Ledakan terjadi pada hari yang sama dengan rapat paripurna parlemen. Satu pelaku tewas akibat meledakkan diri.
Oleh
LARASWATI ARIADNE ANWAR
·3 menit baca
ANKARA, MINGGU — Serangan teror berupa ledakan bom terjadi di ibu kota Turki, Ankara, pada Minggu (1/10/2023). Dua pelaku tewas dan dua polisi terluka. Belum diketahui dalang dari penyerangan tersebut.
”Teroris tidak akan menang. Serangan hari ini adalah hal sia-sia terakhir yang akan mereka lakukan,” kata Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, dikutip kantor berita Anadolu.
Ia mengutarakan hal tersebut ketika menyampaikan pidato pembukaan rapat paripurna Parlemen Turki yang kembali aktif pada Minggu sore setelah reses selama tiga bulan. Rapat itu tetap berlangsung sesuai jadwal, meskipun pada pagi hari terjadi ledakan bom hanya 1,2 kilometer dari gedung parlemen.
Menteri Dalam Negeri Turki Ali Yerlikaya mengunggah di media sosial X bahwa peristiwa itu terjadi pada pukul 09.30 di depan gerbang Direktorat Jenderal Keamanan Kementerian Dalam Negeri. Ada dua pelaku yang datang dengan mengendarai kendaraan militer ringan.
Satu pelaku tewas akibat meledakkan diri dan satu pelaku lain berhasil ”dinetralkan” melalui tembakan petugas polisi. Ada dua polisi yang terluka, tetapi tidak parah dan mereka sudah keluar dari rumah sakit.
Kejaksaan Agung Turki sedang mengadakan penyelidikan guna mencari tahu dalang serangan tersebut. Pengadilan Perdamaian Pidana Ankara mengeluarkan larangan pembatasan akses media arus utama dan publikasi foto-foto tempat kejadian perkara.
Terakhir kali Turki diguncang bom pada 2022, yakni di kota terbesarnya, Istanbul pada 14 November. Ketika itu, jatuh enam korban jiwa dan 81 korban luka-luka. Pelakunya hingga kini belum diketahui. Akan tetapi, Pemerintah Turki mencurigai ini perbuatan kelompok separatis Kurdi. Partai Pekerja Kurdi (PKK) membantah tuduhan tersebut.
Walaupun demikian, Pemerintah Turki menangkap 49 orang tersangka. Mereka semua dicurigai bertindak atas suruhan PKK dan Unit Pembela Rakyat (YPG), kelompok militan Kurdi di Suriah. Selain kelompok pemberontak Kurdi, sejumlah serangan teror di Turki pada periode 2015-2017 juga dilancarkan kelompok ekstrem, antara lain ialah Negara Islam Irak dan Suriah (NIIS).
Terkait serangan teror kali ini, berbagai pemimpin dunia mengutarakan kecaman dan ucapan bela sungkawa. Presiden Dewan Uni Eropa Charles Michel serta Perwakilan Tinggi UE untuk Luar Negeri dan Kebijakan Keamanan Josep Borrell Fontelles menyampaikan solidaritas mereka terhadap Turki.
Perdana Menteri Swedia Ulf Kristersson dan Menteri Luar Negeri Tobias Billstrom mengecam ledakan bom tersebut. ”Swedia berkomitmen meningkatkan kerja sama dengan Turki untuk mencegah dan memberantas terorisme,” kata Kristersson.
Swedia sedang mendekati Turki demi menerima restu untuk masuk menjadi anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Sejak serangan Rusia ke Ukraina pada 24 Februari 2022, Swedia dan Finlandia mengubah status dari negara netral dan melamar masuk NATO.
Turki tidak merestui karena Swedia dan Finlandia memberi suaka kepada orang-orang yang dituduh sebagai separatis ataupun teroris oleh Ankara. Sebagian besar orang-orang ini berhubungan dengan PKK dan YPG.
Sikap Turki terhadap Finlandia melunak setelah Helsinki mau bekerja sama dan pada April 2023 resmi menjadi anggota ke-31 NATO. Swedia belum direstui karena Erdogan meminta Stockholm menindak tegas orang-orang yang membakar dan melecehkan Al Quran. Aksi ini kerap dilakukan oleh anggota parlemen berhaluan ekstrem kanan, Rasmus Paludan. (AP/Reuters)