak. Pembakaran terkendali itu dilakukan untuk memusnahkan “bahan bakar” yang bisa memicu bencana kebakaran terutama menjelang musim semi.
Biro Meteorologi Australia mengatakan, negara itu akan mengawali musim semi kali ini dengan “kekeringan”. Curah hujan jauh lebih kecil, sekitar 71 persen di bawah rata-rata curah hujan pada tahun 1961-1990. Di wilayah New South Wales disebutkan ada 82 titik api, dengan 16 diantaranya dapat dipadamkan pada Selasa pagi. Saat ini, suhu di Sydney mencapai 37 derajat Celcius.
Ketika suhu global meningkat akibat perubahan iklim, para ilmuwan telah memperingatkan gelombang panas dan peristiwa cuaca ekstrem lainnya akan menjadi lebih sering dan intens.